Kuliah Singkat Hasil Jagongan Para Pakar Tentang Pendidikan Kita

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Jagongan para pakar pendidikan yang dilaksanakan di Sekolah Garasi Turen (Minggu, 08/10/2017), telah melahirkan beberapa kesimpulan pemikiran penting dalam dunia pendidikan. Kegiatan ini diselenggarakan oleh kampusdesa bekerjasama dengan Pesantren Rakyat, Gusdurian Malang, Sekolah Garasi, Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Gubuk Tulis dan banyak pihak yang turut menyukseskan kegiatan ini. Berikut ini ringkasan yang dapat dijadikan sebagai bahan kuliah singkat. Ringkasan ini diperuntukkan agar pembaca mudah membaca dan menyerap sesuai kebutuhan ke mana informasi dituju untuk para pakarnya.

Limus Toenlie. Kurikulum itu semestinya menggambarkan sebuah kegiatan guru atau pelaku pendidikan yang disebut dengan literasi holistik. Kurikulum yang diejawantahkan baik KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan K-13 itu cacat fakta, cacat teori dan cacat filosofis. Pergantian kurikulum tidak selalu bongkar-muat yang membingungkan, tetapi bagaimana perubahan itu diutamakan untuk selalu meningkatkan kapasitas guru.

RelatedPosts

Kentar Budhojo. Pendidikan tidak bisa digebyah uyah. Caranya sama untuk semua anak bangsa yang berbeda. Pendidikan mampu mengutamakan anak sehingga anak merasa bebas serasa di rumah. Mendidik itu harus dengan hati, menuju pada hatinya murid, dilakukan dengan sepenuh hati, dengan hati-hati tetapi tidak usah makan hati. Belajar itu bisa di mana saja, kapan saja, tentang apa saja.

Hisbullah Huda. Pengawas Pendidikan Agama Islam. Setiap anak bisa menjadi istimewa, maka mendekati anak dengan keistimewaannya justru mampu menghidupkan anak padahal orang-orang menganggap anak bermasalah. Sumber belajar dan tempat belajar itu ada di sekitar kehidupan anak. Maka tidak perlu selalu mengacu pada sumber normatif tetapi mengembangksn sumber kreatif. Tujuan belajar bukan terakreditasi tetapi pengalaman anak di lapangan yang lebih penting untuk mrnunjukkan anak itu pintar, berkarakter dan berakhlak.

Eyang Wiwik. Anak itu sudah pandai sejak lahir, dengan kepandaiannya maka seorang guru tidak tepat kalau diseragamkan sedemikian rupa. Demgan melayani yang baik maka anak-anak akan menjadi pembelajar yang baik. Kemampuan afektif dapat menjadi bagian dari kemampuan akademik. Maka rapotnya akan berbeda-beda yang menjadikam kemampuan seni misalnya juga menjadi kemampuam akademik. Oleh karena itu pendidikan itu juga harus dimulai dengan menghidupkan afeksi (kesenangan/rasa suka).

Alfin Mustikawan. Pendidikan memiliki karakteristik yang mengakar pada custom masyarakat. Sebagaimana Walisongo sebenarnya mengembangkan agama menggunakan kurikulum yang mengakar kepada lanskap masyarakat lokal. Masing-masing Walisongo memili kekhasannya sendiri karena menyesuaikan dengan karakter dan kepentingan perubahan berdasarkan kekhasannya masyarakat sekitar tempat tinggal.

Lukman Hakim. Pemilik Sekolah Dolan. Sudah meluluskan 700 siswa. Anak-anak yang terusir dari sekolah dapat dibantu belajar dengan cara melibatkan anak dan orang tuanya dalam memfasilitasi belajarnya. Anak-anak itu dapat merdeka belajar. Bagaimana dalam belajar ini, hak anak diwadahi sehingga yang penting anaknya menjadi senang. Mereka diajak melakukan perencanaan belajar dengan segala konsekuensinya. Akreditasi disandarkan kepada pengakuan masyarakat.

Najmah Natsir. Kepala MTs NU Pakis. Setiap yang datang kita layani sehingga anak-anak yang datang itu menjadi lebih baik. Sekolah MTs memfokuskan 70 persen melayani anak dan 30 persen mengerjakan administrasi. Kelebihan anak yang kita pertajam bukan kelemahan anak yang kita vonis. Kurikulum tetap perlu tetapi kurikulum yang melayani dan anak-anak itu memiliki harapan. Dengan ini pendidikan dapat menemukan sejak awal potensi atau keunggulan anak.

Hadi. Pengelola anak-anak berkebutuhan khusus. Pendidikan memulai dengan kehidupannya sendiri. Anak harus memiliki peran sosial juga sehingga anak-anak siap bertempur dengan sesuai kemampuannya sendiri. Anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Sumber belajar dapat ditulis kulakan di kehidupan nyata di sekitar rumah atau lingkungan sekitar sehingga dapat dijadikan bahan pengetahuan di kelas.

Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.