Kecerdasan Politik Nadliyin

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Warga nahdliyin seringkali dieksploitasi secara instrumentalistik. Eksploitasi itu dalam bentuk membangun konsolidasi melalui kekuatan patron-klien, yakni kekuatan organisasi dan figur sentral seperti kyai dan para anak turunnya. Meski cara itu bagian dari praktik demokrasi yang tidak juga menyalahi aturan, tetapi akankah konsolidasi tersebut bersifat pragmatis atau idealis, yakni semakin mencerdaskan warga nahdliyin atau hanya memperalat suara nahdliyin di penghujung hasil akhir penghitungan suara untuk semata tujuan kemenangan ?

Suara pemilih nahdliyin selalu menjadi rebutan ketika pemilu. Warga nahdliyin acapkali dijadikan sebagai instrumentalisasi politik melalui reproduksi sikap dan perilaku dukungan.

Reproduksi tersebut dilakukan dengan memainkan identitas nahdliyin dalam berbagai simbolisasi ketokohan, keturunan dan pencitraan seorang calon. Ada pula dengan cara menggunakan silaturahim ke pesantren. Hasil silaturahim tersebut menunjukkan simbolisasi komunikatif jika seorang calon telah direstui dari seorang kyai ternama. Ada yang terang-terangan menggunakan simbolisasi NU untuk kebutuhan pengakuan terhadap calon.

RelatedPosts

Drama tersebut hingar bingar ketika para calon pemimpin negeri ini sedang berlomba untuk mencari simpati dan suara. Di tahun politik 2018 hingga 2019, sikap dan perilaku politik nahdliyin akan diuji. Terutama wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah yang seluruh calonnya diisi oleh figur sentral nahdliyin.

Di sinilah sebagai warga nahdliyin dibutuhkan sikap politik yang terbuka dan pandangan politik yang lebih rasional dalam menentukan pilihannya.

Melihat dinamika politik yang berkembang, tentunya warga nahdliyin akan terpolarisasi kedalam tarik-ulur kepentingan. Di sinilah sebagai warga nahdliyin dibutuhkan sikap politik yang terbuka dan pandangan politik yang lebih rasional dalam menentukan pilihannya. Kapasitas diri ini mendorong warga nahdliyin untuk lebih cerdas secara politik dalam membangun penalarannya pada calon pemimpin yang dipilihnya di tengah hingar bingar penokohan dan penarikan simpati melalui simbol-simbol kultural nadliyin.

Rasionalitas politik

Kapasitas personal yang dibutuhkan oleh warga nahdliyin di tengah-tengah kampanye atau upaya menarik simpati calon pemilih adalah mendorong lahirkan kesadaran personal dan kolektif dalam menguji sudut pandang kandidat. Kapasitas ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan melakukan penalaran dasar dan terbuka terhadap seluruh informasi yang masuk mengenai calon. Apalagi dominasi informasi tentang Pilkada selalu membanjiri akun media sosial dengan beragam konten yang saling mencari pembenaran.

Kesadaran kritis akan mampu memfilter informasi politik otentik mengenai rekam jejak prestasi calon dengan jernih.

Oleh karena itu, kemampuan warga nahdliyin membangun penalaran yang mengacu pada data otentik perlu dilatih secara individu atau jamaah. Kesadaran penalaran kritis berfokus pada analisis informasi yang masuk ke aplikasi media sosial warga nahdliyin. Kemampuan kritis akan mendorong lahirnya pemilih cerdas yang tidak mudah dipengaruhi oleh informasi semu dan hoax yang masuk di aplikasi setiap warga. Terlebih lagi di tahun politik ini, pemilih pemula dikuasai oleh generasi muda yang terpapar gawai dengan berbagai informasi yang riuh. Kesadaran kritis akan mampu memfilter informasi politik otentik mengenai rekam jejak prestasi calon dengan jernih.

Penalaran rasional akan menjaga pemilih obyektif, jernih dari pengaruh identitas, figur, simbol dan aneka kepentingan trah semata. Apalagi di zaman digital sumber informasi semu (hoax) dan logika salah kaprah (logical fallacy) selalu mewarnai gawai kita. Penalaran rasional menjadi prasyarat warga nahdliyin menjadi subyek kritis. Salah satu caranya adalah menerima informasi dari gawai mereka dengan melakukan konfirmasi dari berbagai sumber dunia maya secara berlapis sehingga ditemukan informasi yang akurat, kredibel dan orisinil dari para calon.

Kematangan emosi kolektif

Kecerdasan politik nadliyin berikutnya adalah kematangan emosional yang menumbuhkan sikap dan perilaku asertif (tegas dalam membangun pilihan). Hal ini didasari oleh kecenderungan kultural bahwa warga nahdliyin itu bersifat guyub. Keguyubannya memberikan kecenderungan setiap orang akan terpengaruh pada sikap dan perilaku bersama-sama (jawa: melok-melok) sehingga kalau tidak guyub akan merasa tidak menjadi bagian dari kelompok.

Kematangan emosi dibutuhkan untuk menopang penalaran kritis sehingga warga nahdliyin tidak hanya suka dan gembira dengan ikut arus. Jika sudah ikut arus merasa mendapatkan wadah dan diakui oleh orang lain, sebaliknya jika tidak guyub pada salah satu kelompok pendukung akan dianggap kurang kooperatif, bahkan kurang nahdliyin. Kematangan emosi adalah ketangguhan perasaan yang dipengaruhi oleh kecenderungan keguyuban, bahkan kematangan emosi juga menjadi kekuatan agar warga nadliyin dapat bertahan dari pengaruh emosional kampanye hitam.

Warga nahdliyin dengan demikian perlu tegas memilih pilihan politiknya dari pengaruh-pengaruh sentimen emosional sehingga pilihannya didasari oleh emosi positif yang didukung penalaran yang dapat dicek berdasarkan data-data otentik.

Warga nahdliyin tidak mudah terpengaruh provokasi kebencian, sentimen figur dan persekutuan membagikan konten media sosial akibat tersulut emosi antar-calon. Warga nahdliyin dengan demikian perlu tegas memilih pilihan politiknya dari pengaruh-pengaruh sentimen emosional sehingga pilihannya didasari oleh emosi positif yang didukung penalaran yang dapat dicek berdasarkan data-data otentik.

Suara langit dan kecerdasan spiritual

Kecerdasan politik terakhir yang perlu ditumbuhkan dalam dunia politik warga nahdliyin adalah independensi spiritualitas. Tidak dipungkiri, tonggak sikap dan perilaku politik nahdliyin dipengaruhi oleh cara seorang kyai membangun keberpihakan. Kyai juga menjadi simbol yang memiliki kekuatan untuk memengaruhi sikap dan pilihan politik masif jamaah. Oleh karena itu kyai akan selalu terpaut erat dengan simbol kapitalisasi suara jamaah sehingga para calon secara langsung atau simbolis biasanya menggunakan otoritas kyai sebagai strategi memengaruhi pesan politik.

Guna mengawal etika politik yang berkualitas dan calon pemimpin yang dapat membawa kehidupan bangsa dan negara serta kemakmuran seluruh masyarakat, suara langit perlu ditransformasi menjadi informasi yang terbuka, jujur dan melampaui batas-batas sentimen calon dan simbolisasi keagamaan.

Peran kyai dalam membangun kecerdasan spiritual politik terkenal dengan istilah suara langit. Guna mengawal etika politik yang berkualitas dan calon pemimpin yang dapat membawa kehidupan bangsa dan negara serta kemakmuran seluruh masyarakat, suara langit perlu ditransformasi menjadi informasi yang terbuka, jujur dan melampaui batas-batas sentimen calon dan simbolisasi keagamaan. Suara langit adalah kecerdasan spiritual yang memberikan pendidikan politik warga nadhliyin agar selalu berpijak pada nilai-nilai universal kemaslahatan melintasi simbolisasi figur. Kekuatan ini diposisikan sebagai bagian dari uji kebenaran diantara keragu-raguan siapa calon pemimpin terbaik.

Suara langit yang biasanya keluar dari kyai kharismatik dapat dijadikan sumber puncak informasi yang dirujuk oleh warga nahdliyin dengan nilai politik independen. Melalui suara kharismatik, warga nahdliyin mempunyai kualitas informasi yang kokoh sehingga berdasarkan kekuatan spiritualitas tersebut warga nahdliyin memiliki acuan cerdas, informasi berkualitas dan berani menolak bentuk-bentuk politik uang dalam berbagai cara karena sandaran imannya mampu membedakan antara politik nurani dan pragmatis.

Picture of Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.