Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampusdesa.or.id–Siti Nur Imamah menjadi katalisator penghijauan kelor (moringa oleifera) Nganjuk. Saat pemerintah Nganjuk mengalami beberapa kendala melakukan penghijauan dengan anggaran daerah, justru Ibu ini menjadi antitesis dan merobohkan mitologisasi bahwa pemberdayaan dan penghijauan tidak melulu soal penganggaran, tapi tentang mentalitas. Imamah mempunyai metode penghijauan dengan teknik pemberdayaan, yakni mengubah dari sense of budgeting ke sense of benefit.

Ketika pemerintah melakukan kelorisasi lahan sebagai pengganti pertanian perbukitan yang digunakan masyarakat, ada ruang kepemilikan yang menyisakan kehilangan. Masyarakat telah kehilangan penghasilan, sementara kelor tidak menjadi pilihan bagi mereka. Kata Imamah, ya ujung-ujungnya dirusak oleh masyarakat.

RelatedPosts

Tujuan menyelamatkan lahan akhirnya tidak menghasilkan tumbuhnya perubahan bagi orang yang sudah terbiasa dan nyaman serta kehidupannya tergantung dari olah lahan asal. Budget (anggaran) yang ratusan juta belum juga menjadi jawaban dan pilihan kelorisasi sebagai penghasilan seksis bagi masyarakat.

Tujuan baik masih ala pemilik kebijakan dan kepentingan pemerintah. Tujuan baik menghilangkan akses, bahkan kebutuhan ekonomi sebagai anchor perilaku olah lahan yang sudah bertahun-tahun menjadi penopang hajat masyarakat pengolah hutan tersingkir. Ujung-ujungnya, kepentingan baik pemerintah berhadap-hadapan dengan kebutuhan bertahan masyarakat.

Kasus ini mengingatkan pada sebuah hikmah, niat baik yang disampaikan dengan saluran yang tidak tepat bisa menjadi keburukan.

Kesenjangan hak dan kewajiban meroket menjadi perlawanan. Kasus ini mengingatkan pada sebuah hikmah, niat baik yang disampaikan dengan saluran yang tidak tepat bisa menjadi keburukan. Begitu juga kaidah ushul fiqh yang menyataka, mendahulukan kebaikan tetapi berakibat kerusakan bukan pilihan dalam membuat keputusan. Namun, menunda kebaikan yang utama, atau membela kemadhorotan yang ringan tetapi tidak merusak segala-galanya, justru menjadi strategi utama dalam mengambil keputusan. Kaidah itu secara teks berbunyi, “Jika ada beberapa kemaslahatan bertabrakan, maka maslahat yang lebih besar (lebih tinggi) harus didahulukan. Dan jika ada beberapa mafsadah (bahaya, kerusakan) bertabrakan, maka yang dipilih adalah mafsadah yang paling ringan.”

Baca juga: Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri

Sense of budgeting (kepentingan pemberian anggaran) untuk penghijauan kelor telah mengabaikan anchor (jangkar) motiv hak ekonomi, meskipun menyelamatkan hutan. Sebaliknya, pendanaan (budgeting) itu tidak menjadi jawaban pengganti bagi kepentingan ekonomi warga. Ini yang menjadi kebiasaan panjang dan alasan bagi masyarakat mengolah lahan.

Mentalitas ini belum menjadi penjamin dialektika kepastian dalam proses penghijauan. Penghijauan tidak sebanding dengan keuntungan sehingga bagi masyarakat tetap menjadi imajinasi kepentingan yang tidak membela nalar pragmatis keuntungan pengolahan lahan. Tentunya budgeting memang sangat dibutuhkan, tetapi tidak menyentuh nalar dialektis pragmatis bagi masyarakat yang diajak berpindah menghijaukan lahan dengan tanaman kelor. Sama seperti diberi bantuan ternak, setelah selesai serah terima, ternaknya dijual untuk kebutuhan mendesak warga. 

Analisis Pragmatis Keuntungan (Sense of Benefit)

Penghijauan tidak bisa dilepaskan dari nilai pragmatis masyarakat di sekitar hutan. Apalagi masyarakat ini sebelumnya adalah petani yang memanfaatkan lahan hutan sebagai sumber utama penghidupan mereka. Imamah memberikan pendekatan yang berbeda dengan pemerintah. Kalau tujuan utama pemerintah tanpa melakukan pendekatan pragmatis terhadap masyarakat di sekitar hutan, Imamah mengambil hati masyarakat dengan melibatkan mereka sekaligus memberikan pendampingan terhadap hasil tanam baru sebagai pengganti komoditas ekonomis masyarakat di sekitar hutan.

Imamah kemudian mengorganisir masyarakat dan membagi wilayah hutan yang dihijaukan dengan daun kelor untuk dibagi agar hasil kelolanya nanti juga dapat dipanen warga.

Imamah tidak mengesampingkan cara pandang pragmatis masyarakat. Dia menegaskan bahwa tanaman kelor akan sama dapat diambil manfaatnya guna mengganti sumber penghidupan ekonomi masyarakat. Imamah kemudian mengorganisir masyarakat dan membagi wilayah hutan yang dihijaukan dengan daun kelor untuk dibagi agar hasil kelolanya nanti juga dapat dipanen warga.

Perbedaan pendekatan Imamah terletak di penguatan nilai pragmatis dari kelor ketimbang penghijauan itu sendiri sehingga dia tidak berhenti hanya pada penanaman tetapi berusaha melakukan penguatan sense of benefit. Perlu persuasi (bujuk rayu) dan asertifitas (ketegasan), bahkan marah-marah bisa jadi senjata Imamah untuk meyakinkan petani. Imamah memiliki pendekatan meninggalkan gaya budgeting yang tidak mengenali tujuan masyarakat. Jika tujuan masyarakat adalah adanya pengganti kecukupan ekonomi maka bagi Imamah, sense of benefit menjadi visi dan mimpi bersama bagi masyarakat sekitar hutan. Cara ini dapat meningkatkan simpati masyarakat, meski nilai ekonomisnya juga belum nampak jelas. Namun Imamah tidak berhenti di posisi masyarakat yakin dan mau menanam pohon kelor. Sisi pengetahuan tidak cukup menjadi alat perubahan. Bukti profit adalah fakta yang harus dibuktikan.

Perilaku Transaksional

Pengalaman itu memberikan pemahaman bahwa perubahan bukan tentang mengedepankan pola pikir (mindset). Perubahan dimulai dengan menunjukkan proses keuntungan sebagai bukti yang nyata dan obyektif untuk mendapatkan hasil baru dan langsung segera tergambar. Fakta keuntungan yang realistis dan terjangkau adalah proses penting dalam membuat penawaran perubahan.

Sebaik pengetahuan yang kita sodorkan, baik dalam seminar, dan pelatihan tidak akan digubris oleh masyarakat. Masyarakat alot karena memang mereka tumbuh dalam kemapanan hajat ekonomi yang sudah mendarah daging. Ini tidak mudah dibalik dengan abagadabra. Kenyataan tersebut sudah menjadi motif laten (mengkristal) dalam pengalaman mereka. Untuk memantik perubahan, mereka mesti membutuhkan pengalaman baru sebagai contoh tunggal yang terukur secara material. Pengalaman inilah yang kemudian diikuti dengan pertumbuhan dan penguatan inspirasi bagi perubahan kelompok masyarakat tertentu.

Kita bisa membuat pemetakan penilaian cepat untuk menemukan orang-orang yang memang bisa menerima niat baru kita menjadi sekutu handal. Jumlah mereka tidak harus banyak. Cukup orang-orang yang memang memiliki kemauan baik, orang yang mudah belajar hal baru.

Baca juga: Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut

So. Cari orang yang dapat menjadi agen yang mau mencoba praktik baik tersebut. Cara ini akan lebih mudah ajakan kita untuk diterima dan diikuti. Kita bisa membuat pemetakan penilaian cepat untuk menemukan orang-orang yang memang bisa menerima niat baru kita menjadi sekutu handal. Jumlah mereka tidak harus banyak. Cukup orang-orang yang memang benar-benar memiliki kemauan baik, orang yang mudah belajar hal baru, dan cenderung lebih dapat mengikuti orang lain. Cara yang bisa dilakukan seperti mengamati anggota masyarakat yang punya perilaku positif menyimpang (positive deviance), dan sering-sering mengajak mereka untuk berbicara santai dengan memanfaatkan media kongkow bebas. Ciri ini penting agar ide perubahan dapat tempat di hati masyarakat.

Moringa Oleifera Nganjuk

Setahu penulis, produk disamping adalah hasil mutakhir dari proses panjang pemberdayaan yang dilakukan oleh Siti Nur Imamah. Silahkan jika ingin belajar pemberdayaan dari Imamah, anda bisa menghubungi facebook atau instagramnya.

Kita bisa kemudian berkolaborasi (bekerjasama) dengan orang ini meskipun tidak sampai puluhan orang. Mentok kita bisa pilih aktor tersebut hanya lima orang atau bahkan satupun tidak masalah. Bagi kita yang penting ada contoh baik terlebih dahulu. Seperti yang pernah disampaikan oleh Imamah, kadang aparat desa tidak dilibatkan untuk program pemberdayaan, justru masyarakat atau sejumlah perangkat desa yang kooperatif saja yang akan dia dorong dan diajak melakukan inisiatif perubahan tersebut.

Ketika mereka sudah saling percaya dan membuat sekutu kecil-kecilan. Mereka adalah agen yang menjadi contoh baik yang perlu semakin banyak untuk dikondisikan di desa yang ada. Jika ada yang sudah berhasil, perluas jangkauan inspirasi tersebut lebih luas pada orang-orang yang lebih terbuka dan memiliki inisiatif baik. Perubahan masyarakat tidak serta merta dapat digerakkan menggunakan formalisme birokrasi. Mereka membutuhkan sentuhan personal dan kolektif (komunitas) untuk memahami spirit perubahannya.

Baca juga: Perempuan di Balik Sekolah Rakyat dan Wisata Desa Petung Ulung Nganjuk

Nah, gerak pemberdayaan yang dilakukan oleh Imamah adalah dengan memantik tumbuhnya inspirasi pada level keuntungan finansial. Setidaknya masyarakat yang menjadi sekutu perubahan segera didorong untuk berpikir ke arah yang pragmatis dalam bentuk pembuktian uji-coba keuntungan. Dia kemudian berusaha untuk mendorong proses produksi dalam bentuk olahan hasil pertanian kelor menjadi komoditas pangan sehat. Mereka diajak membuat berbagai varians kelor yang familier dengan nilai produksi.

Ini menjadi salah satu teknik menjangkau perilaku transaksional yang beroirentasi pada dampak yang realistik, meskipun tidak serta merta melahirkan keuntungan finansial secara langsung. Model ini memberikan gambaran kepada pelaku perubahan tentang kelayakan pendapatan yang paling memungkinkan atas hasil produksi sehingga mereka memiliki keyakinan untuk melihat bahwa sesuatu yang baru menjadi komoditas pilihan, yakni berupa inovasi produk, modifikasi produk, atau mempunyai nilai tambah.

Imamah menggunakan pendekatan bukan pada pencerahan mengenai kepentingan penghijauan, meskipun itu sangat penting bagi kelangsungan hutan dan hidup manusia secara umum. Imamah berusaha menyandingkan dengan kebutuhan dasar dan kelayakan keuntungan finansial dalam bentuk komoditas alternatif. Strategi ini menjadi lebih meyakinkan para pelaku perubahan karena mereka mendapatkan umpan balik keuntungan langsung secara ekonomi.

Semangat tersebut tidak hanya berfokus pada nilai utama tentang penghijauan dan kesadaran kesukarelawanan, namun diikuti oleh penguatan keuntungan dasar dalam bentuk pilihan komoditas alternatif.

Masyarakat didekatkan dengan habituasi kebutuhan dan perilaku suksesnya melalui model membangun kesadaran penghijauan sekaligus menjembataninya dengan mendapatkan komoditas alternatif. Semangat tersebut tidak hanya berfokus pada nilai utama tentang penghijauan dan kesadaran kesukarelawanan, namun diikuti oleh penguatan keuntungan dasar dalam bentuk pilihan komoditas alternatif. Masyarakat tidak hanya diberi kesempatan untuk menyadari tentang pengetahuan akan penghijauan. Mereka pun didorong melengkapi kebutuhan dasar ekonomi atas perilaku baru. Perilaku baru ini yang kemudian melengkapi kepercayaan masyarakat bahwa sesuatu yang baik pada nilai utama penghijauan pun dapat disinambungkan dengan penambahan nilai finansial bagi pelaku perubahan.

Di sinilah Imamah juga membangun transformasi pelaku perubahan (masyarakat) dengan meningkatkan perubahan habit (pembiasaan sukses masyarakat) melalui skenario komoditas yang layak di pasar daerah. Oleh karena itu, Imamah dan pelaku perubahan penghijauan kelor mendorong lahirnya produk olahan hasil kelor dalam berbagai brand lokal dengan tema makanan super (super food).

Membangun transaksi dengan model auto-benefit secara nyata dan langsung  

Imamah memiliki pendekatan yang lebih seimbang antara proses produksi dengan sayap pasar. Dia memiliki kemampuan mendampingi proses tanam sekaligus proses penjualannya. Dia memastikan produk yang diolah dapat dibawa ke konsumen. Proses ini dia lakukan sedemikian rupa agar kelor mulai dikenal. Dia juga mengurus pengemasan dan menawarkan aneka olahan kelor. Ada berbagai jenis kue kombinasi daun kelor, dan bubuk minuman daun kelor.

Strategi nunut jalur barang yang sudah laku merupakan teknik menjangkau kelangsungan pasar.

Imamah menunjukkan bukti kasat mata jika produksi kelor ini ada pembelinya. Kelor yang dikombinasi dengan kue juga memberikan peluang bagaimana Imamah mempengaruhi para penjual kue untuk menerima kreasi kombinasi kue kelor. Cara ini menjadi pilihan agar proses pasar kelor tidak harus dikemas mandiri dengan jenis kelor saja. Kelor yang dikombinasi dengan kue lama sebenarnya keuntungannya terletak pada injeksi alur pasar kelor yang nebeng dengan jalur pasar kue lama. Strategi nunut jalur barang yang sudah laku merupakan teknik menjangkau kelangsungan pasar. Dengan begini masyarakat melihat bukti pasar kelor secara nyata dan bernilai ekonomis. Selain itu Imamah juga menawarkan ke beberapa kenalan dan jaringannya untuk mengonsumsi kelor dari produk tersebut. Imamah memiliki inisiatif kuat sebagai sales untuk membuka jalur pasar.

Baca juga: Perempuan Seharusnya Bisa Keluar dari Budaya Patriarki

Transaksi auto-benefit ini terlihat nyata dan langsung bisa dibuktikan, atau bernilai imbal balik bagi kelompok produsen. Tanpa adanya perlakuan pasar yang gigih sebagaimana yang dilakukan Imamah, perubahan perilaku baru tidak mudah didorong menciptakan pembiasaan baru. Strategi keberuntungan dengan demikian perlu direalisasikan dalam contoh-contoh kecil akses pasar dan nilai dari komoditas kelor tersebut, meskipun nilai ini masih kecil di tahap awal sebagai uji komoditas baru.

Kepercayaan pragmatis, teknik menginisiasi pemberdayaan ekonomi warga

Memberdayakan masyarakat, khususnya dalam mengenalkan komoditas baru, yang terpenting didahulukan adalah akses komoditas yang kasat mata dapat diperdagangkan dan laku di pasaran. Cara ini dapat mengubah keyakinan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap komoditas baru. Jikalau dalam perspektif budgeting (penganggaran pemerintah), unsur produksi dalam berbagai pembiayaan pelatihan dan proses produksi menjadi pilihan formal. Sementara setelah semua itu dilakukan, masyarakat tidak memiliki akses pasar. Cara ini menciptakan kemandekan pemberdayaan karena keuntungan pragmatis atas nilai pasar komoditas baru tidak terjamah. Perlu ditegaskan, nilai hilir sebagai bukti pragmatis komoditas baru menjadi kunci mengubah kepercayaan dan kenyamanan lama ke kesadaran baru melalui uji nyata pasar produk.

Picture of Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.