• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Stereotip Salah Kaprah terhadap Orang Tua ABK

Siti Fatimah by Siti Fatimah
March 28, 2022
in Opini, Psikologi Hari Ini
192 14
0
Stereotip Salah Kaprah terhadap Orang Tua ABK
Share on FacebookShare on Twitter

Walaupun zaman sudah modern, nyatanya masih banyak  anggapan dan mitos salah kaprah terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan orangtuanya. Banyak masyarakat beranggapan bahwa memiliki ABK merupakan bentuk karma dan korban untuk pesugihan. Stereotip dan mitos keliru tersebut tentu makin membebani psikologis para orang tua anak spesial tersebut yang sebenarnya sudah berat.

Kampusdesa.or.id–Pada dasarnya setiap anak memiliki kekhususan, karena setiap individu mempunyai bakat dan minat yang berbeda. Namun, anak berkebutuhan khusus yang dimaksud di sini adalah anak dengan kendala tertentu yang menyebabkannya memiliki kebutuhan spesial. Tidak heran bila banyak yang menyebut anak berkebutuhan khusus dengan sebutan anak spesial. Misalnya anak tuna daksa tentu mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan anak pada umumnya, demikian juga dengan anak tuna netra, anak tuna rungu, anak autis, down syndrom dan lain sebagainya.

Sayangnya, dalam kehidupan nyata masih ada berbagai pandangan tertentu berkaitan dengan anak kebutuhan khusus. Bagi masyarakat modern, dimana teknologi sudah begitu mudah diakses untuk mendapatkan informasi atas berbagai hal, pemikiran terhadap adanya ABK ini merupakan hal yang sudah tidak aneh lagi. Mereka lebih terbuka dalam menerima keberadaan mereka sehingga anak-anak berkebutuhan khusus bisa mendapatkan pendidikan yang layak sesuai kebutuhannya. Bahkan gedung-gedung, baik sekolah/kampus maupun kantor-kantor dan tempat umum mulai didesain sedemikian rupa demi kemudahan para orang berkebutuhan khusus atau kaum difabel untuk melakukan mobilitas.

Ternyata, banyak pandangan miring terhadap anak berkebutuhan khusus. Ada berbagai stereotip keliru yang membuat ABK dan orang tua merasa tidak nyaman.

Bagaimana dengan masyarakat yang masih awam? Nah, di sini masalahnya. Ternyata, banyak pandangan miring terhadap anak berkebutuhan khusus. Ada berbagai stereotip keliru yang membuat ABK dan orang tuanya merasa tidak nyaman. Masih banyak orang yang beranggapan bahwa keberadaan ABK ini merupakan manifestasi dari karma. Keberadaannya dinilai sebagai akibat dari perbuatan dosa yang pernah dilakukan orang tuanya hingga lahirlah anak yang berkekurangan dari segi tertentu. Bisa dibayangkan beban mental orang tuanya, kan?

Baca Juga:

  • Ini Lima Sikap Orangtua yang Menentukan Tumbuhkembang Anak Autisnya
  • Ragam Reaksi Orang Tua terhadap Indikasi Gangguan Tumbuhkembang Anak

Ada juga yang beranggapan bahwa anak berkebutuhan khusus sebagai penyakit turunan. Mereka beranggapan bahwa orang yang di keluarganya terdapat ABK akan mempunyai turunan ABK pula. Mungkin gen memang turut  mempengaruhi, tapi kebanyakan ABK terjadi karena banyak faktor, kesehatan ibu selama kehamilan, proses persalinan yang bermasalah, maupun faktor kecelakaan. Sebagai contoh ibu yang mengalami malnutrisi selama kehamilan akan rentan melahirkan bayi dengan berbagai gangguan akibat kekurangan gizi tersebut. Proses kelahiran yang mengalami berbagai hambatan semisal lahir sebelum waktunya juga dapat menyebabkan gangguan pada anak seperti low vision, gangguan pada indra pendengaran, akibat belum matang saat dilahirkan, dan lain-lain.

Selain itu, ada juga yang beranggapan anak berkebutuhan khusus terjadi karena faktor kurangnya perhatian dari orang tua, terutama ibu. Anggapan ini biasanya terjadi pada anak autis, ADHD, dan gangguan pemusatan perhatian (PDD). Maka jangan heran bila ada anak yang hiperaktif mendapat sebutan anak nakal atau anak kurang ajar. Anak autis yang lambat bicara sering dikira akibat kecuekan sang ibu yang tidak mengajak anaknya berkomunikasi. Ibu yang mestinya didukung malah disalahkan.

Ada ABK yang dianggap sebagai lebon pesugihan. Anak dikira menjadi cacat karena digunakan sebagai persembahan kepada danyang tertentu untuk memperoleh  kekayaan.

Stereotip terakhir memang lucu dan tidak rasional. Ada ABK yang dianggap sebagai lebon pesugihan. Anak dikira menjadi cacat karena digunakan sebagai persembahan kepada danyang tertentu untuk memperoleh  kekayaan. Masyarakat pedesaan ternyata masih banyak yang percaya dengan mitos bahwa orang yang mencari pesugihan model tertentu menjadikan anak tidak normal. Anggapan ini tidak hanya membebani psikologis orang tua ABK tapi juga membuat orang tua si anak dijauhi oleh masyarakat yang masih mempercayai mitos seperti itu. Itulah mengapa ada orang tua yang menyembunyikan anak berkebutuhan khususnya.

Baca Juga:

  • Lorong Gelap Itu Bernama Autis (Bagian 1)
  • Lorong Gelap Itu Bernama Autis (Bagian 2)
  • Lorong Gelap Itu Bernama Autis (Bagian 3)

Melihat besarnya dampak adanya berbagai anggapan yang menyudutkan orang tua ABK, hendaknya membuat kita lebih berempati pada mereka, yaitu para ABK dan orang tuanya. Sosialisasi pada masyarakat sangat penting, terutama masyarakat desa melalui kegiatan kemasyarakatan seperti PKK dan Posyandu. Tujuannya, agar masyarakat dapat menerima keberadaan ABK sebagai sebuah keniscayaan. Dengan sosialisasi ini diharapkan para ABK dan orang tuanya bisa hidup nyaman dan harmonis sehingga hak-hak mereka sebagai anggota masyarakat tidak terzalimi.

Tags: ABKanak berbakatanak berkebutuhan khususOrang tuaPola Asuh
Previous Post

Meneladani Skill Belajar Imam Salaf, Nasehat Pendidikan Di Masa Pandemi Covid-19

Next Post

New Normal, Dibalik Penularan Covid-19 Tenaga Medis

Siti Fatimah

Siti Fatimah

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Gulat dengan Sang Profesor
Kuliah Desa

Gulat dengan Sang Profesor

by Mohammad Mahpur
October 1, 2022
0
169

KAMPUSDESA.OR.ID--Gulat dengan sang profesor kecil menjadi pengalaman bermain menarik waktu itu di sepah (sampah tebu hasil penggilingan). Masa kecil yang...

Read more
Keluar dari Efek Lampu Sorot
Psikologi Hari Ini

Keluar dari Efek Lampu Sorot

by Redaksi
April 8, 2022
0
98

Jiwa sosial itu layaknya sudah menjadi keterampilan “bertahan hidup” tingkat dasar yang perlu dilatih sebagai modal bagi manusia untuk disebut...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In