• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Adu Tajam Pena dan Uang

Aida Mudjib by Aida Mudjib
March 25, 2022
in Opini
192 10
0
Adu Tajam Pena dan Uang
Share on FacebookShare on Twitter

Menulis tidak sekedar membuat narasi yang dibaca orang menjadi informasi yang menarik pembaca. Menulis dapat bermakna perlawanan. Minke, pada film Bumi Manusia menyiratkan bahwa menulis bagian dari perlawanan, tidak sekedar ilmu pengetahuan dan seputar cerita. Menulis adalah senjata yang mengoyak sejumlah kemapanan.

Kampusdesa.or.id–“…menulis bukan hanya untuk memburu kepuasan pribadi. Menulis harus juga mengisi hidup.” Jean Marais, halaman 280


Pena dapat menginspirasi banyak orang. Pena dapat menerjemahkan berbagai ide yang ada di kepala manusia. Pena dapat menggerakkan hati ribuan dan bahkan jutaan orang untuk melakukan sesuatu. Apa yang dihasilkan sebuah pena bisa berubah wujud menjadi sebuah letusan dahsyat dalam bentuk revolusi, penentangan, perlawanan. Pena bisa membuat ribuan bahkan jutaan orang kehilangan nyawanya. Bukan satu atau dua saja tetapi bisa beribu kali lipat daripada yang bisa dihilangkan oleh sebuah pedang.

Berbahaya.

Pena Minke juga membawa bahaya, membuat nyawa banyak orang meregang. Ketika yang dihadapinya adalah kekuatan uang.

Anak Semua Bangsa merupakan novel kedua dari tetralogi Pulau Buru. Tiga novel yang lainnya yang termasuk dalam tetralogi ini ialah Bumi Manusia, Rumah Kaca, dan Jejak Langkah. Peristiwa-peristiwa yang ada di dalam novel ini terjadi pada permulaan abad ke-20. Oleh sebab itu, ada beberapa istilah Belanda yang digunakan, seperti sekaut; zuivel; transvaal; dan Oranje Vrijstaat. Untuk menjelaskan istilah-istilah tersebut, Pramoedya menggunakan catatan kaki.

Jika Bumi Manusia diakhiri dengan tidak berdayanya Minke dan Nyai Ontosoroh untuk melindungi dan mempertahankan Annelies dari renggutan Maurits Melema, Anak Semua Bangsa dimulai dengan suasana duka karena datangnya telegram dari Jan Dapperste yang mengabarkan kematian Annelies. Kematian Annelies ini merupakan tonggak baru bagi Minke dan Nyai Ontosoroh. Minke mulai tumbuh menjadi pemuda terpelajar Belanda, yang sebelumnya berorientasi pada pola pikir kaum terdidik Belanda, berubah menjadi Minke yang sadar akan lingkungannya sendiri.

Apa yang dipuji-puji oleh Minke dan kaum terpelajar Belanda lainnya ternyata diremehkan oleh kawan-kawan dekat Minke yang mempunyai orientasi kepada kaum pribumi, seperti Jean Marais dan Kommers. Pada awalnya Minke tersinggung. Ia oleh kawan-kawannya dinyatakan sebagai penulis buruk.

Kritikan dari kawan-kawan dekatnya ini menyebabkan Minke harus berlibur ke desa. Di desa inilah Minke bertemu dengan petani yang bernama Kromodongso. Kromodongso sosok seorang petani yang tidak dapat mempertahankan tanahnya dari jangkauan tangan para pemilik perkebunan gula. Tidak hanya tuan-tuan Belanda bermodal yang menjadi musuh Kromodongso, tetapi juga pamong desa yang menginginkan kedudukan lumayan dengan adanya pabrik-pabrik gula tersebut.

Minke mulai menulis di surat kabar tempatnya biasa bekerja. Tanpa Minke sadari, reportasenya mengenai penderitaan Kromodongso akan berbalik membawa petaka

Minke menyadari petani-petani itu tidak memiliki pembela. Ia kemudian memutuskan untuk membela petani-petani itu. Minke mulai menulis di surat kabar tempatnya biasa bekerja. Tanpa Minke sadari, reportasenya mengenai penderitaan Kromodongso akan berbalik membawa petaka, karena ternyata korannya juga dimiliki dan dimodali oleh para pemilik pabrik gula. para pemilik modal gula tidak mau menerbitkan tulisan-tulisan Minke tersebut.

Saat itulah Minke sadar sepenuhnya bahwa ia harus menulis dengan bahasanya sendiri tentang rakyatnya sendiri dan dibaca oleh bangsanya sendiri.

Novel kedua ini pada hakikatnya merupakan suatu analisis kritis terhadap apa yang menyengsarakan kehidupan begitu banyak orang, dipaparkan secara luas dan mendasar benih-benih dan pokok kebangkitan bangsa-bangsa terjajah di awal abad ke-20. Lahirnya pikiran-pikiran baru dalam gelombang perubahan itu memberikan daya saran yang kuat pada gerak pikir Minke. Minke tidak lagi melihat lingkungannya hanya dalam ruang lingkup yang terbatas yang hanya dibatasi oleh kelemahan pribadi.

Minke yang selama ini hanya hidup di lingkungan terdidik dan priyayi pun menjadi peka terhadap penderitaan pribumi. Bahwa penderitaan yang ia alami secara pribadi dengan kehilangan Annelies hanyalah segelintir saja dari penderitaan yang dialami banyak orang dalam lingkungan terjajah.

Apabila dalam Bumi Manusia pemikiran tokohnya baru terbatas pada individu, sehingga penderitaan yang dialami dan dijalani berhenti sebagai penderitaan perorangan, dalam Anak Semua Bangsa hal itu dipahami sebagai sebuah sistem kemasyarakatan tertentu yang melahirkan kekejaman atas rakyat. Minke yang selama ini hanya hidup di lingkungan terdidik dan priyayi pun menjadi peka terhadap penderitaan pribumi. Bahwa penderitaan yang ia alami secara pribadi dengan kehilangan Annelies hanyalah segelintir saja dari penderitaan yang dialami banyak orang dalam lingkungan terjajah.

Tags: Bumi ManusiaPramoedya Ananta Toer
Previous Post

Sekolah Itu Tidak Ada Gunanya, Sebuah Catatan Kecil untuk Pendidikan

Next Post

Membangun Jiwa Disiplin Anak

Aida Mudjib

Aida Mudjib

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
23

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri

Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (7) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (9) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (131) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

January 22, 2023
Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

January 9, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In