Memasuki bulan ke enam sejak status pandemi Covid-19 ditetapkan, sebagian lini kehidupan dilakukan dengan cara daring bahkan berlanjut hingga menjelang new normal diakhir tahun 2020. Tak diragukan lagi konsumsi internet dan paparan informasi online menjadi candu di tengah pandemi, terutama proses virtual di sektor pendidikan. Segala hal mengenai candu atau addiction pasti memiliki dampak negatif, maka perlu adanya digital detox demi menjaga kesehatan tubuh dan mental.
Kampusdesa.or.id-Pembatasan akses dalam masa karantina wilayah baik dalam masa transisi new normal serta penetapan protokal kesehatan pada dunia kerja menimbulkan tantangan baru. Hal yang terlihat adalah dalam kegiatan belajar mengajar, seluruh model pertemuan dalam proses pembelajaran dialihkan dalam jaringan (daring). Hal tersebut meningkatkan intensitas pertemuan virtual bagi pelajar. Kategori pelajar disini mencakup anak usia SD,SMP,SMA. Kominfo (24/04/2020) mencatat terjadi pergeseran pengguna internet, dimana yang sebelum nya mayoritas pengguna berada di kantor, kampus dan ruang publik kini bergeser ke rumah, permukiman dan tempat tinggal .
Pandemi covid-19 ini merupakan tragedi yang mengejutkan dan memberi hantaman keras pada perekonomian nasional, ketidaksiapan orangtua menghadapi konsekuensi pandemi membuat mereka tidak fokus mendampingi anak dalam online learning. Selain itu , BPS tahun 2018 menuturkan bahwa indeks pembangunan teknologi Indonesia masih dalam kategori rendah yaitu skala 4,4 dari skala 1-10, info tersebut menggambarkan pembangunan yang tidak merata dalam hal teknologi informasi. Sehingga banyak penduduk yang masih awam dalam dunia virtual khususnya di pedesaan dan diluar pulau jawa.
Intensitas daring yang meningkat, lemahnya kontrol orangtua dan kurangnya kemampuan pelajar dalam mengatur waktu membuat mereka sangat rentan mengalami gadget addiction. Asusmi tersebut diperkuat dengan maraknya online game yang semakin menjamur sebagai bentuk expresi kebosanan selama study from home. Bahkan CNN (01/04/2020) merilis berita bahwa pengguna game online naik sekitar 75% ditengah pandemi Covid-19.
Sementara itu, kurikulum darurat pembelajaran jarak jauh (PJJ) menuntut mata guru untuk melek digital. “ Kualitas guru akan mentukan kualitas pembelajaran jarak jauh yang interaktif “ jargon tersebut tidak sesuai dengan realita karena tidak adanya pembekalan yang cukup dibidang TIK. Selain itu target pemenuhan kurikulum membuat guru kian tertekan dan rela berlama lama membuat konten pembelajaran daring. Kebahagiaan guru juga dipertaruhkan mengingat masih banyak guru yang belum mendapat gaji yang cukup namun harus ikhlas menyisihkan uang untuk biaya quota internet. Oleh sebab itu, kesehatan mental guru sangat perlu dirawat mengingat beban yang ditanggungnya.
Gadget addiction merupakan fenomena ketika seseorang dikendalikan oleh gadgetnya seperti hp, laptop, tablet dan media elektronik lainnya. Merasa tidak tenang atau hampa jika tidak menggunakan gawai, over thinking ketika tidak update informasi online dan sebagian besar waktu tersita untuk gadget. Seseorang yang kecanduan gawai otomatis akan kecanduan internet terutama dalam masa masa daring seperti saat ini. Kecanduan gadget dan internet kurang lebih akan menimbulkan gangguan psikis seperti nomophobia ( no mobile phobia ) atau mengalami fomo phobia ( fear of missing out phobia)
Rangkuman gangguan akibat berlama lama di layar digital dari berbagai sumber dapat dibagi menjadi dua, gangguan fisik dan gangguan mental. Gangguan fisik antara lain adalah kurang tidur yang menyebabkan obesitas, diabetes, badan pegal , text nect , dan penuaan dini. Sementara gangguan psikologis yang dapat dialami oleh pecandu gadget antara lain adalah kesepian, tidak tenang ingin selalu update info online (fomophobia), stress, mengisolasi diri dan perilaku impulsif.
Study from home membuat pelajar dan guru sangat mungkin mengalami gangguan psikologis, Toxic comparison salah satunya, yaitu penyakit hati dimana selalu membanding bandingkan kehidupan personal dengan kehidupan orang lain terhadap apa apa yang terlihat di media sosial. Hal ini justru akan mengurangi kepuasan hidup, kebahagiaan dan menimbulkan depresi.
Toxic comparison salah satunya, yaitu penyakit hati dimana selalu membanding bandingkan kehidupan personal dengan kehidupan orang lain terhadap apa apa yang terlihat di media sosial
Kehadiran teknologi seyogyanya membuat kreativitas dan keilmuan pelajar meningkat karena mudah dalam mengakses informasi, tapi di tengah pandemi seakan akan siswa terkurung dalam sangkar pembelajaran online, terlena dan nyaman mengkonsumi hal hal yang tidak membuatnya produktif.
Baca Juga:
Merdeka Belajar di Tengah Covid-19, Benarkah Anak Hanya Sebatas Burung Dalam Sangkar?
Hari Pendidikan Nasional, Tantangan dan Potensi Pendidikan di Indonesia Pasca Covid-19.
Ketika pelajar sudah terbiasa menggunakan gadget tanpa tujuan positif, maka gairah belajarnya akan berkurang, kreativitasnya akan tumpul, mereka telah baku menjadi seorang penonton sejati di depan digital screen. Layaknya sifat penonton, mereka hanya menjadi petugas sorak sorai dan pencemooh tanpa bisa beraksi , mental passengger telah tertanam dalam diri mereka akibat terlalu lama di depan gadget. Referensi hidupnya adalah apa yang suka mereka tonton bukan apa yang baik untuk ditonton. Hal ini perlu mendapat perhatian karena PJJ memiliki potensi buruk terhadap kesehatan mental siswa.
“ Ketika pelajar sudah terbiasa menggunakan gadget tanpa tujuan positif, maka gairah belajarnya akan berkurang, kreativitasnya akan tumpul, mereka telah baku menjadi seorang penonton sejati didepan digital screen”
Tak bisa dielak lagi, digital detok sangat direkomendasikan untuk menyeimbangkan hidup di tengah pandemi . Berikut adalah langkah langkah sederhana yang bisa dilakukan publik untuk melakukan puasa digital :
Matikan notifikasi
Notifikasi gadget yang selalu berdering akan membuat seseorang selalu terjaga dan fokus terhadap gadgetnya. Maka mematikan notifikasi media sosial yang tidak penting akan membantu anda untuk tenang dan fokus pada pekerjaan di dunia nyata.
Matikan hp ketika makan
Hal ini mungkin terlihat sepele, namun kebiasan makan sembari menggunakan android adalah perilaku yang tidak baik dan menjadi kebiasaan favorit dikalangan pemuda saat ini. Makan menjadi kurang nikmat dan cenderung menghabiskan waktu yang lebih lama untuk menyantap makanan.
No tech zone room
Buatlah peraturan zona bebas gawai, misalkan di kamar tidur atau di ruang belajar anda menetapkan untuk tidak menggunakan gadget. Hal ini akan membantu untuk lebih rileks dan fokus di ruang kerja. Termasuk ketika akan tidur, jauh kan hp dari tempat tidur.
Belajar melalui buku
Kemajuan teknologi membuat anda lebih suka menggunakan aplikasi digital untuk belajar seperti melalui youtube, website dan e book. Hal itu memang menambah akselerasi pengetahuan. Namun efek sampingnya adalah membuat anda kecanduan internet dan gawai. Maka belajar melalui buku adalah pilihan yang tepat untuk mengurangi intesitas penggunakan digital screen.
Block akun yang tidak bermanfaat
Arus informasi dunia maya membuat anda strees dan menyulut kelabilan emosi. Pasalnya belum ada filter tentang informasi hoax, informasi sensasional dan tayangan tayangan pembodohan lainnya. Maka tidak perlu ragu untuk memblokir akun yang bersifat negatif, sehingga tenaga dan pikiran anda tidak terkuras habis meladeni informasi yang tidak penting.
Aturan 20-20-20
Tubuh dan alat inderanya memiliki batasan dalam bekerja, untuk membantu meringankan beban di depan layar digital maka perlu dibuat aturan 20-20-20. Yaitu istirahat 20 detik setiap 20 menit menatap layar digital. Dalam waktu 20 detik tersebut gunakanlah untuk memandang objek lain yang berjarak kurang lebih 20 kaki dari tempat anda berada. Dengan begitu mata dan syaraf anda akan lebih ringan dan siap melanjutkan pekerjaan.
Jadwal bebas gadget
Mencari kebahagiaan di dunia maya bukanlah hal yang tepat, anda harus keluar dari rumah, bertemu dengan orang orang, saling bertegur sapa dan melakukan aktivitas bersama keluarga. Harus ada jadwal quality time untuk memperbarui rasa cinta terhadap keluarga, pasangan atau terhadap anak anak. Setidaknya menjadwalkan hobi untuk diri sendiri sebagai reward dan refresing menangkan batin.
Membagi tiga waktu
Ada banyak cara mengatur waktu, salah satunya membagi waktu ke dalam tiga kategori aktivitas. Anda mempunyai waktu 24 sehari, 8 jam untuk berkerja, 8 jam untuk tidur atau istirahat dan 8 jam lainnya bebas melakukan apa saja termasuk berselancar di dunia maya. Hal tersebut akan membantu anda lebih seimbang dan teratur.
Adiksi merupakan hal negatif yang meracuni tubuh dan mental, mencemari batin dan juga pikiran. Digital detox adalah usaha untuk mencegah dan mengurangi efek tersebut dan melahirkan kebiasan kebiasan hidup yang sehat. Inti sari dari digital detox adalah membuat jarak interval penggunaan media online dengan memutus koneksi internet dalam jangka waktu tertentu.
Inti sari dari digital detox adalah membuat jarak interval penggunaan media online dengan memutus koneksi internet dalam jangka waktu tertentu.
Ditengah pandemi proses belajar mengajar harus tetap dilakukan bagaimanapun bentuknya, karena hanya dengan ilmu manusia bisa survive di masa ini dan masa depan. Namun kesehatan adalah modal utama untuk bisa menelusuri samudera ilmu. Sebagaimana pepatah “ Manfaatkanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu “ karena kesehatan adalah anugerah terindah dari tuhan yang patut dijaga dan disyukuri, selamat berpuasa digital!