• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Gubuk Sastra

Bakti Kepada Orangtua, Perjalanan Cinta yang Tidak Akan Pernah Usai

Faatihatul Ghaybiyyah by Faatihatul Ghaybiyyah
March 25, 2022
in Gubuk Sastra, Indonesia Menulis COVID 19, Kita Belajar Menulis
198 4
0
Bakti Kepada Orangtua, Perjalanan Cinta yang Tidak Akan Pernah Usai
Share on FacebookShare on Twitter

“Nggene mbah utine ki lak macak sing apik, ganti klambi kono (ke tempat nenek itu dandan yang bagus, ganti baju sana)” , kata ibu. Tapi kan beliau sudah ndak bisa liat kita lagi, batinku, kala itu. Tanpa banyak bicara, aku hanya mengiyakan dan langsung mengganti baju dan bersiap untuk berangkat. Kami berangkat bersama, hanya berjalan kaki, karena tempat beliau tidak jauh. Pun jua, hati kami akan selalu dekat. Tiba-tiba saja…

Kampusdesa.or.id–Ramadhan telah kembali menyapa kita tahun ini. Waktu begitu cepat berlalu. Setiap tahunnya, pasti ada kesan yang melekat, begitu pula tahun ini yang masih saja erat kaitannya dengan COVID-19. Bagaimanapun, Tuhan selalu memberikan kita pelajaran di setiap keadaan, andai kita pandai menelaahnya.

Berbicara perihal pelajaran, tiba-tiba saja aku teringat bagaimana cara ibu merawat embah. Tidak banyak bicara, santun, teduh. Ah sejuk.

Ibu selalu mengajarkan kami untuk selalu mendahulukan mbah kung dan mbah uti. Apapun itu. Dan kini, hal itu telah melekat kepada kami, putra putrinya.

“Lak mari masak ki, wong tuone dijupukne disik (kalau setelah masak, orangtua diambilkan duluan)”. Bukan hanya itu, setiap kali ibu selalu mengajarkan kami betapa pentingnya sopan dalam berbicara dan santun dalam bertingkah laku.

Mbah kung yang memang sudah sepuh, pendengarannya tidak lagi sebaik dulu. Ketika ibu berbicara, seringkali harus mengulang beberapa kali. Aku memperhatikan. Tidak ada keluhan sama sekali. Jika aku melihat salah satu adik ibu yang mengeraskan suaranya ketika berbicara dengan embah, maka yang ibu lakukan adalah mendekatkan lisannya ke telinga mbah kung. Ah, sendu.

Belum lagi ketika ibu selalu menjadi pendengar yang baik untuk mbah kung di tengah kesibukan pekerjaannya, juga mengurus kami. Ditambah lagi, kami yang seringkali membuatnya jengkel dan kewalahan.

Aku masih memperhatikan bagaimana cara ibu merawat mbah kung. Seringkali ibu menengok ke kamar mbah kung, membetulkan selimutnya, juga mengganti gelas air putih yang sudah habis dan mengisinya kembali.

Benar saja jika orangtua merupakan role model yang paling tepat bagi putra putrinya. Mengapa demikian? Dahulu, mbah buyut (ibu dari mbah uti), kami biasa memanggil beliau dengan mbah yut, ketika masih ada, mbah uti pun melakukan hal yang sama. Meski rumahnya berbeda, tidak jarang mbah uti membuatkan masakan sesuai dengan keinginan mbah yut.

Bahkan setiap pagi pun, mbah uti sering bertanya kepada mbah yut perihal masakan apa yang diinginkannya nanti. Ah, romantis sekali. Aku masih mengingat bagaimana mbah uti begitu mencintai ibunya, persis bagaimana ibuku berbakti kepada mbah kung dan mbah uti dengan cintanya yang melimpah ruah.

Tiada sedikitpun keluh kesah. Semua dilakukannya hanya untuk mengharap ridlo dari Sang Maha Abadi. Seringkali aku berpikir, bagaimana perempuan bisa setegar itu. Lantas tiba-tiba saja hatiku bertanya, sanggupkah kelak aku berbakti sedemikian cintanya sebagaimana ibuku kepada mbah kung dan mbah uti?

Lagi-lagi teladan memang sangatlah penting. Meski manusia tidak mungkin tanpa cela, tapi aku mengantongi banyak sekali intisari kehidupan dari mbah kung dan mbah uti. Utamanya adalah bagaimana bisa mendidik putra dan putrinya agar bisa menjadi sedemikian cintanya kepada beliau. Lima putri dan satu putra, dan semuanya berhasil. Bahkan salah satu menjadi penghafal al-Quran.

Selain itu, aku juga belajar perihal ibadah yang akan dihisab pertama kali kelak, iya shalat tepat waktu. Seringkali kami lari terbirit-birit ketika mendengar sandal mbah kung berjalan menuju kami. Padahal waktu itu kami masih bermain-main dan menonton televisi. Iya, anak kecil jaman dulu bukankah hanya seperti itu? Belum ada smarthphone, apalagi mobile legend dan tik-tok.

Mbah kung sangat keras jika perihal shalat. Selalu mengajarkan kami fii awaali waqtiha (di awal waktu). Jika mbah kung selesai shalat dan wirid (padahal wiridnya lama sekali) masih ada saja yang belum shalat wajib, ya siap-siap saja mendapatkan teguran keras sepanjang hari.

Belum lagi ketika kami murajaah namun suaranya kurang lantang. Pernah suatu ketika kami saling menyimak satu sama lain (saya bersama adik-adik). Lalu mbah kung menuju ke tempat kami. Langsung saja kami ditegur karena suara kami kurang jelas dan keras.

Secara tidak langsung, apapun yang mbah kung dan mbah uti ajarkan kepada ibu telah mendarah daging dalam diri kami. Dan kini, hal itupun mengalir dalam diri kami. Iya, teringat jelas sedetail apapun itu, kami ingin mencontoh perilaku-perilaku baik beliau.

Hari ini kami hendak berkunjung. “Nggene mbah utine ki lak macak sing apik, ganti klambi kono (ke tempat nenek itu dandan yang bagus, ganti baju sana)” , kata ibu. Tapi kan beliau sudah ndak bisa liat kita lagi, batinku, kala itu. Tanpa banyak bicara, aku hanya mengiyakan dan langsung mengganti baju dan bersiap untuk berangkat. Kami berangkat bersama, hanya berjalan kaki, karena tempat beliau tidak jauh. Pun jua, hati kami akan selalu dekat.

Lima menit kemudian kami tiba. Teduh nan damai. Seperti inikah yang disebut tempat istirahat? Sebelum masuk, kami mengucapkan salam kepada para leluhur kami, juga kepada mbah uti. Tampaknya beliau senang karena hari ini kami berkunjung. Kami membawa bunga sedap malam untuk tempat istirahat mbah uti.

Ternyata aku salah, mbah uti bahkan lebih dari sekedar bisa melihat kami. Tentu ruhnya bahagia melihat kami berkunjung untuk sekedar menyampaikan rindu. Kini, hanya tersisa mbah kung yang menjadi penyejuk hati kami, dan kami berharap beliau sehat selalu dan panjang umur.

Mbah uti telah lama bertemu dengan Sang Maha Cinta, lima tahun yang lalu. Iya, saat tiba-tiba aku mendapatkan kabar bahwa beliau telah tiada. Sangat tiba-tiba, karena sedari pagi beliau baik-baik saja. Begitulah ketika maut menjemput, tidak ada yang bisa menawar, juga tidak akan pernah mungkin bisa diprediksi.

Lagi-lagi aku teringat bagaimana beliau mengepang rambut panjangku sembari bercerita tentang banyak hal. Mengganggu beliau ketika memasak, serta mengadu padanya ketika aku dimarahi ibu. Ah, bagaimana rindu bisa semenyakitkan ini.

Bagaimanapun, rindu yang paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada, karena kita tak lagi bisa menggapainya, melainkan hanya dengan dekapan do’a yang mulia sebagai wujud bakti kita.

Tags: berbakti kepada orang tuacerpencintaCOVID-19kampus desakampus desa indonesiaOrang tua
Previous Post

Hari Buku Sedunia 2020, Apa Kabar Industri Perbukuan Nasional?

Next Post

Catatan Seorang Santri

Faatihatul Ghaybiyyah

Faatihatul Ghaybiyyah

RelatedPosts

Pengumuman Hasil Seleksi Peserta “Kelas Editor Kampus Desa Indonesia 2022”
Kita Belajar Menulis

Pengumuman Hasil Seleksi Peserta “Kelas Editor Kampus Desa Indonesia 2022”

by Kampus Desa Indonesia
November 11, 2022
0
262

Berdasarkan hasil seleksi administrasi dari sekian banyak pendaftar pada Kelas Editor Kampus Desa Indonesia 2022 ini, berikut kami sampaikan nama-nama...

Read more
Pandemi: Dari Global Menuju Lokal
Indonesia Menulis COVID 19

Pandemi: Dari Global Menuju Lokal

by Kampus Desa Indonesia
March 28, 2022
0
211

Merebaknya wabah sehingga berkembang menjadi pandemi berawal mula dari globalisasi, oleh karena itu kita harus mengurangi aktivitas global kita dan...

Read more
Merawat Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga di Tengah Pandemi
Indonesia Menulis COVID 19

Merawat Kesehatan Mental Ibu Rumah Tangga di Tengah Pandemi

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
201

Masa Pandemi Covid-19 hingga transisi New Normal membawa perubahan pada dinamika rumah tangga. Ibu rumah tangga memiliki tanggung jawab yang...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In