Perempuan di Balik Sekolah Rakyat dan Wisata Desa Petung Ulung Nganjuk

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Menjadi perempuan inspiratif membutuhkan nyali. Mungkin jejak kehidupan yang sudah ada di benak perempuan membawa seorang perempuan, tetap terpenjara dalam peran domestik, atau peran yang dimainkan sebagai ibu, akhirnya mampu dijejakkan untuk mengayomi dan memantik perubahan masyarakat. Barangkali itu yang bisa disematkan pada sosok Siti Nur Imamah. Penggerak delapan Desa Wisata di Nganjuk.

kampusdesa.or.id–Alhamdulillah kegiatan rutin setengah tahunan Komunitas OLDWA menggelar pertemuan bernama Konvensi Pendidikan yang ke 8 di tahun 2019 ini sukses dilaksanakan di Petung Ulung Nganjuk.

RelatedPosts

Nama lokasinya saja Sekolah Rakyat membuat yang belum kenal mungkin membayangkan seperti di SD, karena SD dulu alih nama dari SR.

Belum lagi sang nyonya rumah, shohibul bait, bunda Siti Nur Imamah, meski sudah banyak yang mengenal nama dan kegiatannya di akun beliau dan akun Sekolah Rakyat Nganjuk, namun banyak yang belum tahu sepak terjang (nggak tahu, apakah bunda satu ini suka menyepak dan menerjang) sang tokoh di balik semua ini?

Saya mengenal beliau di satu malam di satu pertemuan di Nganjuk dalam acara Ngopi (Ngolah Pikir) dengan sahabat-sahabat pegiat Nganjuk, antara lain hadir mas Rego Agus R. Subagyo dan mbak Sulis D’Syamora Batik Kreasi. Dalam rembug yang gayeng itulah saya kenal beliau.

Provokatif. Wabup Nganjuk pun, mampu diajak berkolaborasi dan selalu bergaya skak mat, kalau sudah bicara kebijakan.

Pertama saja saya sudah kagum setengah urip, karena beliau perempuan, hidup di kota dengan pekerjaan yang supersibuk sebagai bu Guru MTsN di Nganjuk, ndalemnya di tengah kota yang nyaman, kok masih sempat-sempatnya memikirkan masyarakat di desa tertinggal.

Biasanya sehabis ngobrol dan seiring berlalunya waktu, pembicaraan menjadi hewes-hewes bablas angine, nggak berbekas. Berbeda dengan beliau, beberapa waktu kemudian saya mengetahui beliau langsung bergerak menembus batas-batas kacamata kuda dan bidang pekerjaannya. Beliau membangun Sekolah Rakyat, bukan seperti bayangan konvensional gedung sekolah dasar, namun lebih merupakan wadah pemuda-pemudi desa belajar memanfaatkan potensi diri dan lingkungannya di dusun Petung Ulung. Sekolah Rakyat di Petung Ulung menjadi sekolah pertama dari 8 Sekolah Rakyat ang didirikan Siti Nur Imamah.

Siti Nur Imamah (Tengah), bergiat mendorong kader/relawan perempuan untuk desa wisata

Rintisan pengembangan Sekolah Rakyat di Petung Ulung ini bukan tanpa hambatan. Mungkin karena baru pertama kali dan juga masyarakat setempat masih awam, perkembangannya tidak seperti yang diharapkan.

Beliau mengalihkan fokus kegiatannya di desa Kweden. Alhamdulillah potensi alam di Kweden lebih baik dan ditambah belajar dari kasus di Petung Ulung, maka kegiatan di Kweden sangat berhasil sehingga menjadi salah satu ikon wisata di Nganjuk yang terkenal dengan nama Kweden River Park dengan andalannya kegiatan arung jeram dan wisata kuliner

Berhasil di Kweden, beliau memalingkan perhatiannya ke desa Ngepung, desa tertinggal di pegunungan kapur yang terletak dekat perbatasan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Bojonegoro. Beliau ingin mendayagunakan potensi zakat untuk membangun Ngepung ini, dan saat ini sedang dalam proses dengan hasil yang menggembirakan.

Rupanya beliau masih penasaran dan tidak kapok dengan hambatan-hambatan yang ditemui saat merintis pertama kali di Petung Ulung, dan berbekal pengalamanmya di dua lokasi baru, alhamdulillah di Petung Ulung mampu berkembang. Untuk itulah kita datang di Petung Ulung ini, untuk menemukenali satu best practice di bidang community development, jauh dari bidang disiplin ilmu yang ditekuni semasa kuliah dulu. Jian tidak linier blass dan nlenthang poll dengan hukum Newton, relativitas Einstein dan sebagainya yang dipelajarinya di Prodi Fisika di Unesa.

Itulah sekedar mengenal sekilas bund Siti Nur Imamah, wanita multitalenta, perempuan serba segalanya. Pidato di mimbar oke, panjak kendang oke, peragawati luwes gandhes, petualangan offroads tak pernah mengeluh, pengusaha berbakat, petani inggih mangga, namun yang sangat saya kagumi dari sang penantang zaman ini adalah komitmen dan kepeduliannya pada masyarakat miskin, untuk itu beliau berprinsip selama berjuang di jalan Allah, maka tiada beban berat yang dirasakan dalam membuat yang imposible menjadi I’m posible.

Selamat mengenal lebih dalam dengan Srikandi yang gemar memanah ini, sang tokoh Konvensi Penddikan VIII ini dengan sahabat-sahabatku rawuh, hadir sendiri di Konvensi Pendidikan VIII di Nganjuk tanggal 6 dan 7 Juli 2019.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.