• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Surga di Desa, Surga Tanpa Pesta Seks

Nurani Soyomukti by Nurani Soyomukti
March 27, 2022
in Opini
198 15
0
Surga di Desa, Surga Tanpa Pesta Seks
Share on FacebookShare on Twitter

Saya orang desa. Saya pernah dua tahun tinggal di ibu kota, akhirnya tak betah. Sebab, desa ternyata adalah tempat yang memiliki segalanya. Tapi sekota-kotanya Jakarta atau ibu kota propinsi di nusantara, saya pikir masih banyak tanaman dan pepohon yang bisa kita jumpai. Baik tanaman hias di sisi-sisi kantor dan gedung. Pohon-pohon besar di pinggir jalan. Hingga taman-taman kota yang punya banyak tumbuh-tumbuhan.

Di desa lebih menarik lagi. Hingga kaum Eropa menggambarkan nusantara adalah “Hindia yang molek” atau “Hindia yang indah”—atau yang sering disebut “Mooi Indie”. Keindahan alamnya yang luar biasa. Alamnya termasuk manusia, di antaranya (jika dipandang dari perspektif laki-laki) adalah perempuan-perempuan cantik di antara tumbuh-tumbuhan tempat mereka tinggal dan juga di antara mereka bekerja.

Situasi di mana ada seorang perempuan menanam atau panen padi. Situasi di mana ada perempun berjalan di ladang mengantarkan bekal makan di sela istirahat di sawah. Situasi di mana ada perempuan-perempuan mencuci pakaian di sungai yang airnya bening mengalir dengan batu-batu indah. Situasi di mana ada para perempuan cantik mandi di telaga. Situasi di mana ada perempuan ingin menyeberang di sungai yang airnya meluap dan dicegat oleh kepiting. Kisah ikan emas yang kerasan di danau. Narasi tentang Kancil mencuri Mentimun atau kisah tentang buah Semangka yang disembunyikan raksasa. Kisah tradisional di mana selalu ada hutan, direpresentasikan oleh Gunungan dalam wayang, misalnya. Dan ribuan kisah lainnya menunjukkan betapa kekayaan flora dan fauna di nusantara, terutama di desa tidak lagi terbantahkan.

Surga berupa keindahan nyata di desa-desa sudah menjadi keseharian. Kesuburan Padi dan pemujaan terhadap Dewi Sri, menjadikan perempuan diberi tempat terhormat dalam konsep dan narasi masyarakat tentang alam dan kemanusiaan. Senutan Ibu Pertiwi untuk menarasikan bagaimana alam ini adalah sosok perempuan yang menghidupi.

Berbeda sekali dengan konsep yang lahir dari masyarakat yang tanahnya gersang tanpa tumbuh-tumbuhan. Masyarakat yang sulit mendapatkan air mengalir di bawah tanah yang banyak tumbuh berbagai tanaman. Di msayarakat gurun pasir itu, masyarakatnya sangat mendambakan surga sebagai keindahan di mana ada “kebun indah di mana akan mengalir air di bawahnya”. Hal semacam itu bukan lagi khayalan di sini, di nusantara dengan desa-desa yang memang sudah banyak mengalir sungai, kebun-kebun dan ladang, hutan dengan berbagai tanaman.

Sedangkan di sini, perempuan dan laki-laki hidup berdampingan di antara keindahan alam. Tidak ada janji pada laki-laki tentang surga yang isinya perempuan seksi sebagai pemuas nafsu seks tanpa batas. Hal yang tidak dijanjikan pula pada perempuan—yang barangkali surga diangankan dari kepentingan laki-laki yang hanya membayangkan keindahan perempuan, seksi, dan melayani kebutuhan untuk kepuasan seksisme-patriarkal.

Di masyarakat gurun pasir sana, tidak ada keindahan alam seperti banyaknya tanaman dan buah-buahan. Sehingga, satu-satunya penyaluran nafsu adalah keindahan seksual, pesta seks dengan perempuan-perempuan. Menikahi banyak perempuan dan menjadikan perempuan sebagai budak nafsu adalah salah satu penyaluran nafsu. Sebab, tak ada keindahan lain selain itu. Alam tak menarik, pemandangan buruk, tanah gersang. Air sulit didapat.

Jangankan fauna (hewan) yang juga banyak jenisnya (ratusan atau mungkin ribuan) seperti di nusantara. Di padang pasir itu, setahu saya dari cerita-cerita, hewan yang saya kenal hanyalah Unta dan Domba. Bandingkan dengan di sini. Dalam hal hewan sebagai lauk saja, jumlahnya di nusantara banyak sekali. Baik hewan yang hidup di air maupun di darat.

Dan bisa dibayangkan, terlalu banyak makan domba (kambing) juga akan membuat nafsu seks terus meninggi. Bagaimana kalau makanan tiap hari adalah daging semacam itu. Berarti nafsu seks orang-orang di sana memang amat besar. Nafsu seks itu, tak terbatahkan lagi, terproyeksikan dalam idealisme surga yang penuh adegan seks. Ya, PESTA SEKS. Kenapa bayangan tentang surga adalah pelayanan seks, pemuasan nafsu yang meledak-ledak? Ya karena itu adalah bayangan dari masyarakat yang nafsu seksnya besar. Ya karena situasi kehidupannya diwarnai keterbatasan tentang keindahan hidup selain seks. Pesta tubuh adalah hal yang terjadi ketika tumbuh-tumbuhan tak hidup. Keindahan pemandangan dengan tanaman-tanaman indah, terutama tanaman yang enak di makan untuk mengurangi nafsu.

Sementara masyarakat kita, yang secara kuliner tak banyak makan daging yang menyebabkan nafsu meningkat, yang dihiasi dengan keindahan tumbuh-tumbuhan, bukanlah masyarakat yang seksis pada awalnya. Perempuan memakai pakaian yang tak menutupi lengan dan leher adalah hal biasa. Tak akan terjadi agresi dan pemerkosaan. Karena laki-laki di nusantara juga punya adat yang mengontrol nafsu dan tingkahlaku.

Tapi orang-orang gurun pasir itu sebagian datang untuk merubah perilaku masyarakat nusantara. Mereka memaksa perempuan memenuhi seluruh tubuhnya. Pada hal laki-laki di sini bukan tipe laki-laki nafsuan. Masyarakat sini juga tak ada tradisi barbarisme. Apalagi sejak ada hukum modern, orang yang memerkosa akan dihukum. Orang-orang padang pasir ingin memaksakan cara berpikir, bahwa kalau ada perempuan di perkosa yang salah adalah perempuannya hanya gara gara tak memakai jilbab.

Di sini, laki-laki tidak seagresif di padang pasir yang konon juga suka perang dan berkelahi antar suku. Di sini, banyak orang-orang arif bijaksana yang tidak menyalahkan orang lain sebagai penyebab kejahatan yang ia lakukan. Di sini orang-orang dianggap punya sifat suci, bukan penyebab dosa. Kebaikan dianggap bisa muncul dari tiap manusia, bukan karena dipaksa oleh hukum-hukum keras. Di sini orang woles, ya karena kedamaian nusantara sudah dihadiahkan tuhan dan alam raya. Keindahan alam dan kecantikan pemandangan adalah hibah alam yang membuat nusantara menjadi masyarakat yang bisa menerima perbedaan.

Karena kami sudah terbiasa dengan perbedaan. Buah dan tanaman yang jenisnya berbeda-beda. Hitung jenisnya, puluhan atau mungkin ribuan. Selera masyarakat kami terhadap jenis buah dan makanan yang jumlahnya banyak juga membiasakan kami berbeda dengan rasa dan selera. Kami dikutuk alam raya dan Jagat Dewa Batara sebagai masyarakat yang bhineka. Sekuat apapun kalian kaum padang pasir mau memaksakan kami, kalian tak akan bisa!

Trenggalek, 19/07/2017

Tags: desaindahkota alampesta seksseks
Previous Post

Membincang Pendidikan Kita, Antara FDS vs Madrasah Diniyah

Next Post

Desa dan Komunikasi

Nurani Soyomukti

Nurani Soyomukti

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In