• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

The Power of Kepepet, Mengubah Kebiasaan Generasi Baby Boomer

Astatik Bestari by Astatik Bestari
March 25, 2022
in Opini
232 2
0
The Power of Kepepet, Mengubah Kebiasaan Generasi Baby Boomer

Cartoon character with generations concept. Baby boomers, generation x, generation y or millennial, generation z. Family people in white T-shirt casual on blue background, flat icon design vector

Share on FacebookShare on Twitter

Tantangan baru bagi guru, orang tua, dan anak adalah menyesuaikan penggunaan gawai untuk belajar atau sekolah. Apalagi generasi baby boomer, perkara menggunakan gawai tentu sekali serepotan. Tapi kalau sudah terdesak (power of kepepet), sejumlah orang tua akhirnya mulai bisa mengoperasikan gawai untuk belajar dari rumah saat pademi covid-19. Apakah perubahan memang menunggu momentum/kesempatan terdesak?

Kampusdesa.or.id–Tentu saja catatan saya ini tidak meresensi bukunya Jaya Setiabudi penulis buku The Power of Kepepet (2008). Ini terkait keterdesakan yang ada di dunia pendidikan, bukan di dunia bisnis.

Apa saja yang kita peroleh akibat wabah COVID-19 yang melanda dunia lebih dari setahun ini? Kita tiba-tiba tidak saja masuk dalam suasana baru, tetapi juga pola pikir dan tindakan yang harus beradaptasi dengan suasana baru tersebut.

Mau tidak mau, semua bentuk komunikasi dilalui secara virtual

Yang paling tampak nyata saat pandemi COVID-19 ini adalah kita dituntut bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi digital. Mau tidak mau, semua bentuk komunikasi dilalui secara virtual. Tak ketinggalan dalam dunia pendidikan.

Awal pandemi COVID-19, bisa saja guru dari golongan generasi baby boomers (usia 56-74 tahun) bahkan generasi X pun ada yang mengelak belajar teknologi. Alasannya “sudah tua.” Walhasil pembelajaran terseok-seok jika gurunya dari generasi baby boomers. Yang menyedihkan itu jika guru dari kalangan milenial tapi cara mengajarnya tidak secanggih pelabelannya sebagai generasi yang melek teknologi digital.

Sejalan dengan waktu pandemi COVID-19 belum juga menampakkan tanda-tanda akan berakhir, dua generasi tersebut akhirnya menyerah. Kini tak hanya seminar yang memakai aplikasi zoom, Google Meet atau aplikasi digital lainnya. Rapat kerja sekolah, tahlilan untuk mendoakan teman seprofesi yang meninggal, koordinasi kerja lainnya sudah bisa menggunakan aplikasi ‘tatap layar’. Semua kalangan, semua usia mau menerimanya.

Di dunia pendidikan tak hanya aplikasi tatap layar seperti Zoom dan Google Meet yang digunakan sebagai sarana pembelajaran. Aneka apikasi sosial media juga marak digunakan para pendidik. Selain itu dunia pendidikan kini semakin keren dengan munculnya aplikasi yang berlabel education, seperti Google Workplace for Education, Canva for Education, dan Microsoft 365 for Education.

The power of kepepet akhirnya mendesak generasi baby boomers dan generasi X tak segan belajar dan memanfaatkan teknologi dalam melaksanakan pembelajaran virtual mereka. Penguasaan dan pemanfaatan teknologi di dunia pendidikan, sepertinya kelar tanpa kendala yang berarti.

The power of kepepet rupanya belum mampu masuk pada pola pikir para orang tua yang mendampingi belajar anak mereka di rumah (Belajar Dari Rumah/BDR).

Dalam konteks lain seputar pendidikan, the power of kepepet rupanya belum mampu masuk pada pola pikir para orang tua yang mendampingi belajar anak mereka di rumah (Belajar Dari Rumah/BDR). Merindukan kapan sekolah dibuka adalah ungkapan yang tak bosan dilontarkan ke pihak sekolah selain anak mereka sendiri yang menyampaikan.

Tidak sedikit orang tua yang menyikapi pandemi COVID-19 ini adalah kejadian luar biasa yang nantinya akan berakhir. Sehingga mereka menunggu waktu tersebut. Mereka tidak merasa kepepet. Akibatnya, cara mendampingi belajar sama saja dengan sekolah yang tidak sedang BDR. Padahal, cara guru menyampaikan materi pelajaran sudah berbeda. Orang tua dalam golongan ini mungkin menganggap BDR hanyalah mengalihkan tempat belajar dari sekolah ke rumah.

Di tengah ada orang tua yang merasa pandemi COVID-19 adalah tantangan untuk menjadi guru handal era pandemi COVID-19, ada golongan orang tua yang mendampingi belajar anaknya secara instan. Misalnya, jika guru memberi tugas agar mencari jenis binatang yang dipengaruhi oleh pembagian garis Wallace dan Weber melalui mesin pencarian di Google, orang tua tinggal mendatangi rental komputer. Anak tinggal menyetorkan tugas dalam bentuk cetak ke guru mata pelajarannya secara periodik bersamaan dengan pelajaran lain. Konon ada salah satu pemilik rental bercerita ke saya.

“Mbak, saya di-print-kan tugas seperti anaknya si Anu!”

Rupanya, ini the power kepepet yang tidak mau repot. Yang penting tugas anak selesai di hadapan gurunya. Perkara anak paham atau tidak tugas dari guru di sekolah, dipikir belakangan. Orang tua sudah dikejar tugas lain. Bisa saja keburu mendampingi belajar 1 atau 2 anaknya yang lain, karena waktu penyetoran tugas dibatasi.

Bujang sulung saya pernah bercerita juga, ia berjumpa dengan tukang becak yang membelikan anaknya gawai untuk pembelajaran daring. Uang yang dibayarkan ke penjualnya dalam bentuk uang recehan. Ini the power of kepepet yang menimbulkan iba. Sama halnya siswa sekolah formal saya. Ia mengeluhkan tidak bisa masuk Google Classroom karena lupa kata sandi. Saya undang ke rumah membawa gawainya. Sambil mengajarinya mengatur ulang kata sandi, saya menemukan masalah dengan gawainya. Beberapa huruf tidak muncul saat dipencet, caranya agar muncul, posisi gawai diubah tampilannya ke landscape.  Batin saya kala itu.

“Sampeyan jadi cerdas dalam keterbatasan gawaimu, Nduk!”

Seketika itu saya percaya kalau warga masyarakat memang tak semua punya gawai, lebih-lebih yang kompatibel dengan kebutuhan BDR.

Sepanjang BDR berlangsung di tengah pandemi, terkait perilaku orang tua dalam mendampingi belajar anaknya, saya belum menjumpai ada kegiatan parenting program sekolah yang bertujuan menumbuhkan semangat berjuang dengan sabar dalam mendampingi BDR. Diharapkan orang tua tak lagi repot ke rental komputer demi tugas anak, yang kenyataannya dikerjakan oleh penjaga rental komputer.

Orang tua mungkin perlu diberi bocoran isi SE Mendikbud No. 4 Tahun 2020 bahwa pembelajaran masa pandemi COVID-19 itu diharapkan memberi pengalaman belajar yang bermakna

Orang tua mungkin perlu diberi bocoran isi SE Mendikbud No. 4 Tahun 2020 bahwa pembelajaran masa pandemi COVID-19 itu diharapkan memberi pengalaman belajar yang bermakna. Guru pun juga patut memedomani SE Mendikbud No 4 Tahun 2020 ini agar materi pelajaran dan tugas yang diberikan kepada peserta didiknya meninggalkan kesan proses belajar yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna ini tentu saja maksudnya menambah kualitas wawasan pengetahuan lebih baik di era kegiatan yang serba dibatasi karena COVID-19.

Untuk para orang tua, jika pihak sekolah telah memberi banyak kelonggaran dalam mendampingi BDR anak-anaknya, maka kelonggaran itu bisa dijadikan kesempatan untuk belajar agar kualitas pendampingan BDR lebih baik. Jombang, 29 Juli 2021

Tags: baby boomerbelajar dari rumahCOVID-19The Power of Kepepet
Previous Post

Mengatasi Stres Kerja Guru saat Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi

Next Post

Childfree: Antara Kebebasan dan Kepantasan

Astatik Bestari

Astatik Bestari

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In