• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
Kampus Desa Indonesia
Advertisement
  • Home
  • News
    pandemi; covid-19

    Menalar Covid-19: Ragam Gagasan Menyikapi Pandemi

    Pemuda, SDGs

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Mronjo Kian Serius Kelola Potensi Desa Wisata

    Mronjo Kian Serius Kelola Potensi Desa Wisata

    anak

    Bukan Hanya Kita, Anak Juga Butuh Untuk Didengar

    Gedung Kejaksaan Agung Dibakar, Om Jin Kembali Viral

    Gedung Kejaksaan Agung Dibakar, Om Jin Kembali Viral

    Review Singkat Karya Lengkap Nurcholish Madjid

    Review Singkat Karya Lengkap Nurcholish Madjid

    Bacon, Perintis Empirisme

    Bacon, Perintis Empirisme

    Review Buku Money – Yuval Noah Harari

    Review Buku Money – Yuval Noah Harari

    Memaknai Kemerdekaan: Problem Kebijakan Untuk Kesejahteraan Rakyat

    Kemerdekaan dan Kebebasan

  • Opini
    Girl getting bullied in high school hallway

    Bullying, Benarkah Menyisakan Trauma Seumur Hidup?

    Demokrasi di Pilkada itu Bukan Mencoblos, Tapi Memberikan Suara dan Bersuara

    Demokrasi di Pilkada itu Bukan Mencoblos, Tapi Memberikan Suara dan Bersuara

    Ilmu Bukanlah Alat untuk Mencari Kekayaan, Benarkah Intelektualitas Tidak Menjamin Kesuksesan?

    Ilmu Bukanlah Alat untuk Mencari Kekayaan, Benarkah Intelektualitas Tidak Menjamin Kesuksesan?

    hujan

    Mengeja Hujan

    Emotional Burnout

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Sejauh Mana Kita Peduli Pada Hobi Orang Tua?

    Sejauh Mana Kita Peduli Pada Hobi Orang Tua?

    Gedung Kejaksaan Agung Dibakar, Om Jin Kembali Viral

    Gedung Kejaksaan Agung Dibakar, Om Jin Kembali Viral

    Review Singkat Karya Lengkap Nurcholish Madjid

    Review Singkat Karya Lengkap Nurcholish Madjid

    Bacon, Perintis Empirisme

    Bacon, Perintis Empirisme

  • Kuliah Terbuka
    Manajemen fakir, sukses mencapai kesederhanaan meskipun dengan bekal seadanya

    Manajemen Fakir, Kiat Sukses dalam Keterbatasan

    12 Ciri Anak dengan Autism yang Wajib Anda Ketahui

    12 Ciri Anak dengan Autism yang Wajib Anda Ketahui

    Merdeka Belajar dan Mas Mendikbud, Mengapa Banyak Ditentang?

    Merdeka Belajar dan Mas Mendikbud, Mengapa Banyak Ditentang?

    proses kreatif menulis

    Kreatif dan Kritis dalam Proses Menulis

    pendidikan seks

    Pendidikan Seks Kunci Sukses Progam KB di Masa Pandemi

    pilkada 2020

    Pilkada 2020 Bukan Sekedar Pesta Demokrasi, Tetapi Harus Partisipatif

    Empat Pertanyaan Kunci Menulis Artikel Ilmiah

    Empat Pertanyaan Kunci Menulis Artikel Ilmiah

    Menulis Layaknya Naik Sepeda

    Menulis Layaknya Naik Sepeda

    Membangun Solidaritas Sosial di Tengah Situasi Pandemi COVID-19

    Membangun Solidaritas Sosial di Tengah Situasi Pandemi COVID-19

  • Dokter Rakyat
    Perawat; Dari Ancaman Paparan Corona, Pisah Ranjang, hingga Perceraian

    Senyum Perawat Indonesia di Tengah Pandemi

    New Normal, Dibalik Penularan Covid-19 Tenaga Medis

    Pereda Demam Anak Tanpa Obat dari Dokter 

    Pereda Demam Anak Tanpa Obat dari Dokter

    Suhartono Taat Putra: Begawan Psikoneuroimunologi Berjuta Prestasi dan Rendah Hati (1)

    Suhartono Taat Putra: Begawan Psikoneuroimunologi Berjuta Prestasi dan Rendah Hati (2)

    Suhartono Taat Putra: Begawan Psikoneuroimunologi Berjuta Prestasi dan Rendah Hati (1)

    Suhartono Taat Putra: Begawan Psikoneuroimunologi Berjuta Prestasi dan Rendah Hati (1)

    Benarkah Puasa Menjadikan Kita Lebih Sehat? (2)

    Benarkah Puasa Menjadikan Kita Lebih Sehat? (2)

    Homeostasis Keseimbangan Holistik

    Homeostasis Keseimbangan Holistik

    Hipokrisi dalam Penanganan Covid-19

    Hipokrisi dalam Penanganan Covid-19

    Perawat; Dari Ancaman Paparan Corona, Pisah Ranjang, hingga Perceraian

    Perawat; Dari Ancaman Paparan Corona, Pisah Ranjang, hingga Perceraian

  • Agenda
    I’M COVID-19 (Indonesia Menulis COVID-19): Membasmi Pandemi Melalui Publikasi

    I’M COVID-19 (Indonesia Menulis COVID-19): Membasmi Pandemi Melalui Publikasi

    Kenapa Anak Muda atau Mahasiswa Perlu Berinvestasi?

    Kenapa Anak Muda atau Mahasiswa Perlu Berinvestasi?

    Tutur Desa II: Menuturkan Pesantren Rakyat

    Tutur Desa II: Menuturkan Pesantren Rakyat

    Bedah Web Kampus Desa for Digital Literacy

    Bedah Web Kampus Desa for Digital Literacy

    Manajemen Lembaga WOW, Oleh-oleh Konvensi

    Manajemen Lembaga WOW, Oleh-oleh Konvensi

    Konvensi Pendidikan VIII: Dalam Keberbedaan Merajut Kebersamaan Melalui Pendidikan

    Konvensi Pendidikan VIII: Dalam Keberbedaan Merajut Kebersamaan Melalui Pendidikan

    Turba Literasi, Seri Jitu Merensi Buku

    Turba Literasi, Seri Jitu Merensi Buku

    Indonesia Menulis Online Bersama Kampus Desa

    Program Magang 6 Bulan Sebagai Web Content Kampus Desa

    Program Magang 6 Bulan Sebagai Web Content Kampus Desa

  • Produk
    Interaksionisme Simbolik; Antara Lonte dan Merdeka Belajar

    Interaksionisme Simbolik; Antara Lonte dan Merdeka Belajar

    pandemi; covid-19

    Menalar Covid-19: Ragam Gagasan Menyikapi Pandemi

    Open PO Buku Kumpulan Cerpen “Bukan Kehilangan” Buruan Sebelum Kehabisan!

    Open PO Buku Kumpulan Cerpen “Bukan Kehilangan” Buruan Sebelum Kehabisan!

    Proyek Nulis Buku Bareng Diaspora Muda Lamongan

    Proyek Nulis Buku Bareng Diaspora Muda Lamongan

    Ojol, Buku Ojol, Buku Murah

    Bang Ojol Menulis

    Islam Jalan Hidup, Bukan Gaya Hidup

    Islam Jalan Hidup, Bukan Gaya Hidup

    Pendidikan yang Membebaskan Ternyata Ada di Indonesia

    Pendidikan yang Membebaskan Ternyata Ada di Indonesia

    Mengapa Jadi Sales Marketing Lebih Menarik daripada Jadi Guru?

    Mengapa Jadi Sales Marketing Lebih Menarik daripada Jadi Guru?

    Revolusi Kecerdasan Digital, Meningkatkan Branding Ala Kampus Desa

    Revolusi Kecerdasan Digital, Meningkatkan Branding Ala Kampus Desa

  • Layanan
No Result
View All Result
  • Home
  • News
    pandemi; covid-19

    Menalar Covid-19: Ragam Gagasan Menyikapi Pandemi

    Pemuda, SDGs

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Mronjo Kian Serius Kelola Potensi Desa Wisata

    Mronjo Kian Serius Kelola Potensi Desa Wisata

    anak

    Bukan Hanya Kita, Anak Juga Butuh Untuk Didengar

    Gedung Kejaksaan Agung Dibakar, Om Jin Kembali Viral

    Gedung Kejaksaan Agung Dibakar, Om Jin Kembali Viral

    Review Singkat Karya Lengkap Nurcholish Madjid

    Review Singkat Karya Lengkap Nurcholish Madjid

    Bacon, Perintis Empirisme

    Bacon, Perintis Empirisme

    Review Buku Money – Yuval Noah Harari

    Review Buku Money – Yuval Noah Harari

    Memaknai Kemerdekaan: Problem Kebijakan Untuk Kesejahteraan Rakyat

    Kemerdekaan dan Kebebasan

  • Opini
    Girl getting bullied in high school hallway

    Bullying, Benarkah Menyisakan Trauma Seumur Hidup?

    Demokrasi di Pilkada itu Bukan Mencoblos, Tapi Memberikan Suara dan Bersuara

    Demokrasi di Pilkada itu Bukan Mencoblos, Tapi Memberikan Suara dan Bersuara

    Ilmu Bukanlah Alat untuk Mencari Kekayaan, Benarkah Intelektualitas Tidak Menjamin Kesuksesan?

    Ilmu Bukanlah Alat untuk Mencari Kekayaan, Benarkah Intelektualitas Tidak Menjamin Kesuksesan?

    hujan

    Mengeja Hujan

    Emotional Burnout

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Sejauh Mana Kita Peduli Pada Hobi Orang Tua?

    Sejauh Mana Kita Peduli Pada Hobi Orang Tua?

    Gedung Kejaksaan Agung Dibakar, Om Jin Kembali Viral

    Gedung Kejaksaan Agung Dibakar, Om Jin Kembali Viral

    Review Singkat Karya Lengkap Nurcholish Madjid

    Review Singkat Karya Lengkap Nurcholish Madjid

    Bacon, Perintis Empirisme

    Bacon, Perintis Empirisme

  • Kuliah Terbuka
    Manajemen fakir, sukses mencapai kesederhanaan meskipun dengan bekal seadanya

    Manajemen Fakir, Kiat Sukses dalam Keterbatasan

    12 Ciri Anak dengan Autism yang Wajib Anda Ketahui

    12 Ciri Anak dengan Autism yang Wajib Anda Ketahui

    Merdeka Belajar dan Mas Mendikbud, Mengapa Banyak Ditentang?

    Merdeka Belajar dan Mas Mendikbud, Mengapa Banyak Ditentang?

    proses kreatif menulis

    Kreatif dan Kritis dalam Proses Menulis

    pendidikan seks

    Pendidikan Seks Kunci Sukses Progam KB di Masa Pandemi

    pilkada 2020

    Pilkada 2020 Bukan Sekedar Pesta Demokrasi, Tetapi Harus Partisipatif

    Empat Pertanyaan Kunci Menulis Artikel Ilmiah

    Empat Pertanyaan Kunci Menulis Artikel Ilmiah

    Menulis Layaknya Naik Sepeda

    Menulis Layaknya Naik Sepeda

    Membangun Solidaritas Sosial di Tengah Situasi Pandemi COVID-19

    Membangun Solidaritas Sosial di Tengah Situasi Pandemi COVID-19

  • Dokter Rakyat
    Perawat; Dari Ancaman Paparan Corona, Pisah Ranjang, hingga Perceraian

    Senyum Perawat Indonesia di Tengah Pandemi

    New Normal, Dibalik Penularan Covid-19 Tenaga Medis

    Pereda Demam Anak Tanpa Obat dari Dokter 

    Pereda Demam Anak Tanpa Obat dari Dokter

    Suhartono Taat Putra: Begawan Psikoneuroimunologi Berjuta Prestasi dan Rendah Hati (1)

    Suhartono Taat Putra: Begawan Psikoneuroimunologi Berjuta Prestasi dan Rendah Hati (2)

    Suhartono Taat Putra: Begawan Psikoneuroimunologi Berjuta Prestasi dan Rendah Hati (1)

    Suhartono Taat Putra: Begawan Psikoneuroimunologi Berjuta Prestasi dan Rendah Hati (1)

    Benarkah Puasa Menjadikan Kita Lebih Sehat? (2)

    Benarkah Puasa Menjadikan Kita Lebih Sehat? (2)

    Homeostasis Keseimbangan Holistik

    Homeostasis Keseimbangan Holistik

    Hipokrisi dalam Penanganan Covid-19

    Hipokrisi dalam Penanganan Covid-19

    Perawat; Dari Ancaman Paparan Corona, Pisah Ranjang, hingga Perceraian

    Perawat; Dari Ancaman Paparan Corona, Pisah Ranjang, hingga Perceraian

  • Agenda
    I’M COVID-19 (Indonesia Menulis COVID-19): Membasmi Pandemi Melalui Publikasi

    I’M COVID-19 (Indonesia Menulis COVID-19): Membasmi Pandemi Melalui Publikasi

    Kenapa Anak Muda atau Mahasiswa Perlu Berinvestasi?

    Kenapa Anak Muda atau Mahasiswa Perlu Berinvestasi?

    Tutur Desa II: Menuturkan Pesantren Rakyat

    Tutur Desa II: Menuturkan Pesantren Rakyat

    Bedah Web Kampus Desa for Digital Literacy

    Bedah Web Kampus Desa for Digital Literacy

    Manajemen Lembaga WOW, Oleh-oleh Konvensi

    Manajemen Lembaga WOW, Oleh-oleh Konvensi

    Konvensi Pendidikan VIII: Dalam Keberbedaan Merajut Kebersamaan Melalui Pendidikan

    Konvensi Pendidikan VIII: Dalam Keberbedaan Merajut Kebersamaan Melalui Pendidikan

    Turba Literasi, Seri Jitu Merensi Buku

    Turba Literasi, Seri Jitu Merensi Buku

    Indonesia Menulis Online Bersama Kampus Desa

    Program Magang 6 Bulan Sebagai Web Content Kampus Desa

    Program Magang 6 Bulan Sebagai Web Content Kampus Desa

  • Produk
    Interaksionisme Simbolik; Antara Lonte dan Merdeka Belajar

    Interaksionisme Simbolik; Antara Lonte dan Merdeka Belajar

    pandemi; covid-19

    Menalar Covid-19: Ragam Gagasan Menyikapi Pandemi

    Open PO Buku Kumpulan Cerpen “Bukan Kehilangan” Buruan Sebelum Kehabisan!

    Open PO Buku Kumpulan Cerpen “Bukan Kehilangan” Buruan Sebelum Kehabisan!

    Proyek Nulis Buku Bareng Diaspora Muda Lamongan

    Proyek Nulis Buku Bareng Diaspora Muda Lamongan

    Ojol, Buku Ojol, Buku Murah

    Bang Ojol Menulis

    Islam Jalan Hidup, Bukan Gaya Hidup

    Islam Jalan Hidup, Bukan Gaya Hidup

    Pendidikan yang Membebaskan Ternyata Ada di Indonesia

    Pendidikan yang Membebaskan Ternyata Ada di Indonesia

    Mengapa Jadi Sales Marketing Lebih Menarik daripada Jadi Guru?

    Mengapa Jadi Sales Marketing Lebih Menarik daripada Jadi Guru?

    Revolusi Kecerdasan Digital, Meningkatkan Branding Ala Kampus Desa

    Revolusi Kecerdasan Digital, Meningkatkan Branding Ala Kampus Desa

  • Layanan
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home News

Tubuh Sebagai Hak Milik dan Alat Produksi, Dilema Kapitalisme dan Prostitusi

Nurani Soyomukti by Nurani Soyomukti
08/01/2019
in News
0 0
0
Tubuh Sebagai Hak Milik dan Alat Produksi, Dilema Kapitalisme dan Prostitusi

Vanessa Angel. Ilustrasi gambar diambil dari qureta.com

0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Vanessa Angel menjadi buah bibir. Menempatkan Vanessa Angel dalam konteks kebebasan individu tidak bisa dihakimi karena itu adalah modus pilihan. Tanggungjawab tubuh Vanessa ada di dia sendiri. Apalagi menyangkut proses mendapatkan keuntungan finansial atas tubuh Vanessa. Namun, di satu sisi, tubuh sosial Vanessa mengundang perdebatan antara kepentingan kapitalisme, prostitusi dan kemerdekaan diri. Mengadili Vanessa, berarti menyoal posisi tubuh dia dalam konteks pribadi atau dalam konteks sosial. Tubuh Vanessa apakah tubuh yang terhegemoni atau tubuh merdeka. Ini soal siapa yang membangun sudut pandang.

Kampus Desa–“Vanessa Angel Berhak Jual Diri!”—demikian sebuah judul opini di Qureta (7 Januari 2019), ditulis oleh Maman Suratman. Opini ini tampaknya mengarah pada upaya menyetujui tindakan artis (atau siapapun) untuk menjadi pelacur atau untuk jual tubuh. Tindakan polisi menguak kasus pelacuran artis ini dianggap penulis sebagai tindakan yang kolot dan melanggar hak orang lain. Penulis mengutip pemikiran John Locke tentang hak: hak atas hidup, hak atas kebebasan, dan hak atas kepemilikan.

“Tubuh Vanessa adalah milik Vanessa. Orang lain, termasuk yang melahirkan, tak berhak mengarahkan atau mengendalikan,” Maman Suratman.

Maman menulis, “jika kita mau konsisten pada substansi hak asasi, maka negara wajib menjamin kebebasan Vanessa menjual diri. Negara harus tampil ke depan dan berkata, “tiada hak bagi siapa pun untuk mengatur tubuh orang lain kecuali sang pemilik hakiki. Tubuh Vanessa adalah milik Vanessa. Orang lain, termasuk yang melahirkan, tak berhak mengarahkan atau mengendalikan.”

Bagi saya, menarik untuk mendiskusikan persoalan hak dan kebebasan ini secara lebih jauh. Kebebasan sendiri ada dua, yaitu “bebas dari” dan “bebas untuk.” Sedangkan hak adalah sesuatu yang melekat pada diri orang, yang bisa digunakan maupun tidak digunakan. Anda punya hak terhadap tubuh anda. Anda bisa membebaskan tubuh anda dari penganiayaan dan serangan yang merugikan. Andapun bebas menggunakan tubuh anda untuk melakukan sesuatu, memberinya kenikmatan, dan menukarkannya dengan uang.

Dalam kasus seks, misalnya, menggunakan tubuh untuk merugikan orang lain, tidak boleh. Misal anda ingin mencari kenikmatan dengan menggunakan tubuh anda dengan cara memperkosa, itu dilarang.

Tapi kalau kita lihat, namanya hak ini akan dibatasi dengan hak orang lain. Anda punya tubuh dan punya hak untuk membebaskan tubuh anda dari keadaan disakiti dan dihancurkan orang lain. Tapi hak untuk menggunakan tubuh anda (“bebas untuk”), tentunya tidak sebebas dibanding hak untuk menggunakan tubuh anda. Dalam kasus seks, misalnya, menggunakan tubuh untuk merugikan orang lain, tidak boleh. Misal anda ingin mencari kenikmatan dengan menggunakan tubuh anda dengan cara memperkosa, itu dilarang.

Kodrat manusia sebagai makhluk sosial juga harus dielaborasi lebih jauh. Sayangnya, Maman Sutarman dalam opininya itu hanya bicara sedikit sekali tentang posisi tubuh dalam relasinya dengan tubuh-tubuh lain atau interaksi sosial. Maman hanya menulis, “manusia memang gemar berinteraksi secara sosial. Hanya jangan lupa bahwa manusia pun adalah individu yang unik: meski sangat interaktif, tetapi masing-masing tetap berpikir dan bertindak secara individual…. Berpikir dan bertindak secara individual, maka setiap manusia menjadi pemilik mutlak atas diri pribadinya masing-masing…. Ditarik ke ranah kasus Vanessa Angel, tampak jelas bahwa apa pun yang dilakukannya, selama itu atas miliknya sendiri (tubuh = kepemilikan diri), tidak ada yang salah. Jangankan jual diri, bunuh diri sekalipun, asalkan terhadap diri sendiri bukan diri orang lain, adalah sah.”

Saya kira elaborasi tentang posisi tubuh individu dalam ranah sosial dari Maman ini perlu diperdalam agar kita bisa memahami fenomena pelacuran ini secara lebih dalam dan dialektis. Elaborasi Maman yang terlampau singkat akan membuat pembaca yang terbiasa kurang berpikir kritis akan mengarah pada pemahaman bahwa pelacuran (prostitusi) itu baik dan wajar karena hanya dilihat semata sebagai hak individu atau hak atas tubuh individu.

Padahal jelas-jelas, pelacuran bukanlah gejala individu. Ia ada karena ada relasi antar-individu. Dan seks sendiri selalu punya aspek sosialnya. Sedangkan pelacuran sendiri sejauh ini adalah suatu hubungan yang terjadi sebagai bentuk relasi yang tidak humanis.

Padahal jelas-jelas, pelacuran bukanlah gejala individu. Ia ada karena ada relasi antar-individu. Dan seks sendiri selalu punya aspek sosialnya. Sedangkan pelacuran sendiri sejauh ini adalah suatu hubungan yang terjadi sebagai bentuk relasi yang tidak humanis. Pelacuran artis hanyalah satu fenomena saja. Bagaimana dengan pelacuran yang mengarah pada perdagangan manusia yang diiringi dengan penculikan dan penipuan? Para pembela pelacuran seringkali menolak argumen bias gender dengan menunjukkan adanya pelayan seks laki-laki (Gigolo). Tapi seberapa banyakkah hal itu dalam kehidupan ini? Serta bagaimana aspek gender di dalamnya, samakah dengan prostitusi perempuan?

Ternyata masalah ini jelas tak bisa didekati hanya dari pemikiran tentang hak individu saja. Karena masalahnya terlalu rumit. Yang harus kita bela adalah korbannya. Dan tak cukup dari situ, yang kita lihat pula adalah kondisi relasi sosial yang ada, sebab di sanalah sebuah interaksi terjadi—dan tak mungkin pendekatan filsafat hak alam Maman Sutarman cukup dalam menilai masalah pelacuran.

Ada yang menyetujui prostitusi dengan alasan salah satunya hal itu sudah ada sejak beratus ratus abad. Pihak yang setuju ini ketika saya tanya apakah rela jika saudara perempuan, ibu, atau anak perempuannya jadi pelacur, tentunya gak setuju.

Pihak pendukung hak alamiah yang menyetujui prostitusi juga akan sering menuduh pada pihak yang menolak pelacuran sebagai “moralis.” Secara pribadi, saya sendiri tak ada masalah disebut moralis jika moral itu adalah hasil (produk), bukan sebab. Ketika kita menganalisa sesuatu lalu kita menghasilkan suatu kesimpulan dan menyikapi sesuatu, itu pastilah moral. Orang yang menyetujui pelacuran sendiri pasti juga pakai ukuran moral. Misalnya adalah menganggap pelacuran itu adalah tindakan bermoral, biasa, dan wajar.

Tapi moral mereka terbelah ketika kembali juga pada individu mereka, bahkan hak individunya. Yaitu tadi, ketika ditanya, apakah mau ibumu, adik perempuanmu, keponakan perempuanmu, atau perempuan dekatmu menjadi pelacur, mereka juga bersikap baik jujur atau hanya dipendam dalam hati: Tidak mau! Faktanya, semua orang adalah moralist—dalam artian selalu mengukur sesuatu pakai moral juga.

Setelah orang melakukan analisa ilmiah, dialektis, adil, objektif terhadap suatu benda, fakta, atau fenomena, iapun pasti menyimpulkan sesuatu dan menyikapi sesuatu. Moral pastilah muncul kemudian. “Apa yang seharusnya” dan “apa yang senyatanya” adalah dua hal yang selalu muncul dalam suatu ikhwal ilmu pengetahuan.

Hubungan seks yang selama ini saya tolak ada dua: satu Ngeseks karena beli. Dan ngeseks karena memperkosa.

Makanya, saya secara pribadi juga punya sikap: memilih setuju pelacuran tidak ada. Tentu ini argumen ideologis, bukan teknis. Hubungan seks yang selama ini saya tolak ada dua: satu Ngeseks karena beli. Dan ngeseks karena memperkosa.

Saya setuju seks dengan komitmen dan sadar, tanpa paksaan. Tanpa kompensasi…! Lalu saya ditanya: “Kamu setuju seks bebas?”

Yang jelas saya menolak seks yang tidak bebas. Seks yang dengan paksaan. Terpaksa ngeseks dengan orang karena menukarkan diri dengan uang. Atau karena paksaan fisik, khususnya pemerkosaan. Termasuk perkosaan dalam pernikahan. Dan saya sepakat, istri bukan budak suami.

Cinta itu butuh perjuangan, karena ia adalah hal yang indah justru karena perjuangan. Apa indahnya bercinta hanya karena mudah beli pelacur karena punya uang. Dan apa indahnya hidup kalau hanya untuk beli tas Hermes saja sampai rela menjual cinta? Karena saya masih memuja konsep Cinta, saya menolak pelacuran!

Kata Alexandra Kollontai: “Cinta dalah suatu emosi sosial yang mendalam. Cinta bukan saja merupakan suatu relasi ‘privat’ yang hanya terkait dua orang yang saling mencintai: cinta memiliki suatu elemen penyatu yang berharga bagi kolektif.”

“Cinta itu indah, Minke, terlalu indah, yang bisa didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini. Tak ada cinta muncul mendadak, karena dia anak kebudayaan, bukan batu dari langit”, kata Pram. Kata Alexandra Kollontai: “Cinta dalah suatu emosi sosial yang mendalam. Cinta bukan saja merupakan suatu relasi ‘privat’ yang hanya terkait dua orang yang saling mencintai: cinta memiliki suatu elemen penyatu yang berharga bagi kolektif.”

Dan saya mengidealkan cinta ini sebagai prasarat hubungan mendalam, termasuk yang melibatkan seks. Dan yang lebih penting, penolakan saya terhadap prostitusi tidak berdiri sendiri karena prostitusi memang bukanlah masalah yang terpisah dari masalah lainnya yang dialami perempuan dan masyarakat.

Satu-satunya cara mengakhiri prostitusi, menurut Kollontai, adalah berjuang melawan syarat-syarat yang memaksa perempuan menjadikan prostitusi sebagai suatu jalan yang diperlukan untuk bertahan hidup. Inilah yang menegaskan bahwa fenomena prostitusi tak terpisah dari masalah masyarakat yang telah merupakan efek dari kapitalisme dan penghisapannya

Pembimbing saya dalam memahami masalah prostitusi ini adalah Alexandra Kollontai, seorang perempuan revolusioner dalam sejarah Rusia. Satu-satunya cara mengakhiri prostitusi, menurut Kollontai, adalah berjuang melawan syarat-syarat yang memaksa perempuan menjadikan prostitusi sebagai suatu jalan yang diperlukan untuk bertahan hidup. Inilah yang menegaskan bahwa fenomena prostitusi tak terpisah dari masalah masyarakat yang telah merupakan efek dari kapitalisme dan penghisapannya. Ada masalah ekonomi yang dialami dalam keluarga. Ada laki-laki borjuis yang punya harta dan uang berlebih, ada perempuan yang serba kekurangan. Ada jomblo yang sulit nikah dan hanya mampu membayar pelacur murahan. Ada masalah perumahan dan akses terhadap rumah. Ada keluarga yang retak dan bermasalah secara mendasar baik fondasinya maupun bangunan atasnya. Ada pendidikan yang salah. Ada propaganda seksis kapitalis. Ada patriarki. Komodifikasi kesenangan dan gairah demi profit merupakan aspek tak terhindarkan dari kehidupan dan seksualitas, dan lain-lainnya sebagai situasi masyarakat kapitalistik.

Kollontai meyakini potensi pembebasan dari relasi yang tak dikomodifikasi dan oleh karena itu hubungan non-posesif diantara individu-individu bebas tak terikat oleh ketergantungan ekonomi. Ia meyakini nilai sosial yang ia sebut dengan “solidaritas–cinta” berdasarkan perkawanan dan kesetaraan serta berpendapat bahwa semua ini akan “menjadi tuas” yang menggantikan “kompetisi dan cinta-diri sendiri dalam masyarakat borjuis.”

Tags: artisCintagairah seksJual DiriKapitalismepesta seksProstitusiseksSeksualitasVanessa Angel
Previous Post

Gelombang Inspirasi, Menumbuhkan Perubahan Pelaku Pendidikan

Next Post

Mari Mengadili Persepsi Kita dalam Kasus Vanessa Angel

Nurani Soyomukti

Nurani Soyomukti

Pegiat literasi dan penulis beberapa buku. Buku terkini adalah Komunikasi Kepemiluan. Berkemauan kuat menggerakkan literasi dari desa ke desa di Trenggalek. Penulis dapat ditemui di layanan facebook @nurani soyomukti. Penulis sehari-hari tinggal di Trenggalek.

Next Post
Mari Mengadili Persepsi Kita dalam Kasus Vanessa Angel

Mari Mengadili Persepsi Kita dalam Kasus Vanessa Angel

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Stay Connected test

  • 832 Followers
  • 79 Followers
  • 22.9k Followers
  • 99 Subscribers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Manajemen fakir, sukses mencapai kesederhanaan meskipun dengan bekal seadanya

Manajemen Fakir, Kiat Sukses dalam Keterbatasan

23/01/2021
Empat Pertanyaan Kunci Menulis Artikel Ilmiah

Empat Pertanyaan Kunci Menulis Artikel Ilmiah

20/06/2020
Rasionalitas dan Harapan Penerapan Dana Desa

Peran BUMDes Sebagai Sarana Kemandirian Ekonomi Desa

24/08/2018
Menanamkan Karakter Disiplin Pada Siswa, Bagaimana Caranya ?

Menanamkan Karakter Disiplin Pada Siswa, Bagaimana Caranya ?

04/03/2018
Kompetensi Tenaga Pendidik dalam Menghadapi Era Pendidikan 4.0

Kompetensi Tenaga Pendidik dalam Menghadapi Era Pendidikan 4.0

6
Surjan, Memaknai Jawa untuk Merayakan Indonesia

Surjan, Memaknai Jawa untuk Merayakan Indonesia

5
Rasionalitas dan Harapan Penerapan Dana Desa

Rasionalitas dan Harapan Penerapan Dana Desa

4
Seri Bisnis 1: MEMBANGUN ASET, Menyiapkan Menjadi Kaya dengan Pemasukan Pasif

Seri Bisnis 1: MEMBANGUN ASET, Menyiapkan Menjadi Kaya dengan Pemasukan Pasif

4
Manajemen fakir, sukses mencapai kesederhanaan meskipun dengan bekal seadanya

Manajemen Fakir, Kiat Sukses dalam Keterbatasan

23/01/2021
Interaksionisme Simbolik; Antara Lonte dan Merdeka Belajar

Interaksionisme Simbolik; Antara Lonte dan Merdeka Belajar

22/01/2021
12 Ciri Anak dengan Autism yang Wajib Anda Ketahui

12 Ciri Anak dengan Autism yang Wajib Anda Ketahui

30/12/2020
Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

11/12/2020

Recent News

Manajemen fakir, sukses mencapai kesederhanaan meskipun dengan bekal seadanya

Manajemen Fakir, Kiat Sukses dalam Keterbatasan

23/01/2021
Interaksionisme Simbolik; Antara Lonte dan Merdeka Belajar

Interaksionisme Simbolik; Antara Lonte dan Merdeka Belajar

22/01/2021
12 Ciri Anak dengan Autism yang Wajib Anda Ketahui

12 Ciri Anak dengan Autism yang Wajib Anda Ketahui

30/12/2020
Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

11/12/2020
Kampus Desa Indonesia

We bring you the best Premium WordPress Themes that perfect for news, magazine, personal blog, etc. Check our landing page for details.

Follow Us

Browse by Category

  • Agenda
  • Dokter Rakyat
  • Gubuk Sastra
  • Indonesia Menulis COVID 19
  • Kita Belajar Menulis
  • Kopipedia
  • Kuliah Terbuka
  • Layanan
  • News
  • Ngaji Tani
  • Opini
  • Pendidikan Hari Ini
  • Produk
  • Psikologi Hari Ini
  • Refleksi
  • Sepak bola

Recent News

Manajemen fakir, sukses mencapai kesederhanaan meskipun dengan bekal seadanya

Manajemen Fakir, Kiat Sukses dalam Keterbatasan

23/01/2021
Interaksionisme Simbolik; Antara Lonte dan Merdeka Belajar

Interaksionisme Simbolik; Antara Lonte dan Merdeka Belajar

22/01/2021
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2021 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result

© 2021 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Go to mobile version