• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Indonesia Menulis COVID 19

Derita dan Asa Pendidikan Kita

Kampus Desa Indonesia by Kampus Desa Indonesia
March 28, 2022
in Indonesia Menulis COVID 19
193 10
0
Derita dan Asa Pendidikan Kita
Share on FacebookShare on Twitter

Padahal, tercatat bahwa kurikulum pendidikan telah berganti sebanyak 11 kali, mulai Rentjana Pelajaran 1947, Rentjana Pelajaran Terurai 1952, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) 2004, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, K-13, dan terakhir Kurikulum 2015. Apakah hanya persoalan-persoalan di atas yang kita temui dalam dunia pendidikan? Apakah hal-hal itu akar masalah pendidikan kita, yakni soal fasilitas, dana dan taraf pendidikan? Atau justru itu hanya persoalan permukaan? Lantas, apa sebetulnya akar masalah pendidikan kita?

Kampusdesa.or.id-Seorang guru dari salah satu sekolah di Sumenep, Madura, sebut saja Pak “A” mengajar dari rumah ke rumah. Pengalaman tersebut baru diketahui setelah beliau bercerita lewat akun Facebook. Diketahui bahwa para siswa tidak memiliki sarana yang mendukung untuk belajar di rumah selama masa pandemi COVID-19, seperti tidak adanya smartphone atau laptop maupun kemampuan dana untuk membeli kuota internet.

Sekitar 28% responden yang menyatakan anak mereka belajar dengan menggunakan media daring

Awal April 2020, sekitar 300 orang tua siswa sekolah dasar di 18 kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, dan Jawa Timur telah diriset oleh Tim INOVASI (Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia) untuk mengetahui implementasi kebijakan “Belajar dari Rumah”. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya sekitar 28% responden yang menyatakan anak mereka belajar dengan menggunakan media daring dan tampak terjadi ketimpangan akses media pembelajaran antara keluarga ekonomi mampu dengan yang kurang mampu. Hal lain disampaikan oleh Pak “HB” yang menjadi tenaga sukarelawan pendidikan di tiga sekolah distrik Mandobo dan Iniyandit, kabupaten Boven Digoel pada Agustus 2015 hingga Mei 2018. Setelah diamati, beliau menemukan tiga persoalan pokok terkait Program Afirmasi (GGD dan SM3T), yakni sekolah di kampung masih kekurangan bahkan tidak memiliki tenaga pengajar, materi pelajaran yang sesuai standar kurikulum nasional ternyata belum mengedepankan hal-hal kearifan lokal, dan masih mengaplikasikan pedagogi tradisional atau memandang pengetahuan sebagai sesuatu yang netral. Kejadian-kejadian tadi berada di level sekolah.

Data tahun 2017 menunjukkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) umur 16-18 tahun merosot ketika memasuki fase selanjutnya (19-24 tahun) atau fase anak/remaja yang seharusnya mendapatkan akses ke perguruan tinggi, yakni hanya 24,67%

Di level perguruan tinggi pun terdapat peristiwa dan catatannya sendiri. Pada 24 April 2019 puluhan mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya mengadakan aksi protes di depan gedung Rektorat. Aksi protes tersebut terkait kebijakan Rektor setempat tentang nominal Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang harus dibayarkan oleh calon mahasiswa baru yang diterima oleh perguruan tinggi tersebut. Dilansir dari BPS, data tahun 2017 menunjukkan Angka Partisipasi Sekolah (APS) umur 16-18 tahun merosot ketika memasuki fase selanjutnya (19-24 tahun) atau fase anak/remaja yang seharusnya mendapatkan akses ke perguruan tinggi, yakni hanya 24,67% yang dapat menempuh pendidikan fase selanjutnya (perguruan tinggi). Bahkan dalam satu dekade sebelumnya, angka-angka ini relatif tidak jauh berbeda, saat tahun 2007 APS umur 19-24 tahun sekitar 12,20%. Kemudian hingga 2017 angkanya berturut-turut 12,43%, 12,66%, 13,67%, 14,47%, 15,94%, 20,04%, 22,74%, 22,79% dan 23,80%. Wajar bila di tahun sebelumnya yakni 2015, Badan Pusat Statistik pernah merilis bahwa lebih dari separuh tenaga kerja negara ini didominasi lulusan sekolah dasar dan menengah pertama. Sementara per tahun 2016, 54,6 juta pekerja masih memegang ijazah sekolah dasar.

Padahal, tercatat bahwa kurikulum pendidikan telah berganti sebanyak 11 kali

Padahal, tercatat bahwa kurikulum pendidikan telah berganti sebanyak 11 kali, mulai Rentjana Pelajaran 1947, Rentjana Pelajaran Terurai 1952, Rentjana Pendidikan 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) 2004, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) 2006, K-13, dan terakhir Kurikulum 2015. Apakah hanya persoalan-persoalan di atas yang kita temui dalam dunia pendidikan? Apakah hal-hal itu akar masalah pendidikan kita, yakni soal fasilitas, dana dan taraf pendidikan? Atau justru itu hanya persoalan permukaan? Lantas, apa sebetulnya akar masalah pendidikan kita?

Mari kita ingat kembali pasal 31 ayat 3 UUD 1945 bahwa “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”. Berikutnya, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyebutkan “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Bila tujuan di atas menjai rujukan utama untuk mengidentifikasi akar persoalan pendidikan, sudahkah pendidikan kita mencapai tujuannya?

Beberapa kata kunci didalam tujuan pendidikan nasional, yakni iman, takwa, dan akhlak mulia tentu terkandung pada konsep pendidikan Islam. Konsepnya tak sama dengan pendidikan karakter Barat yang memiliki beberapa masalah diantaranya tidak ada kesepakatan dari konseptor dan programmer pendidikan karakter tentang nilai-nilai karakter apa yang bisa diterima bersama, ketika harus menentukan tujuan pendidikan karakter terjadi konflik kepentingan antara kepentingan agama dan kepentingan ideologi, konsep karakter masih ambigu karena merupakan campuran antara kepribadian (personality) dan perilaku (behaviour), dan karakter dalam perspektif Islam hanyalah bagian kecil dari akhlak.

Juga tak sama dengan konsep pendidikan multikultural Barat yang mengajarkan untuk menghargai keragaman namun mengandung problem dekonstruksi konsep tauhid, pluralisme agama, relativisme kebenaran, anti otoritas penafsiran, dan humanisme sekuler, sehingga tidak membentuk manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Bukan pula pendidikan gender yang berasas pada feminisme yang tak memandang institusi keluarga sebagai tempat pendidikan bagi anak-anak. Padahal dengan terjalinnya komunikasi yang harmonis, misalnya antara suami dan istri atau diamalkannya konsep keluarga dalam Islam dimana al-Quran dan Sunnah Nabi SAW. menjadi pedoman dan sumber inspirasi utama, maka konsep hidup dan kehidupan akan dijalankan dengan sebaik-baiknya.

Sudah banyak gagasan dari para ulama dan bukti kesuksesan bila mengimplementasikan konsep pendidikan dalam Islam dengan sungguh-sungguh. Sejarah mencatat pemikiran Ibn Jauzi tentang pendidikan jiwa, konsep ilmu dan pendidikan oleh Imam al-Ghazali, pendidikan akhlak menurut Syekh al-Zarnuji, pandangan Buya Hamka tentang pendidikan, pendidikan mental-spiritual oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, pendidikan menurut Ibn Khaldun, perjuangan Rahmah el-Yunusiyyah dalam pendidikan, konsep pendidikan menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, konsep pendidikan dalam pemikiran al-Kawakibi, Nyai Dahlan yang mempelopori pendidikan perempuan Jawa, perjuangan pendidikan yang dilakukan oleh Jamiat Khair, nasihat pendidikan dari A. Hassan, konsep pendidikan menurut M. Natsir, gagasan pendidikan oleh A. Kahar Muzakkir, perjuangan KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan dalam dunia pendidikan, konsep pendidikan menurut Ibn Sina, metode dan pendekatan pendidikan oleh Said Nursi, kondep pendidikan dari Ibn Qayyim, pendidikan ajaran Ki Hajar Dewantara, dan masih banyak lagi.

Mari pelajari kembali dan pahami lagi wejangan-wejangan dari figur-figur terbaik seperti yang disebutkan diatas, terutama sekali pesan dari Rasullah SAW. dalam merancang, menjalankan, mengevaluasi, dan membenahi sikon pendidikan kita. Bukankah ini tugas bersama? Menimbang pentingnya pendidikan untuk pribadi, keluarga, masyarakat, dan negara kita. Wallaahu a’lamu bisshowaab.

Penulis: Taufik Hidayat

Tags: PendidikanPendidikan saat iniPerguruan Tinggi
Previous Post

Motivasi Sukses dan Dewasa Menyikapi Kegagalan

Next Post

Merdeka Belajar dan Mas Mendikbud, Mengapa Banyak Ditentang

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Platform informasi dan literasi seputar dunia ilmu pengetahuan yang dibangun dari kearifan lokal desa. Kami juga mengembangkan pendidikan dan pembelajaran terkait dengan pengembangan sumberdaya manusia untuk mandiri, berkarya, dan berilmu pengetahuan yang berperadaban

RelatedPosts

Pandemi: Dari Global Menuju Lokal
Indonesia Menulis COVID 19

Pandemi: Dari Global Menuju Lokal

by Kampus Desa Indonesia
March 28, 2022
0
211

Merebaknya wabah sehingga berkembang menjadi pandemi berawal mula dari globalisasi, oleh karena itu kita harus mengurangi aktivitas global kita dan...

Read more
Merawat Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga di Tengah Pandemi
Indonesia Menulis COVID 19

Merawat Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga di Tengah Pandemi

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
201

Masa Pandemi Covid-19 hingga transisi New Normal membawa perubahan pada dinamika rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki tanggung jawab yang...

Read more
Seri Millenial Parenting: Seni Menciptakan Peluang di Masa Luang bagi Bujang
Indonesia Menulis COVID 19

Seri Millenial Parenting: Seni Menciptakan Peluang di Masa Luang bagi Bujang

by Dito Anurogo
March 25, 2022
0
201

Dalam tulisan ini mengurai beberapa seni dan strategi menciptakan peluang bagi bujang, terutama di masa pandemi Covid-19. Bagi, orangtua hendaklah...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In