• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Sejauh Mana Kita Peduli Pada Hobi Orang Tua?

Hanif Nanda Zakaria by Hanif Nanda Zakaria
March 25, 2022
in Opini
203 2
0
Sejauh Mana Kita Peduli Pada Hobi Orang Tua?
Share on FacebookShare on Twitter

Kita kadang lupa tentang kesenangan personal orang tua, yang bahkan bagi kita, hal-hal tersebut remeh bin sederhana. Kesenangan personal mereka yang tak berbiaya tinggi. Memasak kue, memancing, merawat tanaman, atau kesenangan personal lainnya. Dan paling ideal dari kesenangan-kesenangan personal itu adalah adanya saluran untuk aktualisasi.

Kampusdesa.or.id-Suatu ketika, saat pulang ke kampung halaman, saya jumpai ibu saya sedang asyik membuat kue kering. Beliau tampak asyik menikmatinya, sambil dibantu bapak dan adik saya. Meski cuaca desa kami sedang panas-panasnya, ibu tak merasa gerah sama sekali. Peluh keringat yang mengalir deras tak terasa mengganggunya.

Pesanan saat itu tak banyak, hanya sekitar setengah kilo kue kering saja. Terlihat, semua kuenya hampir matang. Sambil memberesi alatnya, ibu menoleh ke arah saya yang baru tiba di rumah.

“Baru datang tho, le?”

“Iya, bu. Berangkat tadi pagi. Ibu masih sibuk buat kue, tho?”

“Iya, le. Lha wong cuma hobinya cuma ini”

Apa ibu rela repot membuat kue yang ketika dijual nanti tak mendapat laba berlipat-lipat, lalu Ibu menamainya sebagai hobi?

Saya tersentak. Ibu berkata bahwa itu cuma sekedar hobi. Apa benar? Apa ibu rela repot membuat kue yang ketika dijual nanti tak mendapat laba berlipat-lipat, lalu Ibu menamainya sebagai hobi?

Saya amati, belakangan ibu dan bapak sudah masuk usia senja. Usia dimana kata orang, sudah waktunya banyak bersila. Artinya, sudah tak lagi direpotkan dengan berbagai target atau capaian hidup. Sudah waktunya menikmati hidup, kira-kira begitu.

Selain hobi membuat kue, ibu juga hobi menjahit. Saat SMA dulu, ibu sempat ikut kursus menjahit. Setelah lulus kursus, kakek saya membelikan ibu sebuah mesin jahit. Hingga sekarang, mesin jahit itu masih bisa dipakai seperti biasa, meski terkadang rewel minta diperbaiki.

Meski orderan menjahit tak sebanyak tukang jahit umumnya, ibu tetap melayani siapa saja yang datang. Entah orang datang sekedar mengecilkan baju atau celana, memesan sarung bantal atau guling, dan lainnya. Ibu pun tak mematok tarif. Seikhlasnya. Benar, ibu tak pernah meminta berapa uang yang harus dibayar.

Selain menjahit, belakangan ibu lebih intens membuat kue. Alasannya sederhana, karena hobi, seperti saya tulis di atas. Ibu beralasan, karena usia sudah makin senja, apalagi yang mau ibu cari selain menikmati hidup, selain menikmati hidup, salah satunya dengan membuat kue itu.

Berbeda dengan bapak. Bapak saya termasuk orang yang suka bergaul dengan banyak orang. Tak heran, bapak pernah memegang salah satu jabatan penting di desa. Dua kali beliau pernah memegangnya.

Meski tak pernah kuliah, jiwa bapak ibarat aktivis. Beliau aktif dalam berbagai acara atau kegiatan, meski lingkup desa. Tak heran banyak orang menyukai sosok bapak, meski tak sedikit pula yang tidak menyukainya.

Masuk usia senja, kelincahan bapak tak lagi seperti sedia kala. Bapak sudah mulai tak aktif dalam berbagai kegiatan di desa. Bapak lebih memilih menghabiskan waktu untuk bekerja di pabrik kertas lalu pulang ke rumah. Bila senggang, bapak lebih memilih untuk memancing atau merawat tanaman. Bapak suka merawat tanaman karena bapak dulu alumni SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas) yang sekarang gedung sekolahnya beralih fungsi menjadi kantor anggota dewan.

Sepintas, hobi-hobi tampak biasa, dan alasan kedua orang tua saya tampak menggelikan, tho?

Sepintas, hobi-hobi tampak biasa, dan alasan kedua orang tua saya tampak menggelikan, tho? Seorang ibu berkepala lima yang mengatakan bahwa hal-hal yang ia lakukan itu sebatas hobi saja. Tapi disitulah sisi yang kerap kita abaikan selama ini.

Kita sebagai seorang anak sering memikirkan bagaimana orang tua kita nanti saat masuk usia senja. Kita sering membayangkan bagaimana membuatkan rumah yang nyaman untuk mereka, bagaimana jaminan kesehatan mereka, bagaimana mereka bisa beribadah dengan tenang, bagaimana mereka bisa bertemu tiap hari dengan cucu mereka, dan seabek angan-angan lain.

Kita kadang lupa tentang kesenangan personal orang tua, yang bahkan bagi kita, hal-hal tersebut remeh bin sederhana. Kesenangan personal mereka yang tak berbiaya tinggi. Memasak kue, memancing, merawat tanaman, atau kesenangan personal lainnya. Dan paling ideal dari kesenangan-kesenangan personal itu adalah adanya saluran untuk aktualisasi.

Kita pasti paham bahwa membuat kue tentu melibatkan orang lain, yaitu pembeli. Namun, bagi ibu saya, bukan masalah nantinya bila tak mendapat keuntungan berlipat dari penjualan kue. Proses membuat kue itu sendiri sudah sangat menyenangkan bagi ibu saya.

Pun demikian bagi bapak. Hobinya memancing tak membuat bapak ingin mendapat ikan sebanyak mungkin. Adanya waktu luang untuk memancing, meski berbekal alat pancing sederhana, hal itu sudah sangat menyenangkan bagi bapak.

Maka, ada baiknya, sebagai anak, kita bisa menyiapkan saluran untuk hobi sebagai aktualisasi personal orang tua kita. Bahkan, bila perlu, tidak melarang mereka tetap bekerja. Bukan berarti kita memanfaatkan orang tua kita. Hal itu demi mereka tetap eksis, tetap merasa berdaya, tetap segar dan tetap bahagia.

Tags: hobikerjaOrang tuapensiun
Previous Post

Bahaya Daring Tanpa Jeda, Digital Detok di Tengah Pandemi Covid-19 Sangat Dianjurkan.

Next Post

Bukan Hanya Kita, Anak Juga Butuh Untuk Didengar

Hanif Nanda Zakaria

Hanif Nanda Zakaria

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
23

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri

Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (7) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (9) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (131) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

January 22, 2023
Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

January 9, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In