Meracik Gugah Gerakan Nasional dari Pinggir

326
SHARES
2.5k
VIEWS

Kampusdeda.or.id–Rapat Tahunan Komisariat IKAPMII (Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) tentunya akan menarik kalau dikemas lebih terbuka terhadap keragaman praktik baik para alumni yang sudah banyak menjadi figur perubahan. Kita pumya banyak singa daerah, bahkan singa penggerak di level desa yang tumbuh dengan spirit gerakan. Mereka mampu berkontribusi terhadap perbaikan kehidupan kampungnya. Berbagai pengalaman pinggir yang kadang terabaikan justru banyak tersohor menjadi referensi kebangkitan pembangunan. Momen kita dapat berkonstribusi dalam gerakan nasional yang memulai merawat apa yang ada di pinggir

Malah yang pinggir dan kecil-kecil begini lebih mudah dijadikan sumber inspirasi dan lebih gampang ditiru. Bukankah yang gampang-gampang dan mudah ini lebih cepat diwariskan ke orang lain, atau generasi kader di bawahnya untuk sederhana dipraktikkan? Basis intelektual organik sepertinya lebih riil kalau kita mengaji pada para alumni yang sudah bisa terampil mengorkrestasi jamaahnya menjadi inspirasi perubahan.

RelatedPosts

Baca juga: Mronjo Kian Serius Kelola Potensi Desa Wisata Melalui Pelatihan – Kampus Desa Indonesia

Jadi, RTK IKAPMII tidak perlu risau mengorganisir figur ketua mendatang siapa, tetapi yang lebih penting adalah mengorganisir gagasan sebagai konten arah dan fokus diseminasi seputar evolusi dan revolusi pengalaman alumni agar lebih nampak gagah sebagai intelektual organik.

Menyudahi Formalisasi, Menumbuhkan Apresiasi

Kita bisa bercermin ke model kyai kampung, atau ke para kyai yang begitu tulus bertumbuh tidak dalam formalisme. Mereka bisa kita duplikasi dengan nalar intlektual organik bukan dengan menarasikan ulang keistimewaan beliau. Kita narasikan ulang jjejak beliau menggunakan praktik baik hari ini melalui personalisasi uji coba alumni di lingkup pinggir tadi. Kita tinggal membuat simpul pikirannya menjadi bungkusan gagasan kritis yang dapat menjadi opini kader atau injeksi kader untuk cerdas dan terampil dalam memilih sekian aktifitas gerakan di masa kini.

RTK sebagai teknologi usung bagi kearifan lokal (praktik baik) yang bisa tersusun menjadi mini ensiklopedi gagasan nasional.

Idealnya, saya membayangkan, riuh formalisme RTK bukan ter-taqdis-kan hanya memilih ketua melulu, tetapi langsung menjadi kegiatan efektif untuk alat bungkus gagasan pinggiran tadi menjadi kacamata pengetahuan gerakan. Sebuah watak apresiasi bagi pengalaman baik para alumni, menjadi bangunan ilmu, amal, dan diangkat menjadi sebagian kecil isu nasional. Metode ini dapat melahirkan RTK sebagai teknologi usung bagi kearifan lokal (praktik baik) yang bisa tersusun menjadi mini ensiklopedi gagasan nasional. Toh jaringan alumni kita sudah bisa membangun bargaining gagasan secara nasional.

Baca juga: Sarjana Kembali Ke Desa – Kampus Desa Indonesia

RTK lebih menjadi spirit apresiasi ketimbang formalisasi. Para kader kampus duduk saja di belakang atau menjadi fasilitator yang bertugas mendukung mimbar bebas apresiasi pengalaman baik alumni yang biasanya terpinggirkan, sebab RTK selalu menjadi simbol kuasa. Selain itu kader kampus bertugas menyediakan juru ketik cerdas yang dapat menarasikan kearifan lokal yang diapresiasi dari pengalaman baik pinggiran tadi menjadi wacana strategis nasional. Tidak harus muluk-muluk. Sederhana tetapi mampu memantik opini strategis.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah yang-biasa-dipake–e1626071446700.png
Kader kampus bertugas menyediakan juru ketik cerdas yang dapat menarasikan kearifan lokal yang diapresiasi dari pengalaman baik pinggiran tadi menjadi wacana strategis nasional.

Hari ini kita lebih banyak butuh cara pandang. Budaya RTK dengan skenario apresiasi nampaknya akan menjadi ruang belajar bersama bagaimana praktik baik akan dapat membuka keanekaragaman mengelola gerakan. Berbeda dengan budaya formalisme, kita hanya disajikan prestise dan perang simbol dan identitas, lalu menyuguhkan keseragaman. Modus ini sudah tidak terlalu cerdas sebagai suguhan kader. Bahkan para pendamping kader yang masih intens menjadi tempat jujugan gagasan, lebih banyak sambat ketimbang alih-alih memantik kreatifitas gerakan di masa kini. Jadi, RTK sebagai teknologi apresiasi dapat dimulai sejak hari ini.

Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

Mengupgrade teknik, menggugah gerakan

Alumni ini sudah berlimpah kapital. Jikalau berat membuat perluasan komisariat, atau rayon permanen, ya lebih baik kapitalnya dijadikan pengganti jasa komisariat gagasan. Tentu lebih murah dan mampu menjadikan ruang baru mengapresiasi khazanah praktik baik kedalam manuskrip gerakan. Ini dapat menumbuhkan jejak digital gerakan yang dapat menyelamatkan dari jejak-jejak kematian gerakan.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah yang-biasa-dipake–e1626071446700.png
Konon, para filusuf Yunani dan Muslim, mereka dapat menciptakan warna peradaban dari halaqoh kultural semacam ngopi dan cangkruk.

Tetap kita butuh ngopi dan kongkow saat RTK. Situasi ini penting untuk menstimulasi orisinalitas. Konon, para filusuf Yunani dan Muslim, mereka dapat menciptakan warna peradaban dari halaqoh kultural semacam ngopi dan cangkruk. Dari sini kita lebih enteng saling mendengarkan dan saling mengapresiasi. Jadi, cara meng-upgrade teknik RTK yakni, mencegah tenggelam dalam formalisme dengan mengapresiasi teknik ngopi dan kongkow agar bangkit percik praktik baik menjadi simpul gagasan strategis nasional. Jadi RTK dapat mengangkat derajat kearifan lokal plus membesarkan tokoh pinggir menjadi panutan sehingga RTK mampu menyuguhkan pilihan figur yang beragam.

Gerakan nasional dari pinggir
Penulis sedang memberikan pelatihan bersama kader PMII advokasi desa
Saya jadi ingat buku Room Simatupang, jika seseorang menjadi fasilitator komunitas, tinggalkan terobsesi menjadi terkenal, justru cara itu akan mengambil alih virus kemandirian. Bunuh diri kelaslah, biar otonomi gerakan terpancar dari kesadaran masyarakat. Paulo Freire, bahwa pendidikan yang baik menumbuhkan kesadaran kritis dari pembelajarnya, bukan dari pusat kuasa kebenaran (guru). Gramsci, intelektual organik adalah sosok yang berketrampilan hidup mengorganisir sumberdaya menjadi surplus perlawanan, gerakan, atau perubahan sosial.


Jika tidak berlaku, setidaknya gagasan ini dapat tertuang karena kemerdekaan saja. Selebihnya, tak ada yang membatasi sebuah pemikiran. Free market ideas. Kata NDP (Nila Dasar Pergerakan) kala itu. Selamat menyelenggarakan Rapat Tahunan Ikatan Alumni PMII Komisariat Sunan Ampel Malang.

Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

No Content Available

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.