START-UP Lawan Dana Desa, Bisnis Desa di Era Digital

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Kampusdesa.or.id–JD.com milik Ricard Liu investor asal China menyuntikkan dana sekitar US$ 100 juta setara dengan Rp 1,34 Triliun ke Go-Jek (US$ 1=Rp 13.400). Go-jek juga mendapatkan investasi dari Ma Huateng US$ 100 juta-150 juta. JD.com bersama expedia ini,east Ventura, hilhouse capital group dan sequoia capital) juga menguyur Traveloka sebesar US$ 500 juta. Jack Ma dengan alibaba.com nya juga mengelontorkan US$ 1,1 milliar ke Tokopedia. Jack Ma juga melakukan aksi patungan alias join Ventura bersama PT Elang Mahkota Teknologi tbk untuk mendirikan star up platform pembayaran mobile dengan dana investasi sebesar US$ 46,8 milliar (kontan,26/8/17).

Saya agak lebay ketika merinding membaca berita tersebut, sangat luar biasa investasi yang dilakukan investor pada start-up yang ada di Indonesia. Dimana pemodal Tiongkok sangat tergiur dengan potensi pasar lokal (Indonesia) sehingga seolah-olah mereka jorjoran menebar duit ke e-commerce Indonesia. Hal ini tentunya tidak boleh di biarkan, harus ada langkah-langkah untuk meniru ide-ide kreatif untuk membuat start up yang mampu mengait investasi masuk ke Indonesia. Tidak harus investor luar, mungkin investor dari dalam negeri mungkin juga masih menjanjikan apabila diorganisir.

RelatedPosts

Apakah dengan membuat start-up akan mendapatkan investasi seperti pada tulisan di atas, TIDAK. Tidak semua menuai sukses, tidak semua start-up mampu menjawab kebutuhan pasar, tidak semua startup direspon oleh masyarakat, tidak semua start-up mampu bertahan lama. Memang dalam menumbuhkan ide-ide bisnis yang kreatif membutuhkan entitas dan jiwa-jiwa kreatif. Tidak semua orang bisa demikian tetapi bisa diedukasi agar ide kreatif itu muncul serta memiliki mindset kreatif. Tidak ada yang tidak mungkin dalam membuat ide-ide kreatif dan kemudian disusun dalam bussines plan.

Dialog dengan para pihak terkait untuk menciptakan entitas kreatif dengan saling menganalisis best practice keberhasilan bisnis start-up merupakan salah satu dari bagaimana menumbuhkan gagasan kreatif. Kemampuan melakukan analisis pasar untuk memberikan tawaran konsep bisnis, juga merupakan salah satu cara bagaimana menemukan ide bisnis baru untuk ditawarkan kepada pasar. kemudian ide bisnis kreatif tersebut dibuatkan konsep bisnis nya dan dieksekusi.

Konsep ATM (Amati Tiru dan Modifikasi) walaupun sudah usang, tetapi masih memiliki keampuhan. Coba kita amati keberhasilan Traveloka dalam mengorganisir hotel, coba kita tiru dengan mengorganisir villa-villa yang ditawarkan banyak di Kota Batu dan dengan sedikit modifikasi, akan ada start-up lokal yang menyediakan fasilitas bagi wisatawan luar Batu untuk memilih berbagai villa yang ditawarkan oleh masyarakat. Selama ini dalam pengamatan saya, masyarakat luar kota Batu, mencari referensi hotel dan villa berselancar di media sosial, bertanya temen (beberapa kali saya di inbox di medsos saya @onradsun) bertanya dimana villa yang dekat dengan tempat wisata. Hal ini tidak akan terjadi apabila ada penyedia jasa start up yang melakukan langkah tersebut.

Sepertinya bisa untuk dialokasikan Dana Desa (DD) untuk juga melakukan pengembangan dalam bisnis start-up tersebut. Semisal seperti yang saya contohkan di atas tersebut mengorganisir villa-villa dan hotel di Kota Batu (walaupun Kota tetapi ada desanya yang memperoleh Dana Desa). Bisa juga membuat data base kebutuhan kamar mandi dan dapur warganya. apabila kebutuhan kamar mandi semisal di buatkan data base (Sabun mandi, sabun cuci, shampo, odol/pasta gigi, sikat gigi dan lain-lain) dan kemudian terketahui seberapa banyak kebutuhan kamar mandi warga se desa.

Baca juga ;
Kementerian Pariwisata “Pilih” Bumiaji Sebagai Desa Wisata
BUMDesa (Membangun)kan Ekonomi Perdesaan?

Konsep ini sudah bisa dikapitalisasi oleh desa, serta mungkin penyediaannya adalah koperasi milik desa. Koperasi desa tersebut akan mengetahui, seberapa banyak kebutuhan untuk kamar mandi dalam entitas desa dalam satu Minggu, dengan disediakan kebutuhan tersebut oleh koperasi dan masyarakat desa mengambilnya di koperasi tersebut akan ada diskon 2% semisal. Dan ketika hal tersebut di buatkan aplikasi start-up, mungkin koperasi tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan di desa tersebut tetapi juga antara desa dalam kota ataupun antardesa antarkota bahkan antardesa, antarkota dan antarprovinsi.

Kira-kira demikian gagasan sederhananya, memang dalam memulai akan banyak rintangan dan hambatan, dengan dukungan Tenaga Ahli Pengembangan Ekonomi yang didukung dengan pendamping desa, yang tentunya juga memiliki gagasan kreatif, saya rasa tidak ada yang tidak mungkin.

Salam pecel!

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.