Kreatif dan Kritis dalam Proses Menulis

327
SHARES
2.5k
VIEWS

Kebanyakan orang mulai merevisi tulisan saat mereka memperoleh satu ide bagus. Namun, menurut Peter, kita harus memulai revisi saat kita sudah memperoleh banyak ide bagus dari yang dapat kita gunakan. Hal itu tidak membutuhkan waktu lama jika kita memulai proses menulis dengan sesi brainstorming.

Kampusdesa.or.id-Menurut Peter Elbow dalam bukunya yang berjudul “Writing with Power”, proses menulis melibatkan dua keterampilan yang begitu berbeda dan tak jarang saling berkonflik satu sama lain. Dua keterampilan tersebut adalah creating dan criticizing.

RelatedPosts

Dua keterampilan ini harus digunakan dengan tepat. Bila tidak, akan menimbulkan kesulitan, hingga menyebabkan tulisan tidak kunjung selesai. Misalnya dengan menggunakan keduanya pada saat bersamaan.

Nah, tips menarik dari Peter Elbow adalah dua keterampilan ini kita gunakan secara terpisah yaitu dengan membagi proses menulis menjadi dua tahap.

Tahap pertama, kita maksimalkan keterampilan creating. Kita ungkapkan semua unek-unek, ide, gagasan, pemikiran, dan imajinasi ke dalam tulisan. Tak perlu takut salah ketik, tidak koheren, dan seterusnya. Tak perlu juga takut terlihat bodoh, tidak kompeten, amatiran, dan seterusnya. Intinya, di tahap pertama ini kita hanya menulis saja. Bahkan, menurut Peter, kita tak perlu terikat dengan aturan saat berada di tahap ini.

Tahap kedua, saatnya kita maksimalkan keterampilan criticizing. Gunakan kepakaan berbahasa, kaidah-kaidah kebahasaan, keseuaian isi, koherensi kalimat/paragraf dan seterusnya. Intinya, di tahap kedua ini kita melakukan perbaikan atau revisi sekritis mungkin.

Baca Juga:

Empat Pertanyaan Kunci Menulis Artikel Ilmiah
Menulis Layaknya Naik Sepeda
Menulis Saja Meskipun Tak Ada yang Baca

Kata Peter, “If you separate the writing process into two stages, you can exploit these opposing muscles one at a time: first be loose and accepting as you do fast early writing; then be critically toughminded as you revise what you have produced. What you’ll discover is that these two skills used alternately don’t undermine each other at all, they enhance each other” (hal: 9).

Untuk meningkatkan keterampilan creating tadi, menurut Peter, kita harus berpikir kritis. Lebih baik kita biarkan saja kata-kata dan berbagai ide keluar tanpa mengeceknya. Memang, tak bisa dipungkiri akan terkesan bodoh. Tapi, perlu disadari bahwa kita sedang berada di tahap pertama. Masih ada tahap kedua, yaitu tahap kritik atau revisi.

Lebih baik kita biarkan saja kata-kata dan berbagai ide keluar tanpa mengeceknya. Memang, tak bisa dipungkiri akan terkesan bodoh. Tapi, perlu disadari bahwa kita sedang berada di tahap pertama. Masih ada tahap kedua, yaitu tahap kritik atau revisi.

Kata Peter, “What prevents most people for being inventive and creative is fear for looking foolish.” So, jika kita bisa menyingkirkan ketakutan ini, kita akan bisa menulis secara kreatif.

Adapun untuk meningkatkan keterampilan criticizing, kita harus bekerja secara kreatif. Menurutnya, “for what prevents most people from being really critical of their own writing is the fear of having to throw away everything.”

Kebanyakan orang mulai merevisi tulisan saat mereka memperoleh satu ide bagus. Namun, menurut Peter, kita harus memulai revisi saat kita sudah memperoleh banyak ide bagus dari yang dapat kita gunakan. Hal itu tidak membutuhkan waktu lama jika kita memulai proses menulis dengan sesi brainstorming.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.