Gulat dengan Sang Profesor

KAMPUSDESA.OR.ID–Gulat dengan sang profesor kecil menjadi pengalaman bermain menarik waktu itu di sepah (sampah tebu hasil penggilingan). Masa kecil yang kami isi dengan berbagai pengalaman bermain, yaitu perang-perangan. Alam pedesaan dan ruang publik bermain yang kami pilih sebagai ekspresi model (figur) jagoan. Anak kecil yang suka menirukan aneka tontonan bintang laga di televisi. Waktu itu memang kami sering menonton film animasi Hulk di tetangga jauh. Sepah yang empuk menjadi altar yang dapat digunakan bermain gulat dengan sang profesor kecil itu sehingga kalaupun kami terjatuh, tak akan terasa sakit. Suatu aktifitas literasi yang menyalurkan energi fisik mendapat momen istimewa.

Permainan itu menghubungkan relasi fisik yang mampu menjadi hubungan lekat menyatukan fisik, emosi, dan pikiran. Tanpa ada relasi lekat, kesamaan semangat lebih sulit tercitpa. Fisik merupakan unsur gerak yang sangat penting mewujudkan perilaku yang kita pikirkan menjadi kenyataan. Gerak membutuhkan power. Gulat menjadi asah fisik agar anak-anak terlatih menciptakan perilaku dengan power optimal. Saat itu dilatih mulai masa anak-anak, gerak fisik memupuk energi perilaku perubahan. Sentuhan fisik dengan energi maksimal melatih transformasi perubahan semakin ringan.

RelatedPosts

Senang. Suatu medan yang selalu dicari anak-anak. Gulat kami memang bukan upaya bertarung. Gulat kami bagian dari bermain layaknya anak kecil yang tidak kuasa meniru sosok jago di televisi. Gulat menjadi kreasi imajinasi kami untuk membumikan bayangan jagoan. Disitulah kami merasa punya kesempatan untuk mengekspresikan bayangan menjadi kenyataan. Sepah bagi kami menjadi pilihan mengejawantahkan tumpukan imajinasi sehingga kami tidak lelah dengan banyangan yang mendera pikiran. Gulat dengan sang profesor kecil memberi kesempatan ekspresif atas nama jagoan ala anak kecil yang menyenangkan.

Gulat menjadi kreasi imajinasi kami untuk membumikan bayangan jagoan. Disitulah kami merasa punya kesempatan untuk mengekspresikan bayangan menjadi kenyataan.

Celotehan saat gulat mewarnai dunia kuasa (power) kami sehingga celotehan menjadi energi yang melengkapi kepuasan sehingga pikiran kami menyatu seimbang. Pikiran kami lebih operasional dan kongkrit. Sepah mendukung arena gulat tak lagi asing dan tidak perlu naik ring. Ternyata sampah gilingan tebu di depan rumah saya memberikan arena konsolodasi perkembangan mental kami yang dengannya kami tidak mengalami fiksasi (penundaan kepuasaan) perkembangan.

Gulat itu permainannya sang profesor kecil

Bermain menemukan energi seimbang antara pikiran, emosi, dan gerak. Saya dan sang profesor kecil menemukan ruang publik bermain di sebuah penyimpanan sampah tebu yang dikeringkan. Ketika gulat dapat dimainkan berarti ia tidak lagi menjadi kekerasan. Dia diubah menjadi energi gembira yang kami sendiri tahu batas sakit dan senang. Saat salah satu dari kami sudah mulai terancam atau nampak kalah, kamipun merenggangkan cengkeraman dan kemudian saling melepaskannya. Bahkan kalau akan menangis, kamipun berusaha mereproduksi emosi agar tidak jadi menangis. Kami perlu sadar dan tepo seliro untuk empati.

Homo ludens (Huizinga, 2014) menegaskan bahwa aktifitas bermain selalu terkait dengan hukum, perang, pengetahuan, mitos, filsafat, dan semua bentuk seni.

Manusia sebagai makhluk bermain. Homo ludens (Huizinga, 2014) menegaskan bahwa aktifitas bermain selalu terkait dengan hukum, perang, pengetahuan, mitos, filsafat, dan semua bentuk seni. Psikologi perkembangan manusia, politik, budaya, dan institusi berkembang oleh karena adanya motif bermain. Gulat bersama sang profesor kecil pun menjadi bagian dari aktifitas bermain yang dibentuk oleh motif menciptakan kepuasan emosional sebagai sebentuk reproduksi dramatisasi identitas kami yang distimulasi dari permainan televisi.

Energi fisik melekatkan energi mental

Tempat penampungan sampah tebu telah memberikan ruang bagi kami memaksimalkan perkembangan relasi sosial kami. Sepah (sampah tebu) menghidupkan energi saya dan sang profesor kecil yang menumbuhkan motif bermain sehingga imajinasi identitas kami benar-benar mendapatkan ruang perkembangan enerjik. Dalam skala yang lebih luas, motif itu memapar saya yang tidak terlalu kenal literasi pengetahuan. Sementara sang profesor kecil berkembang dengan keluarga seorang guru. Gulat menjadikan hubungan yang memuaskan dan pancaran energi dari dua latar belakang keluarga tersebut dapat saling menyapa melalui gerak tubuh, emosi, dan pikiran.

BACA JUGA
Pengasuhan Anak Berbakat, Bisakah Menjanjikan Masa Depan Sesuai Cita-Cita Anak?
Saatnya Menggeser Teori Parenting Impor dalam Psikologi

Permainan inilah yang menciptakan keakraban dan berimplikasi pada pembentukan model bagi saya tentang literasi di dunia pendidikan. Gulat kami di tempat sampah tebu tersebut dapat menjaga kegembiraan relasi sehingga mewarnai fungsi literasi yang dipancarkan oleh sang profesor kecil untuk saya. Energi fisik menjadi media saya untuk tetap rekat dengannya. Rekat secara fisik berarti rekat pula secara emosi dan pikirian. Gulat fisik menjembatani energi yang dipancarkan oleh lawan. Tidak saja energi fisik, tetapi juga energi mental.

Energi fisik memberikan kesempatan mengekspresikan berbagai pertumbuhan bio-psikologis anak-anak.

Pertukaran energi fisik memberikan kesempatan mengekspresikan berbagai pertumbuhan bio-psikologis anak-anak. Bagi sang profesor kecil, dia berbelanja energi fisik saya yang tumbuh di seputaran usaha penggilingan tebu yang melekat di alam fisik saya. Mobilisasi fisik semakin kuat berkembang di lingkungan sampah tebu. Sementara alam fisik sang profesor kecil hidup dalam situasi semangat pendidikan dan literasi oleh karena bapaknya seorang guru. Ketika sang profesor kecil datang ke rumah saya, tawaran permainannya adalah gulat di atas sampak tebu (sepah). Ketika saya bermain di keluarga sang profesor kecil, saya jelas lebih banyak dikenalkan kegiatan membaca buku. Pergulatan fisik telah melengkapi pertukaran energi mental.

Gulat fisik menuju gulat pemikiran

Dalam jagat perkembangan kami, ada sisi yang terus terhubung hingga sekarang, yakni spirit literasi. Bedanya, saya lebih suka gerak fisik, seperti ikut olah raga, pencak silat, lintas alam. Meski sekarang tidak sekuat yang dulu. Tetapi hari ini saya lebih suka pendekatan pemberdayaan dan membuat gerak perubahan sosial. Di sisi lain, saya selalu terhubung dengan sang profesor kecil untuk erat bertukar semangat literasi hingga saat ini, meskipun saya tidak setekun dia. Soal literasi, sang profesor kecil ini memang dahsyat. Sangat bisa diterima karena budaya keluarga telah dia warisi lebih sempurna. Sementara, semangat literasi yang dia pancarkan telah melengkapi profesi saya hari ini. Meski tidak setekun dia, saya pun masih bersemangat untuk menulis. Energi saya lebih banyak pada kegiatan pemberdayaan yang diwarisi dari keluarga saya, seorang petani, wiraswasta, dan gerdagang.

Sang profesor kecil itu sekarang juga bergiat dalam dunia pergerakan. Dia pun menjadi role model literasi Indonesia. Pun pernah bekerja di lembaga swadaya masyarakat.  Kami bertemu dengan nasib berdekatan, meski memiliki keunggulan yang berbeda. Gulat fisik menjadi dasar pengalaman perkembangan kami. Hari ini gulat pemikiran menjadi spirit kami. Dia sekarang sudah profesor, sementara saya provokator. Saat membutuhkan fasilitator, sang profesor memanggil saya untuk mendesain forum agar hidup produktif. Kami bertemu dalam gulat pemikiran. Kami saling berbagi lebih ringan oleh karena energi gulat fisik membentuk mental kami dan mudah dikolaborasikan hari ini.

Sang profesor kecil itu sekarang dikenal Prof. Dr. Ngainun Naim, M. Hi. Profilnya bisa anda kunjungi di laman spirit-literasi.id

*kisah ini sebuah refleksi. Realitasnya sudah direkaulang dalam kesadaran imanisasi. Unsur kesamaan tidak mencerminkan fakta sebenarnya
Picture of Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.