Saweran dan Ekstase Panggung

331
SHARES
2.5k
VIEWS

RelatedPosts

Kampusdea.or.id–Bagi penonton, naik panggung sangat menyenangkan, apalagi berinteraksi dengan penyanyi dan berada di hadapan penonton. Sebelum marak nyawer, naik panggung berjoget, pasti diusir keamanan, namun dengan menggenggam uang untuk nyawer penyanyi, seorang penonton mendapat keistimewaan. Dekat dengan penyanyi membuat perasaan membuncah, bahkan berinteraksi aktif dengan penyanyi. Situasi yang tidak semua penonton mendapat kesempatan istimewa.

Ketika ngefans dengan penyanyi, bawa saja segengam uang untuk nyawer, kita bisa berinteraksi secara intim dengan penyanyi pujaan. Uang sebagai simbol saweran menjadi tiket memuaskan perasaan ngefans dan mendapat jatah dekat dengan artis pujaan. Celebrity worship (pemujaan terhadap artis pujaan) dapat terfasilitasi dengan saweran.  Uang dapat menjadi perantara terhubungnya penggemar, penonto, dan orang-orang istimewa untuk menguasai panggung penyanyi.

Saweran, budaya panggung rakyat

Saweran sebagai budaya populer kesenian panggung rakyat. Saweran sangat jarang menjadi tambahan tontonan mainstream. Semua terstruktur dalam tertib pertunjukan. Sementara seni panggung rakyat seperti dangdut, tayub, dan seni tradisi lainnya terbuka untuk warga oleh karena hadiah dari orang yang menanggap. Warga tidak banyak mengeluarkan uang untuk tiket menonton. Seni ini dengan demikian lebih cair dan menoleransi interaksi penonton dengan para artisnya. Saweran nampaknya menjadi relasi alternatif yang mencairkan suana menjadi ekstase istimewa bagi sebagian penonton.

Beberapa literatur, saweran diambil dari tradisi Sunda, dengan kata asli sawer, awer yang artinya tebaran, atau percikan air hujan, atau memercikkan air dalam ember (Kusmayadi, 2018; Masduki, 2015; Supinah, 2006). Biasanya terjadi pada perayaan perkawinan atau hajatan yang melibatkan tamu atau warga. Seorang pemangku hajatan menebar benda kecil, air, dan ada uang receh untuk para pengunjung atau yang mengiringi seorang pengantin (bisa perkawinan, atau sunatan) sehingga pengunjung berebut barang saweran. Upacara sawer, jika itu perkawinan dimulai setelah ijab qabul. Sawer dimaksudkan sebagai sedekah dengan harapan pasangan pengantin diberkahi tuhan. Saweran dengan demikian dimaksudkan sebagai doa/harapan baik dengan sedekah.

Suasana ini seperti ritual khusus yang menghubungkan antara berharap kebahagiaan menjadi berkah.

Saweran menjadi seni-tradisi karena merangkum praktik simbolik (doa) dan nyanyian.  Suasana ini seperti ritual khusus yang menghubungkan antara berharap kebahagiaan menjadi berkah. Kebahagiaan ini tidak hanya milik pengantin tetapi berkesinambungan dengan kebahagiaan orang banyak.  Sawer menjadi emosi kolektif yang terbuka.  Emosi kolektif tercipta karena rasa puas, dan senang menjadi cair baik bagi pemilik hajat dengan orang banyak.

Situasi ini lebih meningkatkan emosi kolektif menjadi hiruk pikuk karena dapat bahagia bersama. Interaksi antara pengunjung dan penyanyi  diberi ruang perjumpaan. Kebahagiaan yang semata pasif dari penonton seolah terwakili dengan adanya aksi saweran. Batas eksklusif penyanyi yang biasanya tidak terjamah, tidak menjadikan panggung berjarak. Interaksi ini menimbulkan koneksi yang meningkatkan surplus emosional  penonton. Kehadiran salah satu penonton ke panggung meningkatkan keterwakilan bagi kegembiraan penonton. Saweran menciptakan sarana panggung rmerakyat. Bebas dari kapitalisasi panggung yang tidak terjamah.

Ekstase Panggung

Saweran dalam bentuk uang memberikan nilai hiburan yang menyiratkan beragam makna emosional. Uang saweran menyimbolkan prasyarat merebut panggung dan sarana mendekati artis pujaan secara terjangkau. Jika hanya berjoget saja,  tanpa diinginkan si penyanyi, niscaya penonton yang berjoget naik di panggungakan tertolak dan diusir keamanan panggung. Berbeda dengan penonton yang nyawer. Dia mendapat privillege berjoget, merasakan lebih  dekat berinteraksi, dan menumbuhkan luapan emosi gembira yang memuncak.

Berbekal sejumlah uang yang sudah disiapkan, penerimaan di atas panggung menjadi momentum untuk memperluas puncak emosi.

Penyawer memiliki kemenangan emosional. Berbekal sejumlah uang yang sudah disiapkan, penerimaan di atas panggung menjadi momentum untuk memperluas puncak emosi. Luapan gembira berhasil merebut panggung bersanding dengan artis menjadi manifestasi emosi yang tidak semua penonton dapat meraihnya. Saweran dapat menjadi media bernegosiasi untuk mendapatkan kegembiraan hiburan dengan ekstase terbuka.

Baca juga: Pribumisasi Maulid, Konservasi Kearifan Lokal

Panggung musik rakyat demikian menunjukkan keterwakilan terbuka bagi penonton. Seni rakyat yang khas sebagai budaya luwes dalam mengelola kegembiraan. Saweran menjadi seni panggung yang menambah suasana emosi penoton mencair lebih orisinil karena keterwakilan rakyat sebagai representasi kegembiraan bersanding dengan para artis panggung. Situasi pertunjukan demikian menjadi magnet bagi budaya berkesenian yang mencair secara emosional dan mengapresiasi keterlibatan perasaan seolah menghidupkan sapaan emosi artis penonton.

Picture of Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts