Kuliah Pakar, Kajian al-Qur’an dan Neurosains

329
SHARES
2.5k
VIEWS

Kampusdesa.or.id – Senin (1/8) telah hadir dilaksanakan Kuliah Pakar: Kajian Al-Qur’an dan Neurosains. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Universitas Al-Azhar Indonesia bekerja sama dengan Universitas YARSI dan beberapa civitas lainnya. Dipandu oleh Ahmad Rusdan Hutomo, Kepala Lembaga Penelitian di Universitas YARSI, kegiatan ini dilaksanakan secara daring (zoom meeting) dengan jumlah partisipan sebanyak 90 peserta.

Fasli Jalal, Rektor Universitas YASRI pada sambutannya menyampaikan, “Ada sebuah perbandingan yang dibuat oleh Harvard Medical School, dia membandingkan antara otak manusia dan komputer yang mana yang lebih canggih. Jika terhitung antara jumlah sinaps dan jumlah item yang ada di komputer, memang komputer yang menang dan terbanyak. Namun, begitu diliat kemampuan berkolerasi dan berinteraksi (hiperlink) maka komputer kalah jauh. Apa yang dibahas hari ini merupakan salah satu bentuk untuk mengakui kebesaran Yang Maha Kuasa dan mengungkap misteri dan peluang-peluang yang harus dicari dan yang sudah diingatkan di dalam Al-Qur’an dan Hadits yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad saw. Dan kita sebagai ilmuwan muslim harus mencari kemaslahatan semaksimal mungkin dari sebuah organ tubuh yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa, yang ternyata makin jelas bagi kehidupan manusia.”

RelatedPosts

Acara dibuka oleh Asep Saefuddin, Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia “ Sekitar 1400 tahun yang lalu sebenarnya sudah mempunyai neurosains yang ada didalam ayat Al-Qur’an, untuk itu sekarang ini kita sedang mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an, tidak tertulis tetapi diyakini sebagaimana menjadi tugas kita sebagai ilmuwan”.

Dalam Q.S Al-Baqarah 30 telah dijelaskan status manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Mengapa manusia dijadikan khalifah? Karena manusia memiliki keunggulan terutama keunggulan yang paling penting yaitu organ otak, karena di situlah pusat kesadaran, imajinasi, inovasi dan lain sebagainya pada manusia. Prof. Taruna dalam materinya  menjelaskan mengenai Miracle of human brain & neuro synapsis. Beliau menerangkan bahwa manusia memiliki sel-sel diotak kurang lebih 100 milyar. Bagaimana cara mengetahuinya? Yaitu dengan mengukurnya yang caranyapun sangat mudah dengan cara memotong sagital organ otak tersebut. Milyaran sel-sel otak ini memiliki dendritik, akson dan bagian tertentu lainnya dan lebih spesifiknya lagi, sinaptik di satu sel saraf memiliki minimal 10 ribu synaps. Dan di synaptik itulah hardisknya otak itu, karena 1 sel saraf jauh lebih canggih dibandingkan komputer yang kita miliki.

Seperti spesifikasinya, bahwa secara skematik otak kita memiliki 3 kesan yang sangat spesifik yaitu neuro-plasticity (kemampuan antara satu saraf dan saraf yang lainnya memiliki koneksi yang bersifat elastis), neuro-regeneration (otak mengalami regenerasi yang berbeda dengan organ yang lain), dan yang terakhir neuro-compensation (kehebatan otak yaitu memiliki kemampuan kompenasasi, contohnya jika seseorang menderta stroke dibagian hemisfer kiri maka yang terganggu adalah dibagian kanannya). Berdasarkan 3 teori tersebut, semakin menjelaskan dan membuat manusia mempunyai kelebihan atau keunggulan yaitu bisa menjadi pemimpin atau khalifah di muka bumi ini, tidak hanya dibumi namun juga sampai ke angkasa.

Kemampuan dalam konteks neurosains tersebut, proses menjadi khalifah yaitu karena adanya role mindset yang bersifat original yang terjadi didalam otak. Selanjutnya, karena adanya growth mindset seperti inovasi, cara berfikir, perasaan dan lainnya yang merupakan bagian dari kerja otak, baik itu kerja elektrikal, chemical, dan neurotransmitter didalam otak kita maka itu yang membuat manusia mempunyai kemampuan transformasi leadership. Yang terkahir modernity thinks, dimana kita selalu ingin berinovasi sesaui dengan kultur yang ada.

Terakhir di dalam topiknya, untuk mengungkap misteri kematian, sampai dengan pada tahun 1950 kematian dianggap sebagai titik ketika salah satu organ vital pernafasan atau detak jantung berhenti. Namun sadar tidak? Sampai pada tahun 1950, banyak kasus seperti mati suri, henti jantung terjadi dan itu dianggap sebagai standar kematian seseorang. Ternyata secara spesifik, al-quran telah menjelaskan hal tersebut sejak 1400 tahun yang lalu yaitu dengan menggambarkan bahwa ada standar kematian yang universal dan lebih foundemental. Indikator yang lebih spesifik dijelaskan dalam surah al-An’am ayat 60 dan Az-zumar ayat 42. Betapa hebatnya al-Quran karena bisa membuktikan lebih spesifik sains dalam konteks yang nyata.

Neurosains merupakan bagian dari cabang ilmu yang mempelajari mengenai sistem saraf, termasuk bagian neuroanatomi, neurobiologi, neurokimia, neurofisiologi, dan neurofarmakologi yang diaplikasikan kedalam ilmu psikologi, psikiatri, dan neurologi. Otak merupakan organ yang kompleks ditubuh manusia yang terdiri dari 86 juta sel saraf dengan panjang dendritik konon sepanjang 850.000 km (akson dan dendritik). Otak berkomunikasi menggunakan senyawa kimiawi dan listrik dimana didalam kehidupan sehari-hari kemampuan seseorang untuk menahan dan meneruskan keinginan atau emosionalnya diatur oleh otak. Sistem saraf memiliki sirkuit saraf kompleks untuk masing-masing fungsi dan otak memiliki pengalaman ‘mengubah’ yaitu: 1) ketika berlatih sebuah keahlian, pada area tersebut fungsi otak akan tumbuh. 2) Ketika suatu area otak tidak dipakai, area tersebut akan menyusut (neuroplastisitas).

Kecepatan hantaran informasi saraf yaitu 402 km/jam, dan ukuran otak berbanding lurus dengan jumlah neuron yang ada dari sejak bayi berat otak sebesar 350 gr dan pada saat manusia sudah dewasa, beratnya mencapai 1300 gr. Otak bertumbuh 3x lipat dalam 1 tahun pertama kehidupan, otak mengecil seiring dengan penuaan dan juga otak menggunakan 20% oksigen dari aliran darah didalam tubuh. Didalam Al-Quran pada Q.S Al-Alaq  yang merupakan surah pertama yang diturunkan, menjelaskan beberapa poin penting yaitu keutamaan membaca dan mempelajari ilmu, wujud sebagai tanda kasih sayang Allah SWT. yaitu dnegan mengajarkan ilmu, dan mengikat ilmu dengan menulis.

Hubungan neurosains didalam Al-quran dijelaskan bahwa keistimewaan manusia telah tercatat didalam Q.S At-Tin ayat 4-5 dimana secara biologis manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna diantara mahkluk yang lain dan otak merupakan bagian pembeda dari yang lainnya. Bagaimana dengan otak manusia menurut Al-Quran? Otak manusia didalam Al-quran telah dijelaskan dalam Q.S. Hud ayat 56 bahwa Allah menguasai otak manusia, dan pada saat di yaumul hisab nanti, Allah membuka hipokampus manusia dan korteks serebri agar manusia bercerita sendiri tentang evaluasi selama hidupnya didunia. Q.S Al -alaq ayat 15-16 dijelaskan bahwa kesalahan manusia akan mendapatkan hukumannya dihari kemudian. Dan yang terakhir dalam Q.S. Ar-rahman ayat 41 telah dijelaskan bahwa lobus frontal merupakan pusat kognisi dan pengambilan keputusan yang baik maupun buruk, oleh karena itu bagian depan kepala digambarkan sebagai pusat penentu apakah manusia berbohong dan berdosa. Hal ini jelas bahwa Al-quran sudah menunjukkan kebesaran Allah lebih dari 1400 tahun yang lalu, sedangkan para ilmuwan baru menemukan fungsi area prefrontal ini dalam 60 tahun terkahir.

Tuntunan Al-Quran yaitu seperti perintah shalat dimana pada posisi sujud keadaan ini dapat meningkatkan suplai darah ke otak, dengan menempatkan lobus prefrontal pada pusat gravitasi (titik terbawah) dan dapat pula meningkatkan fungsi otak. Selanjutnya yaitu berzakat, dengan berzakat dapat meningkatkan aktivitas di korteks prefrontal dan dorsolateral yang dapat memprediksi keputusan seseorang untuk melakukan sumbangan amal atau tidak. Dan yang terkahir yaitu bersifat jujur. Lalu bagaimana Al-Quran dapat mengubah otak kita? Yaitu dengan melaksanakan perintah Allah SWT. dan menjauhi larangannya (shalat, zakat, berpuasa), menjaga (adab, nilai termasuk hafalan Al-Quran), membaca Al-Quran dengan tartil, dan menyimak dan menghayati bacaan Al-Quran.

Di dalam Q.S Al-Isra’ ayat 70, dalam tafsirnya menjelaskan mengenai kunci kemuliaan anak keturunan Nabi Adam A.S, yaitu karena memiliki akal serta memiliki kemampuan mengekspresikan pikiran dan membedakan kebaikan dan keburukan. Secara etimologis, akal merupakan sesuatu yang sepadan dengan insting yang tidak ada pilihan (lain) baginya, dan secara terminologis akal merupakan pengenalan kognitif terhadap substansi segala sesuatu secara global, dan manifestasinya adalah mampu membedakan antara yang baik dan yang jahat benar dan salah, bagus dan buruk, atau yang sejenisnya.

Bagaimana pandangan ulama mengenai akal?

Akal ialah naluri kognitif, ilmu ilmu aksiomatis, ilmu ilmu teoretis, dan tindakan sesuai ilmu pengetahuan. 1) Syaikh al Islam ibnu Taimiyyah berkata: “Naluri yang dengannya seseorang benalar, dan ini bervariasi dalam implementasinya. Para ulama salaf dan para imam sepakat dalam hal ini. 2) Demikian pula pendapat Imam Ahmad, Ilmu ilmu aksiomatis atau pengetahuan rasional yang disepakati oleh semua orang, seperti pengetahuan bahwa keseluruhan lebih besar dari sebagian, dil. Ini adalah pengetahuan (knowledge) yang tidak membutuhkan argumentasi ilmiah. 3) Ilmu-ilmu teoritis, yang diperoleh dengan analisa dan penalaran, dan ini “yang membawa manusia untuk melakukan apa yang bermanfaat baginya dan meninggalkan apa yang merugikannya”. 4) Perbuatan yang sesuai dengan ilmu. Imam al-Ashma’i berkata: “(Orang yang) berakal ialah yang menahan diri dari keburukan, dan membatasi diri dalam kebaikan.” Sebagaimana disitir dalam Al-Qur’an “Dan (orang-orang kafir) berkata: Seandainya kami dulu mau mendengar dan menggunakan akal pikiran kami, maka tentu kami tidak termasuk penghuni neraka sair (Q.S Al-Mulk: 10). Dan masih banyak pandangan para ulama lainnya.

Di dalam Al-Quran, kemampuan manusia dalam bidang akal sangat berbeda dengan makhluk lainnya, menjadikan Al-Quran sebagai pedoman umat manusia yang dapat dengan mudah dipahami, dan tidak ada seorangpun yang dapat memahami kecuali orang-orang yang berilmu atau berakal. Hal tersebut telah disebutkan dalam beberapa ayat dalam Al-Quran. Dan secara sinonimnya, akal berdasarkan pengertian para alama yaitu: Al-Lubb, An-Nuha, Al-Fu’ad dan Al-Qalb.

Di akhir kegiatan, dilakukan sesi tanya jawab yang ditujukan kepada masing-masing pakar dan terdapat pula Closing Remarks oleh Drs. Murni Djamal, MA (Kepala Pusat Etika Penerapan Kajian Nilai-nilai Keislaman). Kegiatan ini bertujuan tidak hanya untuk menambah wawasan keilmuan namun juga menambah keimanan kita. (Tulisan ini telah disupervisi oleh dr. Dito Anurogo, M.Sc., sedang studi S3 di Taipei Medical University, Taiwan)

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.