• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Menelisik Kejelasan Rapid Test di Indonesia

Muhammad N. Hassan by Muhammad N. Hassan
March 30, 2022
in Opini
192 12
0
Menelisik Kejelasan Rapid Test di Indonesia
Share on FacebookShare on Twitter

Saat ini Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor rapid test. Padahal saya yakin kapasitas sumberdaya manusia (SDM) di Indonesia ada banyak dan kapasitas alat maupun laborotorium juga cukup memadahi. Mungkin mempertimbangkan efektifitas dan urgensi. Lebih baik membeli yang sudah ada daripada mengembangkan sendiri dengan biaya penelitian dan produksi yang kurang lebih sama dengan biaya impor.

Kampusdesa.or.id–Jauh-jauh hari sebelum Indonesia, di Tiongkok sudah dikembangkan kit untuk deteksi penyakit virus corona (Covid-19) dari sampel serum darah pasien. Gagasan ini juga sudah saya ungkapkan melalui ulasan sederhana yang kali pertama tayang di Detik (19/03) seiring pemerintah mengumumkan akan dilakukan tes massal menggunakan metode rapid test (tes cepat). Meskipun sejauh ini untuk diagnosa awal pengganti RT-PCR baru dibuat alat IgG/IgM rapid test.

Contoh tes massal ini juga digelar di beberapa negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, Jerman, dan Uni Emirat Arab (Kompas, 19/03). Beberapa negara mencoba memakai alat ini sebenarnya hanya sebagai langkah skrining awal warganya untuk mengetahui mana yang berpotensi positif dan negatif dan dilanjut pengecekan ulang. Begitu halnya yang sedang ditempuh negara Indonesia. Melalui press-conference kepada awak media (20/03) Presiden Jokowi menyampaikan akan melakukan langkah ini.

Akan tetapi kurang ada kejelasan informasi mengani tes massal menggunakan kit rapit test ini. Ada beberapa media daring mengutip pernyataan juru bicara Penanganan Percepatan COVID-19 Achmad Yurianto yang mengatakan telah memesan sebanyak satu juta kit dan media lain mengutip 500 ribu unit. Sebagian media memberitakan bahwa pemerintah mengeklaim hasil tes bisa keluar hanya dalam waktu 2 menit saja. Sementara itu, sebagaimana yang saya ketahui hasil rapid test dengan memakai Lateral Flow Assay (LFA) akan keluar sekitar 15 menit baru bisa disimpulkan.

Kendati demikian, terpenting adalah pemerintah harus bijak dlam pemakaian alat rapid test ini. Apakah melalui beberapa rumah sakit rujukan yang nantinya didistribusikan ke seluruh Indonesia, atau pemerintah akan memetakan berdasarkan wilayah keparahan dari dampak wabah. Begitu juga harus diperjelas siapa yang mendapatkan privilege lebih prioritas dites pertama? Dalam hal ini hanya orang yang bisa bayar saja, orang sudah lansia, atau seperti apa mekanismenya?

Pasien yang dites adalah yang memiliki kemungkinan kontak dengan pasien positif Covid-19 dengan resiko tinggi.

Achmad Yurianto menyampaikan tahapan tes massal seperti yang dikutip di berbagai media pada hari Minggu (22/03) menjelaskan bahwa pasien yang dites adalah yang memiliki kemungkinan kontak dengan pasien positif Covid-19 dengan resiko tinggi. Jika setelah dilakukan tes darah dengan rapid test hasilnya negatif, maka tetap harus dilakukan follow up kerena tidak memberikan jaminan. Sehingga harus dites ulang lagi setelah 7 hari. Mengingat alat IgG/IgM rapid test basisnya adalah melihat respon serologi.

Sebagai catatan, hasil rapid test mendeteksi hanya bisa mendeteksi antibodi virus corona. Oleh karena itu akurasinya kurang dan tidak menjamin kesimpulan 100% valid. Tetap harus dicek dengan PCR sebgai satu-satunya “gold standard” dengan menggunakan teknologi molekuler yang memiliki tingkat sensitifitas jauh lebih tinggi dibanding rapid test. Meski demikian akhir-akhir ini sebelum ditemukan vaksin virus corona, banyak perusahaan media di luar negeri berlomba-lomba mengembangkan rapid test serupa dengan berbagai modifikasi dan berupaya meningkatkan sensitifitas dan selektifitasnya.

Lantas, apa langkah selanjutnya yang diambil pemerintah ketika setelah dilakukan pemeriksaan malah ditemukan banyak pasien positif Covid-19. Apakah fasilitas penanganan dan pengobabtan di Indonesia sudah cukup memadahi? Sebaiknya selain disediakan rumah sakit, layaknya pemerintah belajar dari Wuhan yang meyediakan gedung khusus sebagai tempat isolasi. Selain harus adanya pemantauan dan pemeriksaan secara berkala saat masa inkubasi. Sehingga dipisah anatar ODP, PDP, dan pasien dengan status suspect, atau yang sudah statusnya positif.

Takutnya jika dicampur di rumah sakit, kalau sama-sama belum tahu mana yang positif dan mana yang negatif pasti tidak akan aware. Bisa jadi rumah sakit yang seharusnya mengobati pasien kini menjadi sumber transmisi penyakit (virus corona). Tidak heran jika yang sehat secara tidak langsung malah dapat tertular dari yang sakit ketika berada dalam satu lokasi yang sama.

Untuk menutup tulisan ini, saya hanya ingin menambahkan bahwa saat ini Indonesia menjadi salah satu negara pengimpor rapid test. Padahal saya yakin kapasitas sumberdaya manusia (SDM) di Indonesia ada banyak dan kapasitas alat maupun laborotorium juga cukup memadahi. Mungkin mempertimbangkan efektifitas dan urgensi. Lebih baik membeli yang sudah ada daripada mengembangkan sendiri dengan biaya penelitian dan produksi yang kurang lebih sama dengan biaya impor. Wallahua’lam

Tags: Achmad YuriantoCOVID-19Indonesia Menuliskemenkesrapid testtes massalvirus corona
Previous Post

Begini Cara Dosen FKIK Unismuh Makassar Peduli Corona

Next Post

Mengenal Lebih Jauh Virus Corona dan Pola Infeksinya Bersama Alissa Wahid (1)

Muhammad N. Hassan

Muhammad N. Hassan

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In