• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Indonesia Menulis COVID 19

Sekolah Itu Tidak Ada Gunanya, Sebuah Catatan Kecil untuk Pendidikan

Saiful Haq by Saiful Haq
March 25, 2022
in Indonesia Menulis COVID 19, Opini, Psikologi Hari Ini
222 5
0
Sekolah Itu Tidak Ada Gunanya, Sebuah Catatan Kecil untuk Pendidikan
Share on FacebookShare on Twitter

ANAK KECIL

Waktu itu tahun 2014, saya sedang makan di warung. Makan siang yang jamak takhir dengan sarapan. Bukanlah sesesuatu yang mengherankan jika mahasiswa rantau menjamak makan. Bukan. Itu adalah hal biasa. Secara garis besar motifnya ada dua. Pertama, karena sibuk kuliah. Kedua, karena berhemat biar bisa makan sampai akhir bulan. Saya ada dimotif kedua.

Baru beberapa suap nasi mendarat lahap di mulut, ketika seorang anak kecil menowel punggung saya. Saya pun menoleh dan bertanya.

“Ada apa dek?”.

Dia membalas dengan hal yang menakjubkan.

“Ngamen… ngamen”, kata anak kecil itu sambil menepuk tangannya sebagai musik latar.

Ayatullah Khumaini sebagai simbol pembebas Iran dari rezim otoriter. Atau Nadiem Makarim meningkatkan status sosial ojek menjadi transpostasi bernilai bisnis tinggi. maka adek kecil ini tokoh pembaharuan dalam bidang musisi jalan. Saya kagum dan tidak habis pikir dalam satu waktu.

Saya ajak anak kecil tersebut duduk di samping saya, kemudian kami berkenalan. Dia memperkenalkan dirinya dengan nama Daus, sehari-hari mengamen dan jualan kresek di pasar. Saya tanya Daus sudah makan, dijawab sudah dengan mantap. Saya tanya lagi kenapa tidak sekolah, jawabannya mencengangkan.

“Sekolah itu tidak ada gunanya. Disuruh kerja tugas dan tidak dapat uang. Kalau ngamen, saya masih bisa bermain dan dapat uang”, Daus menjawab dengan polos.

Saya termenung, sekolah harusnya menjadi tempat yang menyenangkan untuk anak seusia Daus. Bukan dilatih untuk menjadi buruh yang efeknya tidak realistis. Daus tidak sendiri, saya pun sempat menganggap sekolah (dasar) bukan tempat belajar yang baik untuk anak kecil dengan naluri bermain, tetapi penjara. Hanya dua hal yang saya sukai dari sekolah ketika seumur Daus. Pertama, bel istirahat. Kedua, Bel pulang sekolah.

MENJADI DEWASA

Hidup kemudian mengizinkan saya menempuh pendidikan pascasarjana (S2). Satu angkatan ada 27 orang. Terbagi dalam 3 peminatan. Bedanya S2 dan S1, selain biaya kuliahnya lebih mahal adalah teman kelas saya lintas generasi. Ada yang lebih tua adapula lebih muda. Ada yang anak satu dan ada yang masih sendiri. Ada yang pengen nikah ada juga yang mau nikah lagi.

Salah satu diantara orang yang lebih tua dari saya bernama Ibu Silvi. Usianya sekitar 35 tahun lebih. Lebih tua sepuluh tahun dari saya. Dia seorang wanita karier di dunia pendidikan. Super enak diajak ngobrol dan gokil. Tidak jarang Ibu Silvi menciptakan selentingan yang mengundang tawa sekelas. Gayanya yang asik, selalu bisa menghidupkan suasana.

“Loh ibu ngapain di sini? Gak kerja”, tanya saya heran suatu waktu melihat Ibu Silvi di perpustakaan saat jam kerja.

“Diem lu, jangan panggil Ibu. Lagi latian jadi kids jaman now”

“Bilang aja kerjain tugas UAS”

“Tau aje lu, Jali”, balasnya dengan banyolan khas Betawi.

Meski usianya jauh di atas saya. Semangatnya tidak kalah. Dia pernah datang hujan-hujan dari kantornya demi ikut belajar bersama dengan kita. Suatu waktu dia minta tolong dijelaskan cara menyelesaikan tugas ujian akhir. Dia bilang gini “Ibu mah gak butuh jawabannya. Yang penting ngerti dulu cara menyelesainnya. Urusan benar gak apapa. Caranya itu yang penting”. Saya yang mendengar itu seperti tertampar. Terkadang seumuran saya yang lebih muda lebih mementingkan ada jawaban, bukan proses  mendapatkan jawabannya. Belum lagi melihat semangat Ibu Silvi untuk kuliah. Padahal tanggung jawabnya banyak; mengurusi kantor, menyelesaikan tugas kuliah hingga menjadi ibu rumah tangga.

 “Untung tidak telat nyampe kampus”, kata Ibu Silvi sambil menggosokan freshcare di kedua sisi kepalanya. Dari situ saya tahu Wonder Woman juga bisa lelah.

SECARA PSIKOLOGIS

Saya selalu berpikir harus berpendidikan sesungguhnya; bagaimana cara belajar dan bagaimana cara paham. Yang sering saya lakukan adalah menghafal isi catatan. Menghafal dan ketika ujian selesai, lupa lagi dengan pelajarannya. Begitu terus sampai tipes.

Sayang sekali, para orang-orang berprofesi guru gagal menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Sehingga kesimpulannya; saya harus menemukan jawabannya sendiri. Lalu saya memutuskan memperdalam Psikologi Pendidikan. Sebuah iktiar yang cenderung nekat, karena saya pun tidak tahu apakah ada jawabannya di sana. Yah, namanya juga usaha, ya kan.

Tidak ada yang lebih menarik dari rasa ingin tahu. Ingin tahu akan membuat kita belajar sampai paham. Sampai kita bisa dengan apa yang ingin kita ketahui. Rasa ingin tahu adalah pondasi yang baik dari pendidikan. Saya belajar dari Ibu Silvi, dia ingin tahu cara menyelesaikan, sehingga dengan jadual padatnya akan tetap ke kampus untuk berusaha memenuhi rasa ingin tahunya.

Begitulah harusnya cara pendidikan bekerja. Bukan dengan menentukan apa yang harus peserta didik ketahui. Akibat saya harus pelajari hal-hal yang ditentukan sekolah/kampus, saya seringkali merasa pelajarannya tidak relevan dengan minat atau tidak saya butuhkan. Pelajaran yang tidak saya minati hanya ada 2 pilihan baginya; pertama, kalau tidak saya tinggal bolos. Kedua, saya habiskan dengan baca novel dalam kelas. Toh hanya perlu tahu jawaban ketika uas, nilainya akan bagus.

Saya teringat Daus, barangkali proses pendidikan tidak bisa memasilitasi minatnya untuk bermain. Saya sih maklum, anak kecil nalurinya untuk bermain. Apalagi Calistung (baca, tulis, hitung) yang menguras emosi dan semua daya upaya seorang bocah. Saya masih ingat ketika seumuran Daus, untuk membaca satu kalimat butuh kerja keras. Kadang sampai keringat dingin. Pada cuma mengeja kalimat ‘Budi bermain bola’.

Pendidikan katanya sesuatu yang manis. Namun catatan kecil dari semua perjalanan panjang saya lalui di lembaga pendidikan, secara garis besar, untuk sesuatu yang manis, rasanya terlalu hambar.

Saiful Haq

Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Penulis dua buku Saiful is me dan Diam-diam Suka, coach menulis dan inisiator

Gusdurian Bone Makasar.

Tags: Anak JalananPendidikan AlternatifPerempuanSekolahUjian Akhir Semester
Previous Post

Omah Hijau, Sebuah Semangat Dalam Hidup Berkeluarga

Next Post

Adu Tajam Pena dan Uang

Saiful Haq

Saiful Haq

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
23

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Gulat dengan Sang Profesor
Kuliah Desa

Gulat dengan Sang Profesor

by Mohammad Mahpur
October 1, 2022
0
168

KAMPUSDESA.OR.ID--Gulat dengan sang profesor kecil menjadi pengalaman bermain menarik waktu itu di sepah (sampah tebu hasil penggilingan). Masa kecil yang...

Read more
Keluar dari Efek Lampu Sorot
Psikologi Hari Ini

Keluar dari Efek Lampu Sorot

by Redaksi
April 8, 2022
0
93

Jiwa sosial itu layaknya sudah menjadi keterampilan “bertahan hidup” tingkat dasar yang perlu dilatih sebagai modal bagi manusia untuk disebut...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri

Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (7) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (9) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (131) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

January 22, 2023
Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

January 9, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In