• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Haruskah Kematian Covid-19 Diumumkan?

Kampus Desa Indonesia by Kampus Desa Indonesia
March 28, 2022
in Opini
196 8
0
Haruskah Kematian Covid-19 Diumumkan?
Share on FacebookShare on Twitter

“Kepanikan adalah setengah penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah awal kesembuhan” -Ibnu Sina

Kampusdesa.or.id–Berita kematian, akhir-akhir ini kembali marak. Bahkan ada yang bilang lebih ramai daripada masa awal mewabahnya Covid-19. Pemberitaan dan pengumuman kematian tidak melulu lewat media cetak dan elektronik. Tapi media sosial pun ikut gencar memberitakan dengan berdalih empati, atensi atau belasungkawa.

Tidak dapat dipungkiri bahwa satu berita kematian saja akan sedikit banyak mempengaruhi psikologi orang yang mendengarnya. Perasaan sedih, prihatin, empati atau lainnya akan muncul dengan sendirinya karena sifat manusiawi. Lantas, bagaimana jika berita itu berulang kali, sering dan beruntun?

Sampai-sampai satu desa di wilayah tempat tinggal kami -menurut salah seorang teman- kepala desanya melarang pengumuman kematian. Entah karena saking seringnya pemberitaan kematian atau khawatir kondisi kejiwaan warganya.

Memberitakan (baca: mengumumkan) kematian seseorang dalam ajaran Islam masih memiliki perdebatan panjang.

Memberitakan (baca: mengumumkan) kematian seseorang dalam ajaran Islam masih memiliki perdebatan panjang. Hulu masalahnya yaitu adanya beberapa hadits yang tampak luar bertentangan. Dalil-dalil tersebut ada yang memperbolehkan pengumuman kematian, karena Nabi Muhammad pernah melakukannya.

“Bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengumumkan kematian Raja Najasyi pada hari kematiannya, beliau keluar ke tempat salat, dan membuat shaf bersama para sahabat dan bertakbir empat kali” (HR. Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi memberikan keterangan dalam Syarh Shahih Muslim bahwa hadis tersebut merupakan anjuran untuk memberitahu kematian seseorang. Agar jenazah tersebut disalatkan dan diurus janazahnya.

Di sisi lain ada juga sabda nabi riwayat sahabat Hudzaifah yang melarang pengumuman kematian.

“Hudzaifah bin Al Yaman berkata, “Jika aku mati, janganlah kalian mengumumkan kematianku, karena aku takut hal itu termasuk dari an na’yu. Aku telah mendengar Rasulullah ﷺ melarang an na’yu.” (HR. Tirmidzi).

Ibnu Arabi dalam Tuhfat al-Ahwadzi Syarh Sunan al-Tirmidzi menjelaskan langkah “kompromi” dalam memahami beberapa dalil tersebut. Menurutnya, ada tiga kondisi yang dapat disimpulkan dari beberapa hadits yang tampaknya bertentangan.

Pertama, jika mengumumkan kematian anggota keluarga, sahabat dan orang saleh maka dihukumi sunnah. Kedua, pengumuman kematian seseorang dengan tujuan mengajak untuk merayakan dan membanggakan diri (merasa bagian dari kalangan terhormat), hukumnya makruh. Ketiga, jika mengumumkan dengan tujuan untuk mengajak meratapi kepergian almarhum atau hal lain yang tidak diperbolehkan oleh agama maka dihukumi haram.

Imam Nawawi dalam al-Majmu’ juga memberikan rincian hukum pengumuman kematian. Sesungguhnya pengumuman kematian dengan tujuan memberikan informasi bagi yang tidak mengetahui hukumnya mubah. Namun jika tujuannya agar yang mensalati lebih banyak maka disunnahkan. Dan pengumuman kematian yang dimakruhkan adalah yang bertujuan membanggakan kebaikan orang yang meninggal dengan menyebarkan berita duka tersebut agar orang-orang meratapi kepergiannya.

Pengumuman kematian yang terakhir ini serupa dengan yang terjadi di masa Jahiliyah. Yaitu ketika salah seorang tokoh diantara mereka meninggal dunia, mereka mengutus para penunggang kuda untuk mendatangi kabilah-kabilah dan mengatakan “celaka kalian dengan matinya Si Fulan sambil menangis dan meratapi Si mayit”.

Pendek kata, jika pengumuman kematian itu berimplikasi baik (terhadap mayit, keluarga almarhum atau warga sekitar) maka hukumnya boleh atau bahkan bisa jadi sunnah. Jika tidak, maka makruh atau mungkin bisa juga haram.

Pertanyaannya adalah, bagaimana jika pengumuman kematian (terlepas dari karena terpapar Covid atau lainnya) memiliki dampak psikologis bagi warga yang mendengarnya. Misalnya mereka menjadi resah, gelisah, tegang, risau, takut, panik dan khawatir yang pada akhirnya menyebabkannya sakit?

Baca juga: Positif Covid-19, Suka Duka Hidup di Balik Jendela

Pengumuman dan penyebaran informasi tentang kematian (Covid-19) yang jelas-jelas menimbulkan efek negatif, menurut hemat saya, seharusnya dipertimbangkan manfaat dan mudaratnya. Manakala dirasa lebih besar mudaratnya, maka lebih baik tidak diumumkan. Biarkan warga mendengar sendiri dari mulut ke mulut. Walhasil, kaidah “La Dlarara wala Dlirara” bisa diberlakukan untuk kasus seperti ini.

Karena itu, belakangan ini saya memilih tidak latah memposting berita duka, apalagi almarhum tidak kenal saya dan saya tidak mengenalnya. Kalau hanya sekedar berbelasungkawa, toh bisa dengan mengucapkannya melalui pesan singkat atau mengirimkan doa dan bacaan al-Fatihah padanya.

Tapi, pengumuman kematian itu kan sunnah?

Jangankan sunnah, perkara wajib saja boleh ditinggalkan manakala berakibat tidak baik bagi pelakunya.

Jangankan sunnah, perkara wajib saja boleh ditinggalkan manakala berakibat tidak baik bagi pelakunya. Sekedar contoh (tanpa bermaksud meng-qiyaskan karena saya tidak mendalami Ushul Fiqh) kewajiban menjawab salam.

Ada beberapa kondisi yang seseorang tidak wajib menjawab salam. Antara lain saat makan atau minum, lagi buang air, sedang salat dan lain sebagainya. Bahkan al-Khalwati menyebutkan dalam kitab Tadzkir al-Anam bi Ahkam Al-Salam karya Syekh Abdullah al-Jar Allah, ada 22 keadaan seseorang tidak berkewajiban menjawab salam.

Terlepas dari adanya dalil yang menjadi landasannya, “konon” ada hikmah di balik tidak wajibnya menjawab salam dalam kondisi-kondisi tersebut, yakni menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, orang bisa tersedak jika menjawab salam saat dia makan. Demikian juga menjawabnya ketika buang air, bisa mengurangi kesucian nama Allah dalam salam tersebut.

Sedikit cerita sebagai penutup tulisan ini. Saat seseorang curhat pada guru saya terkait banyaknya berita duka sebab kematian beberapa ulama, habib, kiai atau ustadz, beliau menjawabnya dengan santai. “Tentu saja, karena pertemanan kita baik di dunia nyata maupun dunia maya (medsos) mayoritas dari kalangan mereka. Coba kalau kenalan kita kebanyakan dari golongan pastur, pendeta atau non muslim, pasti beritanya akan berbeda”.

Keyakinan saya, jawaban guru saya tadi untuk menetralisir kekhawatiran sahabatnya yang mungkin juga menghinggapi perasaan banyak orang. Tidak juga bermaksud gegabah dalam menghadapi wabah. Sikap tersebut kurang lebih seperti seorang dokter menerima pengaduan pasiennya. Dokter akan mengatakan bahwa penyakitnya biasa, tidak berbahaya dan bisa cepat disembuhkan. Hal ini agar mental pasien tidak down yang pada akhirnya dapat mempengaruhi proses penyembuhannya. Ini penting karena faktor kejiwaan yang tidak stabil dapat mengurangi imunitas tubuh.

Tidak heran jika beberapa tokoh nasional atau ulama kita memberikan saran untuk menjaga hati, pikiran dan perasaan agar senantiasa bahagia, sabar, tenang dan optimis dalam menghadapi pandemi. Senada dengan perkataan Ibnu Sina (Avicenna), Bapak kedokteran modern: “Kepanikan adalah setengah penyakit, ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah awal kesembuhan.” Wallahu a’lam.


*Ditulis oleh Dr. Moh. Tohiri Habib, S.Ag., M.Pd.
(Guru MA Matholi’ul Anwar Simo Karanggeneng Lamongan)

Tags: COVID-19kematian
Previous Post

Masih Relevankah Mata Pelajaran Sekolah Di Tengah Keajaiban Mbah Google!

Next Post

Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Platform informasi dan literasi seputar dunia ilmu pengetahuan yang dibangun dari kearifan lokal desa. Kami juga mengembangkan pendidikan dan pembelajaran terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia untuk mandiri, berkarya, dan berilmu pengetahuan yang berperadaban

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023
Sumber photo: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/aparat-polsek-citeureup-mengamankan-bakso-daging-babi-_150201220228-436.jpg

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

February 15, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In