• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Penanganan Covid-19 di Mata Masyarakat Jawa Lama

Marwita Oktaviana by Marwita Oktaviana
March 27, 2022
in Opini
188 14
0
Share on FacebookShare on Twitter

Jangan memandang remeh terhadap ilmu titen yang tumbuh sejak lama di masyarakat Jawa hanya karena menganggap bahwa saat ini zaman sudah maju. Bersinergi nyatanya mampu mewujudkan sebuah gerakan yang efisien dalam membendung laju penyebaran wabah. Jadilah manusia yang mampu menghidupkan kembali tradisi lama dengan memiliki kepekaan tinggi terhadap fenomena alam yang terjadi. Harapannya peninggalan ilmu dan budaya dari sesepuh masyarakat Jawa ini akan membantu manusia terhindar dari wabah Covid-19 atau bala musibah lainnya.

Kampusdesa.or.id–Sejak kasus Covid-19 di Indonesia diumumkan pertama kalinya oleh presiden Jokowi pada tanggal 2 Maret 2020 jumlah pasien positif Covid-19 terus bertambah. Berita terakhir menyebutkan data pasien sudah menembus 5000 jiwa lebih. Beberapa kebijakan dilakukan oleh pemerintah untuk meminimalisasi dan menghentikan penyebaran virus tersebut. Mulai dari social distancing hingga karantina lokal.

Masyarakat juga dihimbau untuk selalu menjaga kebersihan seperti mencuci tangan dan membersihkan area yang sering diakses menggunakan cairan desinfektan. Peningkatan sistem imun juga benar-benar diperhatikan seperti berjemur di pagi hari, olahraga ringan sampai konsumsi vitamin.

Dalam ilmu titen, yaitu mengamati anomali atau kejadian di luar kebiasaan alam atau lingkungan yang dianggap sebagai pertanda akan suatu kejadian pada masyarakat Jawa lama, para leluhur sebenarnya sudah memberikan tinggalan berupa ilmu mengenai apa yang harus dilakukan ketika ada pagebluk atau sawan yang muncul di sekitar.

Menilik apa yang terjadi saat ini berkaitan dengan bagaimana respon masyarakat menanggapi wabah yang sedang melanda Indonesia, mau tak mau seperti menampar diri sendiri. Dalam ilmu titen, yaitu mengamati anomali atau kejadian di luar kebiasaan alam atau lingkungan yang dianggap sebagai pertanda akan suatu kejadian pada masyarakat Jawa lama, para leluhur sebenarnya sudah memberikan tinggalan berupa ilmu mengenai apa yang harus dilakukan ketika ada pagebluk atau sawan yang muncul di sekitar.

Ilmu ini mereka dapatkan dari mempelajari segala kejadian di alam dan menghubungkan dengan berbagai peristiwa untuk mendapatkan jalan keluar dari permasalahan yang muncul. Misalnya saja munculnya lintang kemukus yang sering dikaitkan dengan akan terjadinya pagebluk atau wabah yang menyerang. Dalam kaitannya dengan terjadinya pandemi virus corona saat ini, masyarakat Jogjakarta harusnya lebih dini aware akan apa yang akan terjadi. Karena sebelum gempar wabah corona yang menyerang berbagai negara di dunia mereka sudah meramalkan akan terjadinya pagebluk itu saat melihat lintang kemukus yang muncul sebelum wabah corona terjadi di atas langit Jogja.

Dari segi kebersihan diri, orang-orang Jawa lama sudah terbiasa menempatkan kendi dan padasan di depan rumah. Kendi berfungsi untuk menyediakan minum bagi mereka yang lewat agar tenggorokan tidak kering dan padasan digunakan untuk membasuh kaki dan tangan sebelum masuk ke dalam rumah. Hal ini sejalan dengan himbauan untuk membersihkan diri sebelum memasuki rumah agar tidak membawa virus ke dalam rumah dan menulari keluarga.

Baca Juga: Hipokrisi dalam Penanganan Covid-19

Lalu dalam hal meningkatkan imunitas tubuh masyarakat Jawa terbiasa menanam kelor dan daun sirih di pekarangan rumah untuk nantinya dibuat masakan atau direbus sebagai jamu. Sampai saat ini khasiat daun kelor untuk kesehatan sangat diakui dunia. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim Drajat Irawan dalam detikNews menyatakan sampai akhir Maret 2020 kemarin Jatim mampu mengekspor 13 kali daun kelor ke Korea Selatan dengan total ekspor 55,8 ton atau setara dengan USD 155.247,90. Bukan hanya berhenti sampai disana, masyarakat Jawa terkenal sangat suka mengkonsumsi jamu yang terbuat dari aneka rempah yang kaya nutrisi baik untuk imunitas maupun juga untuk menyembuhkan penyakit.

Mengenai adanya himbauan social distancing yang digembar-gemborkan pemerintah, orang Jawa juga memiliki tradisi terkait dengan itu. Di mana untuk memberikan salam tidak dengan berjabat tangan tetapi cukup dengan menangkupkan tangan di depan dada seperti ritual namaste. Hal ini akan menghindarkan masyarakat dari penularan virus melalui sentuhan.

Selain beberapa hal di atas, isu bahwa berjemur dapat membunuh virus corona yang notabene salah kaprah dan terlanjur dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia tanpa pemahaman tentang itu, sebenarnya pun telah dilakukan secara biasa oleh masyarakat Jawa lama ataupun mereka yang hidup di pedesaan. Berjemur bukan membunuh virus corona, tetapi dinilai mampu meningkatkan imunitas tubuh. Sinar matahari pagi mampu menstimulus tubuh untuk memproduksi sendiri kebutuhan vitamin D, di mana mampu mendukung kinerja sel T yang berfungsi sebagai garis depan pertahanan melawan penyakit yang diakibatkan oleh virus.

Semenjak wabah corona menjadi pandemi yang ditakutkan masyarakat dunia. Anjuran berjemur di pagi hari mulai digalakkan bagi masyarakat agar tubuh mampu memproduksi imunitas untuk menghindari terpapar virus tersebut. Orang Jawa khususnya yang tinggal di pedesaan tidak perlu menunggu adanya anjuran tersebut. Setiap hari mereka sudah berjemur secara otomatis saat menggarap sawah atau ladang. Seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Sambil bekerja sambil melatih fisik dan mendapatkan manfaat sinar matahari pagi. Dengan begitu rata-rata masyarakat desa cenderung memiliki imunitas yang tinggi dibanding masyarakat kota yang jarang terpapar matahari pagi dan melatih fisik.

Dari paparan di atas masihkah kita men-judge bahwa mengikuti tradisi lama itu kuno dan tidak up to date. Padahal hal-hal yang kita lakukan saat pandemi saat ini tak lain tak bukan adalah ilmu yang lama diberikan oleh para sesepuh kita. Mereka lebih aware dan mampu mempelajari gejala alam lebih baik daripada kita meski tidak dibantu dengan teknologi yang canggih. Masihkah kita kesampingkan hal-hal yang terbukti baik bagi kita hanya karena itu tradisi lama dan ketinggalan jaman?

Jadi jangan memandang remeh terhadap ilmu titen yang tumbuh sejak lama di masyarakat Jawa hanya karena menganggap bahwa saat ini zaman sudah maju. Bersinergi nyatanya mampu mewujudkan sebuah gerakan yang efisien dalam membendung laju penyebaran wabah. Jadilah manusia yang mampu menghidupkan kembali tradisi lama dengan memiliki kepekaan tinggi terhadap fenomena alam yang terjadi. Harapannya peninggalan ilmu dan budaya dari sesepuh masyarakat Jawa ini akan membantu manusia terhindar dari wabah Covid-19 atau bala musibah lainnya.[]

Marwita Oktaviana. Adalah lulusan Teknik Mesin Universitas Udayana ini sekarang menjadi pengajar di SMKN 1 Kalitengah Lamongan di sela keaibukannya sebagai ibu dua orang anak. Cerpen dan puisinya pernah dimuat di Harian Solopos dan pernah menjuarai beberapa event kepenulisan. Saat ini aktif di komunitas menulis “One Day One Post”.

Tags: COVID-19indonesia menulis covid-19lintang kemukustiten jawa
Previous Post

Hari Buruh atau Hari Buruk?

Next Post

Rumahku Gua Hira-ku, Latihan Mindfulness di Rumah Saja

Marwita Oktaviana

Marwita Oktaviana

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In