Manajemen Lembaga WOW, Oleh-oleh Konvensi

325
SHARES
2.5k
VIEWS

“Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai dengan kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.”
-Ki Hajar Dewantara-

kampusdesa.or.id–Mengingat semboyan tersebut, membawa kembali pada pendidikan Ki Hajar Dewantara mengenai nilai Kodrat Alam dalam panca darma. Pendidikan yang memanusiakan manusia, tanpa menghalangi tumbuh kembangnya bakat dan minat seseorang. Makna kodrat alam bisa masuk dalam ranah memahami masing-masing kecerdasan personal. Sehingga peserta didik, maupun pendidik memiliki kreativitas tanpa batas untuk menggapai impian pendidikan. Mereka bisa tumbuh merekah mengharumkan pendidikan dengan caranya masing-masing.

Namun, baru-baru ini pendidikan dihebohkan dengan permasalahan sistem Zonasi. Banyak hal yang menunjukkan bahwa para pelaku pendidikan dan masyarakat belum sampai memahami pada kodrat alam. Jika penanaman mindset, bahwa setiap pendidik bisa merawat benih, dan benih bisa disemai dimana saja. Maka tidak perlu di bingungkan dengan permasalahan Zonasi. Justru menanam benih di lingkungan sekitar dengan mendatangkan professional ahli di bidangnya, akan berdampak luar biasa bagi wilayah tersebut.

RelatedPosts

Sehingga dengan sistem mutasi guru, teacher mapping, diharapkan bisa memajukan satu titik ke titik lain supaya lebih bermartabat. Mengurai simpul permasalahan dengan beragam inovasi di tempat baru. Namun, Apakah permasalahannya semudah itu? apakah semua guru juga berkenan di tempatkan pada daerah-daerah tertentu bahkan terpencil? Meskipun sebelum menjabat sebagai ASN ada komitmen mau di tempatkan dimana saja. Tetap saja lembaga-lembaga menjadi kelabakan saat menerima beragam karakter dan tingkat kecerdasan peserta didik.

Dengan demikian Manajemen Lembaga WOW, tentu diperlukan oleh siapapun dan dimanapun, baik di sekolah favorit maupun sekolah yang diberi label kurang atau bahkan tidak favorit. Manajemen lembaga WOW diawali dengan membangun komitmen bersama orang tua siswa dan pengelola pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

Harapannya dengan adanya komitmen diawal, akan mampu mengokohkan impian, dan arah pendidikan yang dicita citakan. Salah satu alternatifnya adalah Pembuatan kurikulum dengan saling bersinergi mendengar kebutuhan masyarakat, yang kemudian disempurnakan bersama guru atau pengelola pendidikan.

Oleh karena itu, alangkah baiknya jika suatu inisiatif berangkat dari lingkungan lembaga yang bersangkutan. Sehingga tidak harus menunggu bola datang dari kebijakan pemerintah, atupun surat perintah mengikuti suatu pelatihan, namun berangkat dari diri sendiri yang menjemput bola itu. Misalnya seperti mengikuti kegiatan Konvensi Pendidikan Indonesia yang di selenggarakan oleh komunitas OLDWA (Ojo Leren Dadi Wong Apik) secara Cuma-Cuma.

Kegiatan ini bertujuan untuk ikut serta mengangkat mutu pendidikan di Nusantara, dengan beragam menu sajian inovasi pendidikan baik formal, non formal maupun informal yang tersebar di lingkungan masyarakat. Dalam Acara ini Peserta tidak harus mendapatkan SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas). Kegiatan yang berangkat dari hati, tanpa paksaan, akan jauh lebih berdampak dalam membenahi dan menyempurnakan lembaga yang dikelola. Sebab, untuk menghasilkan pengelolaan yang luar biasa, tentu membutuhkan strategi yang luar biasa pula.

Kegiatan yang berangkat dari hati, tanpa paksaan, akan jauh lebih berdampak dalam membenahi dan menyempurnakan lembaga pendidikan. Sebab, untuk menghasilkan pengelolaan yang luar biasa, tentu membutuhkan strategi yang luar biasa pula.

Misalnya dengan strategi MLBS yang dituturkan oleh Mr. Nafik Palil Yuniro, seorang konsultan dan assessor pendidikan di Jawa Timur. Beliau sudah berhasil menjembatani ratusan lembaga di Nusantara dengan sistem MLBS (Manajemen Lembaga Berkarakter dan Sistemik) dan SLC (Student Led Confrence). Dengan MLBS, beliau selalu menuturkan kita boleh idealis, namun harus ada sistem yang rasional tertata rapi misalnya dengan SOP.

Begitu pula dengan ide gemilangnya, yaitu model laporan hasil belajar siswa yang tidak lagi membosankan, beliau menggagas model SLC sebagai model laporan hasil belajar. Model SLC tidak hanya digandrungi lembaga dalam negeri, namun saat ini lembaga-lembaga di kancah Internsional pun sudah banyak yang menerapkannya.

SMP ISLAM TERPADU AL IMRON SUMENEP, TIRU DAN MODIFIKASI GAYA PARENTING COACH MR NAFIK PHALIL, SOSOK PENTING DI KONVENSI PENDIDIKAN.

Ulasan keilmuan MLBS dan SLC pada acara Konvensi Pendidikan dikemas rapi menjadi materi bertajuk “ Manajemen Lembaga WOW “. Penjabaran yang renyah tanpa paksaan namun langsung bisa diterima telah menghipnotis peserta menjadi sangat antusias. Pasalnya, beliau memberikan ilmu bukan dengan teori-teori yang panjang, namun langsung diajak mengambil secarik kertas untuk mengaplikasikan bersama. Dalam kerta putih itu, tergores “ Mind Maping Manajemen Lembaga WOW ”.

Konsep Mind Mapping memudahkan untuk selalu mengingat dengan cara kerja otak manusia. Diantara lima langkah membangun lembaga WOW yaitu dengan, Conditioning, Siapkan Konsep, Reward and Punishment, Monitoring and evaluating, serta Enjoy the result.

Lima pola tersebut dimulai dengan pola Conditioning. Mengawali setiap sesuatu dengan dipaksa. Jika mengetahui strategi memaksa, tidak dirasakan kalau hal itu sebenarnya dipaksa. Sehingga paksaan disini dalam artian mengarahkan dengan nyaman namun pasti. Sehingga suatu saat akan menjadi biasa, lebih terbiasa bahkan menjadi budaya dalam keseharian.

Pola yang kedua, dengan Menyiapkan Konsep, hal ini dilakukan agar arah tujuan suatu lembaga lebih terprediksi. Dengan membuat sistem dan Standar Operasional Prosedure akan menghasilkan tenaga yang bertanggung jawab di masing-masing project lembaga. Sehingga suatu saat, ketika pejabat  atau pegawai yang mendapatkan amanah tidak ada di lingkungan lembaga, sistem sudah bisa di jalankan.

Kemudian pola yang ketiga,  Menyiapkan Reward And Punishment dengan cara yang professional, konsisten, transparan dan adil. Akan memberikan suntikan semangat kepada setiap warga sekolah. Sehingga, ketika memasuki monitoring and evaluating sudah terbiasa rapi, secara berkelanjutan, dan menggunakan teknologi yang sesuai dengan perkembangan zaman.

MR. NAFIK PHALIL MEMAMERKAN BUKU “ SUCCES STORIES MANAJEMEN SUKSES “ YANG DI TULIS OLEH SYARIFAH, KEPALA SMP ISLAM TERPADU AL IMRON SUMENEP. BUAH SEMANGAT BELAJAR DARI KONVENSI PENDIDIKAN VII JOMBANG.

Langkah terakhir, yakni Enjoy The Result, saat warga sekolah melakukan sesuatu sudah menjadi budaya, menjalankan tanpa harus diperintah, kemudian mendapatkan reward ataupun punishment yang adil. Maka mereka akan menikmati hasil dengan senang, lapang dada, dan bahagia. Saat menerima dan memberikan laporan hasil akhir belajar, peserta didik dan orang tua saling berkomunikasi dengan cara santai seperti bercakap-cakap, namun sang anak memaparkan hasil laporannya. Begitu pula sebaliknya orang tua dan guru akan bisa lebih memahami tumbuh kembangnya, baik dari kelebihan maupun kekurangan masing-masing anak.

Lima langkah ini, meskipun terlihat sederhana namun berimplikasi luar biasa pada lembaga, sebagaimana yang sudah di terapkan oleh syarifah dari Sumenep, sebagai oleh-oleh hasil sinau dari Konvensi Pendidikan Indonesia ke VII di Jombang. Bu Syarifah tidak hanya mengaplikasikan di lembaganya, namun ia berinisiatif untuk menuliskan success story nya menjadi sebuah karya buku. Harapannya apa yang di bawakan oleh syarifah mampu menginspirasi peserta konvensi selanjutnya.

editor:Arif Maulana

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.