• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Kuliah Terbuka

Mengenal Lebih Dekat Teman Tuli

Teman Tuli perlu dimanusiakan melalui pendekatan relasi yang ramah terhadap teknik komunikasi dengan teman Tuli. Bagaimana?

Siti Fatimah by Siti Fatimah
November 25, 2022
in Kuliah Terbuka
0 7
0
Mengenal Lebih Dekat Teman Tuli
Share on FacebookShare on Twitter

Kampusdesa.or.id– Kata tuna umum dipakai untuk menunjukkan keadaan disabilitas atau difabel seseorang. Orang yang tidak bisa melihat disebut tuna netra, ada gangguan  gerak tubuh dilabeli tuna daksa, dan tuna-tuna lainnya. Orang yang mengalami keterbatasan mendengar biasanya disebut tuna rungu, yang secara otomatis mengalami kesulitan berkomunikasi. Namun, berbeda dengan persepsi banyak orang yang menggunakan kata “tuna” sebagai kata yang lebih sopan, sebenarnya orang-orang yang mengalami keterbatasan mendengar lebih suka disebut Tuli, dengan menggunakan huruf t kapital. Mengapa demikian?

Bagi disabilitas pendengaran, kata tuna merujuk kepada sebuah gangguan, rusak, cacat. Sedangkan gangguan adalah sesuatu yang harus diperbaiki. Tuna rungu lebih ke istilah medis sehingga memerlukan tindakan,  diberi alat bantu dengar, atau operasi koklea. Bagi mereka, tuli adalah sebuah perbedaan sehingga mereka ingin diterima sebagai sebuah identitas, yaitu Tuli. Maka muncullah istilah teman Tuli.

BACA JUGA:
12 Ciri Anak dengan Autism yang Wajib Anda Ketahui

Budaya Komunikasi dengan Teman Tuli

Ada beberapa budaya tuli yang sangat berbeda dengan orang yang bisa mendengar. Pertama, budaya tuli menggunakan visual, sedang budaya dengar menggunakan oral. Anda tidak bisa bercakap dengan teman Tuli tanpa mereka melihat anda, meskipun anda menggunakan bahasa isyarat. Kedua, budaya tuli menggunakan getaran, budaya dengar menggunakan suara.

Setiap nama teman Tuli mempunyai isyarat yang berbeda meskipun nama mereka sama.

Budaya tuli yang ketiga adalah penggunaan bel lampu, sedangkan budaya dengar menggunakan bel suara. Budaya keempat yaitu nama isyarat, sementara budaya dengar menggunakan nama panggilan. Setiap nama teman Tuli mempunyai isyarat yang berbeda meskipun nama mereka sama. Nama isyarat ini diberikan oleh komunitas tuli dengan mengambil dari inisial nama, ciri fisik, hobby, maupun pekerjaannya. Budaya tuli yang kelima adalah memanggil dengan menyentuh, sedangkan budaya dengar memanggil dengan suara. Maka, bila anda hendak memanggil mereka, dekatilah dan sentuhlah pundaknya.

Budaya selanjutnya adalah berkomunikasi dengan melihat orangnya, lain dengan budaya dengar yang tidak harus melihat orang yang mengajaknya berbicara. Itulah sebabnya berkomunikasi jarak jauh dengan teman teman tuli yang paling cocok menggunakan video call selain berkirim pesan menggunakan teks.

Terakhir, budaya yang paling unik bagi teman Tuli adalah bisa berkomunikasi saat mulut penuh makanan. Tentu budaya ini tidak bisa dilakukan oleh orang dengan budaya dengar. Teman Tuli menggunakan bahasa isyarat dengan memakai tangan sebagai media berkomunikasi, tentu mereka bisa bercakap sambil makan.

Aksesibilitas Teman Tuli

Selain budaya tuli, setidaknya ada empat aksesibilitas teman Tuli yang perlu kita ketahui. Aksesibilitas yang pertama adalah penggunaan bahasa isyarat dalam berkomunikasi. Bahasa isyarat ada dua jenis, yaitu SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia). SIBI merupakan bahasa baku, dipakai secara formal, semisal oleh interpreter dalam berita, sekolah, dan acara-acara resmi lainnya. Bisindo adalah bahasa isyarat yang dipakai dalam komunitas tuli. Bisa jadi ada perbedaan isyarat yang dipakai teman Tuli di Surabaya dan teman Tuli di Kediri. Pendeknya, SIBI merupakan bahasa resmi, sedangkan Bisindo  lebih seperti bahasa daerah.

Membaca tulisan memudahkan teman Tuli memahami komunikasi. Oleh sebab itu, hindarilah penggunaan voice atau suara.

Selanjutnya, ada aksesibilitas kalimat tulisan. Hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan teman tuli dalam mendengar, maka membaca tulisan memudahkan teman Tuli memahami komunikasi. Oleh sebab itu, hindarilah penggunaan voice atau suara.

BACA JUGA:
Stereotip Salah Kaprah terhadap Orang Tua ABK

Berikutnya, aksesibilitas visual information. Bagi teman Tuli, informasi  akan lebih mudah dimengerti bila berupa informasi visual, baik berupa tulisan, dikomunikasikan langsung (face to face), maupun tidak langsung dengan menggunakan gambar atau video.

Aksesibilitas yang terakhir adalah adanya interpreter atau penerjemah. Penerjemah memegang peranan penting bagi teman Tuli. Dengan adanya interpreter (penerjemah), teman Tuli bisa mengakses berita televisi. Penerjemah juga bisa menjembatani komunikasi yang efektif dengan orang yang tidak mengerti bahasa isyarat. Maka, sudah selayaknya di setiap dinas atau lembaga ada interpreternya.

Dengan mengetahui budaya tuli dan aksesibilitasnya diharapkan masyarakat lebih mengenal dan lebih berempati pada teman Tuli. Selanjutnya bisa berbaur dan menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang mempunyai hak yang sama dengan anggota masyarakat lainnya. Menerima mereka dengan segala potensi yang mereka miliki. Intinya kita semakin bisa memanusiakan manusia sebagai pilihan menjadi teman baik teman tuli.

Nganjuk, 24 Oktober 2022.

Tags: Disabilitas Teman Tulikampus desakampus desa indonesiaTeman Tuli
Previous Post

Pengobatan HIV-AIDS dengan Nano-Teknologi

Next Post

Kedokteran 5.0: Perjalanan Panjang dari Sel ke Pengobatan Presisi di Era Genomik

Siti Fatimah

Siti Fatimah

RelatedPosts

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang
Kearifan Lokal

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

by Mohammad Mahpur
March 8, 2023
0
230

Kampusdesa.or.id--Kebutuhan mengkaji Islam untuk menguatkan pemahaman lintas agama pada studi Islamologi menghubungkan Balewiyata dengan Pesantren Ainul Yakin Unisma Malang. Tak...

Read more
Sumber photo: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/aparat-polsek-citeureup-mengamankan-bakso-daging-babi-_150201220228-436.jpg
Kuliah Desa

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

by Redaksi
February 15, 2023
0
336

Kampusdesa.or.id--Borax itu adalah garam bleng atau juga cetitet dalam dunia industri. Boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik...

Read more
Pengobatan HIV-AIDS dengan Nano-Teknologi
Dokter Rakyat

Pengobatan HIV-AIDS dengan Nano-Teknologi

by Redaksi
November 11, 2022
0
247

Kampusdesa.or.id – Minggu (25/09) Generasi Peneliti melaksanakan seminar nasional secara virtual. Kali ini bertemakan The Art of Nano-immuno-biotechno-medicine 5.0 in...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In