Kampusdesa.or.id–Melalui semangat toleransi agama dan solidaritas antarumat, bersama para umat lintas agama dan kepercayaan, ada kegiatan semarak di Hotel Mirabell, Kepanjen, Kabupaten Malang yang membincang bagaimana “Peran Penting Perempuan dalam Menjaga Toleransi dan Keberagaman” (Selasa, 13 Mei 2025). Kegiatan ini mempertemukan berbagai elemen masyarakat, mulai dari tokoh agama, pemuka komunitas, aktivis lintas iman, hingga akademisi yang memiliki perhatian mendorong cipta perdamaian yang penuh toleran.
Baca juga: Menjadi Pengusaha; Memantik Energi dari dalam Perusahaan
Beberapa penampilan budaya mengawali kegiatan tersebut yang mencerminkan semangat keberagaman. Tampil para penari tradisional dari Himpunan Pemuda Hindu Indonesia dan lagu “Bunda” dari perwakilan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Penampilan ini menjadi simbol harmoni antar keyakinan dan nilai kasih universal yang memperkuat posisi perempuan dalam kehidupan berbangsa.
Peran Perempuan untuk Toleransi
Ikhsan, perwakilan Gusdurian Kanjuruhan, Kabupaten Malang membuka sesi diskusi dengan menekankan bahwa perempuan adalah tiang bangsa. “Perempuan memiliki peran besar dalam menjaga toleransi dan keberagaman. Namun, ini bukan hanya tugas perempuan, tetapi tanggung jawab bersama sebagai warga negara Indonesia,” ucapnya.
Perempuan adalah sumber ajaran utama dalam keluarga. Ia tidak boleh mengajarkan kekerasan, melainkan harus menanamkan nilai-nilai kedamaian.
Dari perspektif Hindu, Istiana, Ketua PHDI Kabupaten Malang, mengingatkan sebenarnya perempuan disebut Stri dalam ajaran Hindu. Dia adalah perwujudan sakti atau kesaktian. “Perempuan dengan demikian merupakan sumber ajaran utama dalam keluarga. Ia tidak boleh mengajarkan kekerasan, melainkan harus menanamkan nilai-nilai kedamaian. Karena itu, perempuan wajib dihormati oleh seluruh anggota keluarga,” tuturnya.
Baca juga: Haul Ke-15 Gus Dur di Pesantren Rakyat Al-Amin: Lahirkan Petisi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan
Tamariska Fendy Putri, Pendeta GKJW Sumberpucung sekaligus Ketua Pemuda MD 1, menyoroti peran perempuan sebagai pendidik toleransi sejak dini. “Perempuan adalah role model utama dalam keluarga dan masyarakat. Meski menghadapi beban kerja ganda dan realitas sosial yang penuh tantangan, perempuan harus tetap menjadi agen yang menyuarakan perdamaian dan menolak narasi kebencian,” jelasnya.
Rekomendasi Aksi Toleransi Kabupaten Malang
Dari ranah akademik, Mohammad Mahpur, mewakili sebagai dosen Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, memaparkan hasil kajiannya bahwa narasi damai seperti empati, silaturahmi, dan toleransi masih bertahan dalam kehidupan anak muda. “Namun, hanya sekitar 20% yang secara sadar menjadikan toleransi sebagai nilai utama. Cara efektif untuk menumbuhkan kesadaran ini adalah dengan menghadapkan generasi muda langsung pada realitas keberagaman agar mereka belajar menghargai perbedaan,” terangnya.
Menutup sesi, Hikmah Bafaqih, Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur, menyampaikan bahwa toleransi harus tumbuh dari cara berpikir yang adil. “Rasa cinta dan kasih sayang adalah bahasa yang dapat menjadi spirit komunikasi mencari jalan keluar menghadapi masalah secara bersama-sama.” Pemerintah, khususnya DPRD Provinsi, berkewajiban memfasilitasi ruang-ruang dialog dan pendidikan keberagaman seperti ini,” tegasnya.
“Kita punya rasa cinta dan kasih sayang untuk mengomunikasikan hubungan lintas agama yang damai. Pemerintah, khususnya DPRD Provinsi, berkewajiban memfasilitasi ruang-ruang dialog dan pendidikan keberagaman seperti ini,”

Acara ini menjadi ruang penting dalam memperkuat peran perempuan sebagai penjaga nilai-nilai toleransi di tengah masyarakat multikultural. Perempuan bukan hanya penerus nilai, tetapi juga penggerak utama dalam merawat keberagaman Indonesia agar tetap lestari dan harmonis.