“Matur Nuwun”, Ungkapan Sederhana Namun Bermakna

330
SHARES
2.5k
VIEWS

Matur Nuwun adalah salah satu ungkapan yang sangat akrab di telinga masyarakat Jawa. Matur nuwun artinya adalah terima kasih. Ungkapan ini disampaikan oleh seseorang ketika merasa telah dibantu oleh orang lain. Ketika ada seseorang yang telah membantu dan memberikan manfaat untuk dirinya, sekecil sampai sebesar apapun, sebagai ungkapan kegembiraan, kebahagian dan penghormatan kepada sang pemberi, maka biasanya ungkapan matur nuwun inilah yang terucap.

Kampusdesa.or.id — Hari ini, kami warga dukuh Sukoanyar desa Wirotaman mendapat tamu istimewa. Mereka adalah relawan dari para pegawai PT. Otsuka Lawang Malang. Berdelapan mereka hadir untuk membantu warga terdampak gempa 2021.

Kehadiran mereka kali ini adalah kehadiran yang ketiga kali. Pertama mereka hadir minggu pertama pasca gempa. Kehadiran kedua pada awal bulan Mei. Dan yang ketiga sabtu ini mereka berkesempatan hadir kembali.

RelatedPosts

Dari tiga kali kehadiran mereka, mereka selalu memberikan beraneka ragam bantuan. Bantuan berupa paket sembako, kebutuhan penanganan gempa, dan material bangunan untuk warga dan tempat ibadah. Bahkan mereka juga membantu tenaga untuk pembuatan hunian sementara bagi warga yang sudah tidak punya rumah lagi.

Setiap mereka selesai membantu warga dan hendak pamit pulang, mereka menyampaikan ungkapan “matur nuwun” kepada kami.

Ada satu hal menarik yang dapat saya amati dari kerelawanan mereka. Setiap mereka selesai membantu warga dan hendak pamit pulang, mereka menyampaikan ungkapan “matur nuwun” kepada kami. Hal ini terutama sekali disampaikan oleh ketua relawan mereka, Bapak Susilo. Sambil memberi isyarat kedua tangan di atas dada dan membungkukkan badan, beliau menyampaikan ungkapan terima kasih itu.

Hal inilah yang membuat kami agak bingung, salah tingkah dan campur heran. Mengapa? Seharusnya kami warga yang telah dibantu yang menyampaikan terima kasih. Justru beliau dan mereka bersama selalu mendahului menyampaikan ungkapan itu.

Mereka berterima kasih kepada warga terdampak karena warga juga telah “membantu mereka”. Mereka merasa dibantu untuk berbuat kebaikan.

Setelah saya bantah ungkapan mereka itu, dengan menyampaikan bahwa kami yang seharusnya berterima kasih, mereka ternyata juga punya alasan lain. Mereka berterima kasih kepada warga terdampak karena warga juga telah “membantu mereka”. Mereka merasa dibantu untuk berbuat kebaikan. Mereka merasa dibantu berupa pemberian ijin untuk menyalurkan dan memberikan apa yang mereka punya. Subhanallah.

Seandainya warga terdampak tidak menerima segala bantuan mereka, mereka merasa salah satu “pintu kebaikan” mereka “tertutup”. Sehingga mereka merasa tidak akan mendapatkan kesempatan untuk berbuat kebaikan. Akhirnya setiap kali mereka pamit, ungkapan yang muncul dari mereka adalah “matur nuwun ingkang agung”, terima kasih banyak.

Ketika kita berbuat kebaikan kepada orang lain, sebenarnya, hakikatnya kita sendirilah yang berbuat kebaikan untuk diri kita sendiri.

Inilah yang menjadi pelajaran bagi kita bahwa ketika kita berbuat kebaikan kepada orang lain, sebenarnya, hakikatnya kita sendirilah yang berbuat kebaikan untuk diri kita sendiri. Dalam arti, kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain itu kebaikannya juga akan kembali kepada kita. Hal ini juga telah diwartakan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur’an :
“in ahsantum, ahsantum lianfusikum.” (Al-Isro’ ayat 7).

Artinya : “Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri,…”.
“Tiadalah seorang manusia berbuat baik, kecuali kebaikan tersebut akan kembali kepada pelakunya.”
Dari uraian di atas, maka untuk memotivasi kita untuk senantiasa berbuat kebaikan kepada siapapun, kita harus yakin bahwa kebaikan itu akan kembali kepada diri kita. Oleh karena itu, selagi masih ada kesempatan berbuat baik, kita sebisa mungkin untuk terus berbuat kebaikan sesuai dengan apa yang kita miliki. Tepat sekali jika ahli hikmah menasihatkan : “Tiadalah seorang manusia berbuat baik, kecuali kebaikan tersebut akan kembali kepada pelakunya.”
Mengadopsi kutipan dari Titon Rahmawan, “Ada satu kebiasaan yang aku temukan pada orang-orang yang memiliki hidup yang berbahagia dan berkepenuhan, mereka selalu memulai hidupnya dengan ucapan terima kasih.”

“Maturnuwun”, ungkapan sederhana namun bermakna. Memberikan dampak yang luar biasa bagi yang mengucapkan, juga yang menerima.

Semoga kita bisa mengiringi setiap langkah kita dengan kebaikan. Amin.
Wallahu a’lam bishshowab.

Editor : Faatihatul Ghaybiyyah

PSIKOLOGI KITA | KUALITAS KEHIDUPAN : PETA KESADARAN

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.