• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Psikologi Hari Ini

Membaca Apesnya Tugas Akhir Mahasiswa

Yusuf Ratu Agung by Yusuf Ratu Agung
March 28, 2022
in Psikologi Hari Ini
192 10
0
Membaca Apesnya Tugas Akhir Mahasiswa
Share on FacebookShare on Twitter

Ada sebuah keadaan dimana kita sudah memberikan usaha maksimal sejak persiapan, proses, sampai dengan presentasi, namun seringkali ada variabel lain yang membuat hasilnya tidak optimal. Bisa dikatakan, hal itulah definisi dari kata apes yang paling mendekati. Lawan kata dari apes yang paling mendekati adalah beruntung.

Kampusdesa.or.id-Selepas salat Jumat beberapa tahun lalu, saya dan tiga rekan dosen menuju kantin untuk makan siang. Salah seorang rekan dosen senior yang sangat kami hormati berseloroh, “kita harus bersyukur saat ini sedang diberi sebuah kenikmatan besar, menjadi dosen adalah sebuah nikmat yang harus disyukuri, karena ada beberapa pekerjaan halal namun bersifat apes”. Kami bertiga menyimak serius sambil menghisap rokok divine  kami. Selorohan tersebut berlanjut, “seperti yang sedang mampir di kampus kita hari ini, para auditor. Pekerjaan yang baik dan halal namun bersifat apes, karena keberadaannya selalu ditakuti dan dihindari. Setidaknya bagi beberapa ‘pejabat’ yang merasa ketakutan terhadap sesuatu yang sudah menjadi kebijakannya”. Kami manggut-manggut dan tersenyum kecil ‘mengiyakan’ selorohan tersebut sambil membayangkan desingan berita yang berseliweran saat auditor bertamu di kampus kami, dan mendapati beberapa pejabat mendadak melangsungkan perjalanan dinas. Ada pula pejabat yang pulang lebih awal dan tidak masuk selama kunjungan auditor dikarenakan sakit, bahkan tiba tiba ada nomer hape yang terblokir atau hapenya ‘hang’ sehingga tidak dapat dihubungi.

Apa kejadian di atas, tugas akhir mahasiswa dan selorohan tersebut? Bukan, kita tidak sedang membahas auditor dan pejabat kampus (tapi mungkin pada tulisan yang lain akan dibahas) melainkan kata ‘apes’. Sebuah keadaan dimana kita sudah memberikan usaha maksimal sejak persiapan, proses, sampai dengan presentasi, namun seringkali ada variabel lain yang membuat hasilnya tidak optimal. Bisa dikatakan, hal itulah definisi dari kata apes yang paling mendekati. Lawan kata dari apes yang paling mendekati adalah beruntung.

Berkarir sebagai seorang dosen (cieee… ngaku-ngaku wong biasanya menyebut diri sebagai teman mahasiswa) membuat saya mengalami proses ujian akhir dengan beragam rekan penguji dan juga membimbing beragam mahasiswa yang telah menempuh ujian tugas akhir pula. Berbagai rekaman memori dapat digali ulang untuk mengidentifikasi fenomena yang ada saat membaca tugas akhir mahasiswa, dan poinnya adalah sebagai berikut:

Menjadi calon pembimbing kadang jalannya berliku, ikut tegang dengan mahasiswa calon bimbingan, berharap-harap cemas karena kebetulan judul yang diajukan mahasiswa sesuai dengan preferensi dan kepakaran sang dosen. Namun seringkali harus menyiapkan tissu pengusap air mata (ini sih lebay aja penulisnya), ketika calon mahasiswa bimbingan tersebut curhat bahwa dia gagal menjadi mahasiswa bimbingan karena beragam alasan. Alasan ini, biasanya merupakan informasi pendukung/keterangan dari bagian akademik selepas rilis pengumuman daftar dosen pembimbing. Salah satu alasan yang populer adalah kuota dosen pembimbing penuh (seperti zoom meeting room aja, hehehe ngiklan dikit biar dapat kontrak endorsement). Ya, bagi beberapa mahasiswa hal tersebut cukup memukul karena telah mempersiapkan diri untuk dibimbing dengan dosen yang dimaksud sejak lama, biasanya terpikat ketika belajar dalam kelas kuliah yang diampu oleh dosen yang dimaksud. Jadi seakan-akan tugas akhir itu bisa dikerjakan bila dibimbing oleh dosen yang dimaksud, ketika mendapati pembimbing yang tidak sesuai, maka apes. Ok it’s a matter about perception, noted.

Lanjut, dalam ujian proposal tugas akhir, terjadi lagi adegan drama, sebuah momen sesaat setelah mendapati pengumuman tim penguji proposal yang sekali lagi dirilis oleh bagian akademik, mendapati list dosen dengan deret nama yang dikenal sebagai dosen ‘kritis’ sebagai pembimbing dan penguji merupakan momen yang shocking, berharap dapat mempertahankan apa yang sudah dipersiapkan terkait konsep penelitian yang didalamnya ada latar belakang, rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, metode, lokus, responden/subyek penelitian, cara mengumpulkan data dan analisanya. Memang bagi sebagian mahasiswa, ada dosen favorit, dosen pujaan, dan ada juga dosen killer bin menakutkan (bukan arogan ya), atau yang kompleks seperti mendapati sederet dosen pembimbing/penguji sekaligus pejabat kampus (kalo ini memang kompleks dalam arti sesungguhnya) karena seringkali, menurut mahasiswa, peran antara dosen dan pejabat kampus sukar dibedakan alias jumbuh. Dosen sebagai mitra pembelajar (mahasiswa) dengan kedudukan setara dalam proses pembelajaran, sedang pejabat dengan kewenangan manajerialnya berperan sebagai pemuas stakeholder, salah satunya adalah mahasiswa. Mendapatkan dosen penguji proposal yang tidak sesuai, maka apes lagi. Again, it’s a matter about perception, noted.

Menjalani proses bimbingan, menerima takdir Tuhan dengan berusaha bekerja sebaik mungkin dibawah supervisi dosen pembimbing yang telah ditentukan ternyata juga menyimpan beragam cerita. Versi dosen pembimbing, mendapati bimbingan model all yes sir, paling enak diarahkan karena nurut. Tahapan bimbingannya bisa terstruktur, bisa disesuaikan dengan ritme kerjaan yang lain seperti mengajar, meneliti dan pengabdian (hehehe efek ngisi BKD), bisa bekerja dengan target versi dosen pembimbing.

Kemudian ada bimbingan model now, yaitu i’m ready sir, model mahasiswa yang bisa bikin stres dosen pembimbing. Mahasiswa yang bisa bekerja cepat, bahkan lebih cepat dari dosennya. Tipe mahasiswa yang tiap pagi konsultasi, sore harinya sudah setor hasil revisi. Tipe mahasiswa penodong seakan-akan dosennya suka molor, mahasiswa yang kuat terhadap targetnya sendiri (jadi teringat kisah salah seorang rekan dosen saat dia menjadi mahasiswa).

Mahasiswa bimbingan model finally, i’m sir adalah mereka yang diminta revisi kemudian kembali dengan tulisan sama yang di-print ulang berharap sang dosen lupa coretannya, atau mahasiswa yang diminta merevisi bagian A, tapi yang diganti bagian B, sehingga sebanyak apapun sesi konsultasi, progresnya tetap berkutat pad bab latar belakang. Kemudian, model it’s me, sir mahasiswa bimbingan yang sejak turun SK bimbingan belum pernah konsultasi dan kemudian tiba-tiba muncul berduyun-duyun pada minggu-minggu terakhir deadline pendaftaran sidang/ujian (biasanya terkait tenggat pembayaran SPP).

Terakhir, mahasiswa bimbingan tipe could I, sir?, mahasiswa bimbingan yang cuma sekali, atau bahkan belum sama sekali melakukan pembimbingan pasca seminar proposal, kemudian setelah ratusan purnama muncul lagi dengan mengiba karena rasa takut dan malu akan drop out dengan posisi injury time karena sudah mendekati semester terakhir.

Dari sisi konsultasinya ada mahasiswa tipe penjaga pintu, baik rumah dan atau kantor, selalu setia menanti kedatangan/kehadiran dosen pembimbing. Ada pula tipe fans fanatik, siap meluncur mendapati dosen di mana pun berada, seakan ia punya GPS yang bisa memindai posisi dosen pembimbing. Lain dosen lain mahasiswa, mereka punya versi sendiri tentang dosen pembimbing, ada dosen pembimbing yang selalu sibuk berpergian, selalu pergi ke luar kota sekaligus tipe dosen AKAP (antar kota antar provinsi), tipe signal lost dosen pembimbing yang sulit ditemui ketika dibutuhkan, ada tipe busy boss dosen pembimbing yang selalu rapat dalam sehari undangan rapatnya ada lebih dari tiga, dosen pembimbing ga pernah ngasih feedback atau tipe silent sealed, dosen pembimbing tipe transformer yang selalu berubah dan menggemari revisi, sehingga file revisinya berlabel dari revisi1 sampai revisixxx, lalu tipe ghost writer yang setiap sesi konsultasi menjadi sesi dikte tulisan dan tentu saja ada tipe chitchat friend yang membuat konsul seakan sesi curhatan. Untuk proses yang tidak sesuai dengan harapan itu adalah apes. Once again, it’s a matter about perception, noted.

Setelah proses yang panjang dan melelahkan tibalah pada saat yang dinantikan, ujian atau sidang. Mahasiswa yang sudah bersiap menghadapi ujian dengan siapapun dosen pengujinya adalah mahasiswa yang pasrah, seringkali mahasiswa ini beruntung. Namun tak jarang yang mengalami puncak ke-apes-an pada sesi ini. Mahasiswa merasa mendapati dosen penguji yang punya sentimen, diantara macam sentimen itu adalah: 1) topik penelitian tak sesuai dengan preferensi penguji, sehingga apa yang ditanyakan pada mahasiswa seakan-akan mahasiswa adalah pakar psikologi topik tersebut (macam takabur ilmu); 2) personal dosen pembimbing, seringkali masalah personal berimbas pada bimbingan, jadi mahasiswa terkena getah dari kompetisi tidak sehat antar dosen; 3) pandangan politik (eh ada lho dosen yang sok politik, untuk jadi pejabat main politik, untuk mengajar juga main politik, bahkan menggunakan kamar mandi pun main politik dan mereka bisa berbicara dengan tembok, pintu ataupun jendela bagi dosen tipe ini tembok pun bermata dan bertelinga….hebat ya) dan punya afiliasi organisasi sehingga berdampak pada ujian akhir mahasiswa; 4) romantis, tipe dosen yang memegang ilmu yang dikuasainya secara berlebihan atau bahkan romantisme masa lalu tanpa menyadari yang dihadapi adalah mahasiswa kekinian dan ilmu pengetahuan tumbuh dinamis; 5) agresor, tipe dosen penguji yang dengan pengaruh dan/atau posisinya mendikte penguji lain untuk memberi poin tertentu both in a good or bad marks.; 6) titik koma, dosen penguji yang amat teliti. Ketelitian terhadap penulisan titik koma, dan membahas serius ucapan terima kasih pada kata pengantar, atau mengkomentari motto, sehingga cukup membuat kelabakan bagi yang nulisnya asal, dan 7) dosen penguji susulan, penguji pengganti dan penguji manipulator yang biasa bekerja di luar sistem (atau tidak ada sistem?). Untuk proses ujian yang menghasilkan nilai tidak sesuai harapan itulah rasa apes. This is a conclusion. Apes is real, dude!!!

Yang bisa dipetik dari tulisan ini adalah dunia penuh dengan orang jahat, itu persepsi kita. Dunia juga dipenuhi orang baik, itu juga persepsi kita. Yang jelas kita hidup di dunia yang penuh dengan pembelajaran. Mari, mari, mari kita senantiasa belajar dan menjadi pembelajar yang baik.

*ditulis saat malam Jum’at, diselingi 2 kali lampu mati dadakan tanpa sebab, dalam mini studio KDI.

Tags: apesdosendosen pembimbingSkripsitugas akhir
Previous Post

Diaspora Mengabdi di Tengah Pandemi

Next Post

Menalar Covid-19: Ragam Gagasan Menyikapi Pandemi

Yusuf Ratu Agung

Yusuf Ratu Agung

RelatedPosts

Gulat dengan Sang Profesor
Kuliah Desa

Gulat dengan Sang Profesor

by Mohammad Mahpur
October 1, 2022
0
169

KAMPUSDESA.OR.ID--Gulat dengan sang profesor kecil menjadi pengalaman bermain menarik waktu itu di sepah (sampah tebu hasil penggilingan). Masa kecil yang...

Read more
Keluar dari Efek Lampu Sorot
Psikologi Hari Ini

Keluar dari Efek Lampu Sorot

by Redaksi
April 8, 2022
0
98

Jiwa sosial itu layaknya sudah menjadi keterampilan “bertahan hidup” tingkat dasar yang perlu dilatih sebagai modal bagi manusia untuk disebut...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In