• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Tradisi Unik di Sepertiga Ramadhan

Marwita Oktaviana by Marwita Oktaviana
March 27, 2022
in Uncategorized
195 10
0
Share on FacebookShare on Twitter

Cinjo atau tinjo, yaitu ater-ater (mengirimkan) makanan pada kerabat yang lebih tua. Cinjo biasanya dilakukan menjelang Idul Fitri. Nah bagaimana dengan tradisi cinjo ini di masa pandemi? Setelah banyak karyawan yang terpaksa dirumahkan atau bahkan diberhentikan total karena perusahaan yang tidak mampu menahan laju kerugian akibat karantina corona yang berimbas pada berkurang atau berhentinya pendapatan masyarakat. Jadi sedikit banyak terlihat juga pengaruhnya pada tradisi cinjo ini. Sepuluh hari terakhir Ramadhan terasa sepi. Jika biasanya terlihat lalu lalang ibu-ibu yang menenteng cinjo untuk diantarkan kali ini cenderung sangat berkurang.

Kampusdesa.or.id–Ramadhan sudah mendekati sepertiga terakhir. Sedih pasti diamini oleh semua umat muslim. Untuk bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan belumlah pasti. Di sepertiga akhir bulan Allah menjanjikan Lailatul Qadar, dimana amalan semalam diganjar dengan pahala seribu bulan. Setiap muslim pasti menginginkan untuk mendapatkannya.

Banyak cara yang dilakukan oleh para muslim untuk menjemput pahala. Baik dengan memperbanyak membaca dan menghafal Al-Quran, melewatkan malam-malam di masjid untuk berdzikir, memperbanyak sholat malam, dan juga bersedekah.

Bersedekah di bulan Ramadhan sangat dianjurkan. Mengingat Nabi Muhammad SAW juga melakukan hal yang sama dimana dikatakan bahwa sedekah Nabi saat bulan Ramadhan seperti angina yang ditiupkan. Begitu banyaknya hingga malaikat Jibril selalu mendatangi beliau di malam-malam bulan Ramadhan.

Di Jawa, khususnya di pedesaan, ada tradisi unik yang biasa dilakukan saat sepertiga Ramadhan datang. Tradisi ini mungkin bersumber dari sedekah yang dimodifikasi. Namanya cinjo atau tinjo, yaitu ater-ater (mengirimkan) makanan pada kerabat yang lebih tua. Misalnya anak kepada orangtua, adik kepada kakak, atau ponakan kepada paman dan bibinya. Makanan yang dikirimkan biasanya berupa makanan matang yang siap santap.

Cinjo biasanya dilakukan menjelang Idul Fitri. Dan hanya dilakukan oleh mereka yang sudah berkeluarga sebagai wujud kemapanan hidup. Para orang tua dan biasanya akan nyangoni mereka yang mengantar cinjo tersebut dengan sedikit uang, jika mampu. Jika tidak maka hanya ucapan terima kasih saja yang diucapkan sebagai balasan.

Cinjo biasanya dilakukan menjelang Idul Fitri. Dan hanya dilakukan oleh mereka yang sudah berkeluarga sebagai wujud kemapanan hidup. Para orang tua dan biasanya akan nyangoni mereka yang mengantar cinjo tersebut dengan sedikit uang, jika mampu. Jika tidak maka hanya ucapan terima kasih saja yang diucapkan sebagai balasan.

Namun di era modern saat ini, tradisi cinjo mengalami pergeseran. Jika dahulu berupa makanan siap santap yang dimasak sendiri, saat ini lebih ke arah bahan-bahan mentah seperti gula, minyak ataupun beras yang kadang diwadahi tas khusus atau dibungkus cantik serupa bingkisan parcel. Karena sedang puasa, maka dikhawatirkan banyak makanan yang terbuang karena tidak habis. Diberikan bahan mentah agar tetap bisa digunakan di lain waktu dan bermanfaat.

Tradisi cinjo  dilakukan selain untuk sedekah juga sarana silaturahmi dan mendekatkan diri dengan sanak saudara. Baik yang sedarah maupun saudara jauh. Sampai saat ini tradisi cinjo masih tetap berjalan. Meski pandemi mengkarantina beberapa tempat, namun di beberapa wilayah masih toleran untuk bisa keluar dan menjalankan tradisi tersebut. Setidaknya sedikit menambah nilai Ramadhan yang tidak normal dengan saling berbagi dan silaturahmi.

Nah bagaimana dengan tradisi cinjo ini di masa pandemi? Setelah banyak karyawan yang terpaksa dirumahkan atau bahkan diberhentikan total karena perusahaan yang tidak mampu menahan laju kerugian akibat karantina corona yang berimbas pada berkurang atau berhentinya pendapatan masyarakat. Jadi sedikit banyak terlihat juga pengaruhnya pada tradisi cinjo ini. Sepuluh hari terakhir Ramadhan terasa sepi. Jika biasanya terlihat lalu lalang ibu-ibu yang menenteng cinjo untuk diantarkan kali ini cenderung sangat berkurang.

Namun masih ada juga yang melanjutkan tradisi ini meski sedikit menurunkan jumlah hantaran lantaran dana yang berkurang. Bagi beberapa orang tradisi ini sekaligus digunakan untuk bisa sambang setelah sekian lama merantau atau tidak bisa bertemu lantaran kesibukan.

Lanjut atau tidak tradisi ini saat pandemi memang tidak bisa diprediksi. Di desa saya sendiri terlihat minim sekali yang menjalankan. Mungkin juga mereka lebih ingin menyimpan uang untuk persediaan hal yang tidak didinginkan selama pandemi. Semoga saja wabah lekas pergi dari bumi dan kehidupan bisa berjalan normal kembali, jadi tahun depan tradisi cinjo ini akan kembali semarak menghiasi sepuluh hari terakhir Ramadhan.

Tags: ater-aterberkatbudaya di desacinjopandemi coronasepertiga ramadhantinjotradisi
Previous Post

Moving Class dan Outing Class: Alternatif Efektif Pembelajaran Aman Saat Belajar Bersama COVID-19

Next Post

Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Menurut Ketua FORSEKDESI

Marwita Oktaviana

Marwita Oktaviana

RelatedPosts

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah
Uncategorized

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

by Sigit Priatmoko
March 27, 2023
0
204

Pemberian tugas menulis makalah kepada mahasiswa, apalagi dengan berkelompok, sepertinya harus dipikir ulang oleh dosen. Berdasarkan penelusuran saya di beberapa...

Read more
Kuliah Pakar, Kajian al-Qur’an dan Neurosains
Kuliah Terbuka

Kuliah Pakar, Kajian al-Qur’an dan Neurosains

by Kampus Desa Indonesia
September 22, 2022
0
224

Kampusdesa.or.id – Senin (1/8) telah hadir dilaksanakan Kuliah Pakar: Kajian Al-Qur’an dan Neurosains. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Universitas Al-Azhar Indonesia...

Read more
Perdamaian pun Bisa Dimulai dari Perempuan Muda
Uncategorized

Perdamaian pun Bisa Dimulai dari Perempuan Muda

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
308

Apa jadinya jikalau perempuan angkat tangan dan kaki menjadi agen perdamaian untuk mencegah lahirnya generasi teroris dan radikal? Ya, tentu...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In