Travelling Writing, Sejenak Santui di Tamsui

326
SHARES
2.5k
VIEWS

Tamsui terletak di barat laut lembah Taipei. Tamsui dikelilingi oleh pegunungan, sungai, serta beragam pemandangan nan memanjakan mata. Puluhan destinasi dan atraksi wisata berada di Tamsui, Taiwan. Perjalanan wisata kali ini sangat menyenangkan. Hujan berangin memaksa kami harus berpisah. Terlebih lagi keesokan harinya, semua orang memiliki agendanya masing-masing.

Kampusdesa.or.id — Berwisata kuliner sekaligus bersilaturahmi di negeri Formosa sangatlah menyenangkan. Apalagi jika dilakukan bersama teman-teman. Bermula dari obrolan ringan di grup line, janjian, membuat kesepakatan, lalu menyebarkan pengumuman di grup. Sesederhana itu. Hanya perlu sekitar dua hari untuk berkoordinasi.

Tepat di hari Senin (11/10/21) sekitar pukul dua hingga tiga sore, berkumpullah sepuluh diaspora Indonesia. Mereka adalah Awan Gurun Gunarso (alumnus NTUST), Rif Atussaufiyah (mahasiswi S2 di NTUST), Ahmad Nur Riza (mahasiswa NTUST, Deputi Departemen Akademis dan Profesi FORMMIT Pusat), Yusuf Rahmatullah (mahasiswa NTUST), Nanda Aulia Putri (mahasiswi Lunghwa University of Science and Technology, Deputi Departemen Akademis dan Profesi FORMMIT Pusat), Yusnitah (Universitas Terbuka Taiwan, aktivis Salimah), Aziman Ap (Salimah Taiwan) bersama putra dan putrinya yakni Basmatul Hielwah El-Azmy, Zidna Muflih El-Azmy, dan Dito Anurogo (S3 IPCTRM TMU Taiwan, Ketua Departemen Akademis dan Profesi FORMMIT Pusat, pendiri dan CEO School of Life Institute).

RelatedPosts

Perjalanan Menuju Tamsui
Masing-masing orang menempuh perjalanan berbeda menuju Tamsui. Uniknya, Sebagian besar belum pernah bertemu satu sama lain. Hanya bermodalkan kepercayaan dan komunikasi via grup line, akhirnya kami semua bisa bertemu di satu tempat di stasiun MRT Tamsui.
Penulis berangkat dari MRT Taipei 101/World Trade Center (R-03) melalui line merah, melewati 24 stasiun sebelum mencapai Tamsui (R-28), yakni: Xinyi Anhe, Daan, Daan Park, Dongmen, Chiang Kai-shek Memorial Hall, NTU Hospital, Taipei Main Station, Zhongshan, Shuanglian, Minquan W. Rd., Yuanshan, Jiantan, Shilin, Zhishan, Mingde, Shipai, Qilian, Qiyan, Beitou, Fuxinggang, Zhongyi, Guandu, Zhuwei, dan Hongshulin. Perjalanan ini memakan waktu sekitar satu jam.
Para pengunjung juga akan dimanjakan dengan beragam kuliner jalanan di Tamsui. Sebutlah mulai dari cumi-cumi, A-gei, shrimp roll, bakso ikan (fish ball), telur besi (iron egg, rasanya sedikit manis dan gurih), fish cracker, es krim menara (tower ice cream), fried quail eggs disertai larval fish, dan aneka kuliner lainnya.

Sejenak Santui di Tamsui
Kami berjalan-jalan menikmati pemandangan indah di sekitar sungai. Ada beragam kuliner dijual, mainan anak-anak, juga cenderamata khas Taiwan. Saat memesan makanan di salah satu gerai makanan halal, anak-anak merengek meminta naik perahu. Memang terlihat dua agen wisata dengan ramah menawarkan tiket bagi siapapun yang ingin mengunjungi pulau Bali (alias Pali Tour). Mengingat cuaca yang kurang bersahabat, maka kami memutuskan kali lain saja mencoba sensasi naik perahu tersebut.   
Ada hal unik yang saya jumpai di Tamsui. Untuk pertama kalinya di Taiwan, saya melihat ada lima gelandangan. Mereka seolah menetap di sudut stasiun Tamsui.
Kami sempat kesulitan menemukan tempat salat. Beruntunglah ada ruang kosong di stasiun MRT Tamsui. Akhirnya kami melaksanakan salat secara berjamaah. Uniknya, banyak sekali orang yang melihat, bahkan sebagian ada yang mengabadikan momentum saat kami melakukan salat berjamaah. Ya, benar, kami melakukan salat Asar dan Maghrib secara berjamaah. Ada anak kecil, tampaknya dari Indonesia, bertanya kepada orangtuanya tentang kegiatan kami. Terdengar jawaban, “Sembahyang.”
Hujan berangin memaksa kami harus berpisah. Terlebih lagi keesokan harinya, semua orang memiliki agendanya masing-masing. Setelah saling berpamitan, kami pulang dengan membawa sejuta kenangan indah.

“Alhamdulillah, senang sekali, bisa dipertemukan dengan orang-orang yang luar biasa yang mau menyempatkan waktu di antara kesibukan masing-masing. Semoga kegiatan ini tidak sekali saja, dan juga dijadikan pelajaran untuk setiap perjalanan memertimbangkan cuaca dan makanan halal,” tulis Nanda Aulia Putri melalui japri di line. Manfaat rihlah (tamasya Islami) ini juga dirasakan oleh peserta, Awan. Tulisnya, “Alhamdulillah bisa ngisi waktu luang saya libur sehari ini.” Serunya kegiatan ini juga diperkuat dengan komentar Ahmad Nur Riza, “ditunggu jalan-jalan selanjutnya.”
Dito Anurogo

Dito Anurogo

Dokter literasi digital, dokter rakyat di Kampus Desa Indonesia, dosen FKIK Unismuh Makassar, penulis puluhan buku, sedang menempuh S3 di Taipei Medical University Taiwan.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.