Kemajuan Desa, Kuncinya di SDM Kreatif dan Partisipatif

Ada desa-desa yang maju karena memiliki alam yang memang mendukungnya. Selain itu karena sumber daya manusianya. Sebab, percuma juga ada potensi alam, jika SDM-nya tidak mau dan tak mampu memanfaatkannya. Percuma ada potensi alam jika pemerintah desa selaku pemegang kebijakan dan punya anggaran (dana desa) tidak mau dan tidak mampu mengelolanya.

Kata “mau” di sini tergantung pada “political will” pimpinan desa. Ada pimpinan pemerintah desa yang memang hanya ingin fokus memikirkan nasib pribadinya saja, tidak mau memikirkan kemajuan desanya. Bahkan ada juga pemimpin desa (kepala desa) yang hanya sibuk mengenbalikan modal yang ia gunakan untuk menyogok pemilih saat Pilkades. Saking sibuknya mengembalikan modal, sebab setelah Pilkades uangnya habis dan terjerat utang, akhirnya iapun tak bisa mikir apa-apa kecuali bagaimana caranya sibuk “mengembalikan modal” yang bahkan ditempuh dengan “mencuri”uang negara (dana desa) dengan berbagai modus, mulai mark up anggaran hingga kegiatan fisik.

RelatedPosts

Artinya, kesibukan memikirkan diri sendiri pada akhirnya membuat kepala desa tidak fokus pada memikirkan hal lain, termasuk bagaimana menjalankan pemerintahan yang baik di desa dan memajukan desa dengan merangkul SDM-SDM yang berpotensi yang ada di sekitarnya. Bahkan karena upaya untuk “mencuri” dana desa harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka akhirnya upaya yang dilakukan adalah meminimkan—bahkan menghilangkan—partisipasi masyarakat. Logikanya, pencuri akan main sembunyi-sembunyi, dan menghindar dari keramaian orang-orang, tak mau banyak orang yang mendekat, dan kalau perlu menjauhkan orang-orang yang mendekat.

Di sinilah upaya main sembunyi-sembunyi berjalan seiring dengan upaya memangkas partisipasi masyarakat—baik pada Lembaga-lembaga resmi di desa (BPD dan LKD), mengupayakan orang-orang cerdas dan kritis terhadap kebijakan tidak mendekat dengan pemerintahan dan dijauhkan dari pembahasan tentang perencanaan pembangunan, evaluasi dan pemantauan kegiatan pembangunan. Mengamankan tindakan “mencuri” anggaran publik di desa, dengan demikian, dilakukan dengan menyingkirkan dan menjauh dari orang-orang yang kritis terhadap desa.

Memilih SDM Unggul

Memajukan desa dari perspektif SDM itu sebenarnya rumusnya simpel: Masukkan orang-orang cerdas, kritis, suka kegiatan pada Lembaga-lembaga resmi dan tidak resmi di desa. Sebab merekalah nantinya yang akan memunculkan ide-ide kreatif dan membuat terobosan-terobosan kegiatan pembangunan. Bahkan orang-orang dan anak-anak muda yang suka kegiatan itu dengan sendirinya akan menyukai kegiatan-kegiatan sesuai bidang mereka tanpa mengharapkan dapat materi.

Dengan memberikan anggaran Desa pada anak-anak muda, merekapun bisa memanfaatkannya untuk kegiatan-kegiatan yang berdampak besar bagi dinamika keramaian desa

Artinya, memasukkan anak-anak muda untuk mendekat dengan desa, akan meramaikan suasana desa, menghasilkan obrolan-obrolan tentang kegiatan yang inovatif untuk memajukan desa. Dengan memberikan anggaran Desa pada anak-anak muda, merekapun bisa memanfaatkannya untuk kegiatan-kegiatan yang berdampak besar bagi dinamika keramaian desa dan melahirkan motivasi-motivasi memajukan desa dari anak-anak muda dan kemudian akan menularkan motivasi dan rasa bangga pada desa di seluruh masyarakat.

Jadi, kalau ingin memilih segmen dari SDM yang paling baik harus diperhatikan dalam memajukan desa, maka anak-anak muda adalah pilihan terbaik. Merekalah yang punya pikiran cerdas, kritis, kreatif, dan punya mobilitas tinggi—dan ketika membuat kegiatan akan memikirkan seberapa keuntungan material yang mereka dapat. Pokok ada kegiatan dan bisa berkumpul sesama anak-anak muda dalam sebuah kegiatan, mereka pasti akan senang sekali.

Tapi sekali lagi, hal itu tak akan terjadi ketika pihak pemerintah desa sudah punya perasaan tidak suka pada partisipasi aktif dan anak-anak muda yang kritis terhadap desa. Ketika ada ketakutan bahwa munculnya banyak anak-anak muda dan tokoh-tokoh cerdas dan kritis yang mendekat pada desa akan “mengancam” tindakan-tindakan sembunyi yang dilakukan, maka di sinilah terjadi pertentangan antara upaya memajukan desa melalui partisipasi dengan upaya mencari keuntungan pribadi dengan cara ingin main sembunyi-sembunyi.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.