Simalakama Perempuan Dalam Bayangan Patriarki

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Tuhan tentunya tidak salah perintah, apalagi sengaja menyiptakan perempuan sebagai sub-ordinat laki-laki, konco-wingking-nya (teman di balik layar, alias bertugas sebagai garda belakang yang menyiapkan kebutuhan laki-laki). Tidak seperti itu kan? Di hari perempuan sedunia (International Women Day’s), 8 Maret 2021 kemarin, saatnya perempuan memiliki momentum emas agar keluar dari simalakama patriarki, berperan dan diakui secara penuh tanpa dibayangi dosa atas-nama takdir.

KampusDesa.or.idMenjadi seorang perempuan, siapa bisa menolaknya? Dengan seluruh beban yang dipikulnya, kesakitan yang harus diterimanya, andai bisa memilih mungkin orang yang sadar bahwa menjadi perempuan itu berat akan memilih menjadi laki-laki. Kembali lagi, siapa yang bisa menolak takdir?

Sepanjang sejarah peradaban, dunia patriarki, memang lebih meletakkan perempuan sebagai obyek. Lihat saja kitab suci, yang muncul menjadi tokoh sentral selalu laki-laki. Perempuan seolah hanya sebagai pemeran pengganti, jika tidak boleh dianggap sebagai pesakitan, lahir batin.

RelatedPosts

Dianggap sebagai korban itulah, maka muncullah berbagai gerakan emansipasi yang intinya mengangkat derajat perempuan supaya setara dengan laki-laki. Efek dari munculnya perasaan diperlakukan tidak adil.

Tuhan yang Maha Kasih tidak mungkin meciptakan seorang perempuan hanya untuk menanggung kesakitan

Sebagai orang yang percaya adanya Tuhan, saya tidak ingin berburuk sangka pada Tuhan dengan menuduh Tuhan menciptakan seorang perempuan hanya sebagai korban laki-laki. Tuhan yang Maha Kasih tidak mungkin meciptakan seorang perempuan hanya untuk menanggung kesakitan baik melalui fase-fase hidupnya seperti menstruasi, menyusui dan melahirkan.

Memang dalam kisah kehidupan Adam, laki-laki dikisahkan muncul terlebih dahulu tetapi dalam perjalanan kehidupannya, Adam butuh sosok yang menjadikannya kuat. Sosok yang melengkapi kekurangannya yakni laki-laki yang hanya bisa fokus pada sebuah pekerjaan atau tidak mampu melakukan banyak hal dalam satu waktu yang sama. Disinilah seorang perempuan memiliki kelebihan, mampu melakukan banyak hal dalam satu waktu. Perempuan melengkapi kekurangan laki-laki.

Kesadaran bahwa laki-laki membutuhkan perempuan, sayangnya dalam aplikasinya di dunia timur, harus menghadapi tantangan bahwa laki-laki diciptakan menjunjung tinggi harga diri dan wibawanya. Yang apabila tidak dimiliki maka dia butuh batu pijakan untuk meninggikan dirinya yang bernama perempuan. Dan bertambahlah beban seorang perempuan di dunia timur.

Tidak mengherankan apabila dalam kontruksi pemikiran laki-laki timur, ia seolah pengatur perempuan.

Itu sebabnya perempuan di dunia timur acap mengalami perendahan demi menyelamatkan posisi laki-laki. Tidak mengherankan apabila dalam kontruksi pemikiran laki-laki timur, ia seolah pengatur perempuan. Dan muncullah istilah “Swarga nunut neraka katut “yang melambangkan betapa tergantungnya kehidupan perempuan pada laki-laki.

Membantu Perempuan Menemukan Jati Dirinya

Konsep pemikiran meletakkan perempuan di bawah laki-laki adalah fakta yang tak terbantahkan. Sebagai contoh dalam parlemen, kuota perempuan yang menduduki kursi sebagai anggota legislatif hanya 30% dari jumlah keseluruhan. Dan harus diakui konsep perempuan di bawah laki-laki secara faktual masih berjalan sampai sekarang. Emansipasi yang menjunjung kesetaraan antara laki-laki dengan perempuan perlu disikapi secara tepat karena seolah ada pertentangan antara perintah Tuhan yang juga mengistimewakan perempuan dengan kenyataan di lapangan. Apakah Tuhan Salah Perintah?

Keluar dari Simalakama Perempuan

Sesungguhnya semua berawal pada pemahaman yang kurang tepat pada kedudukan perempuan di dunia patriarki. Perempuan dianugerahi kemampuan multi-tasking seharusnya mampu melakukan upaya supaya tidak menjadi obyek penderita laki-laki.

Dengan kemampuan otaknya dia lebih bisa bermanuver menghadapi banyak hal temasuk memiliki kecerdikan menghadapi arogansi laki-laki tanpa merendahkan laki-laki supaya selamat.

Sesungguhnya perempuan jauh lebih kuat jiwanya daripada laki-laki. Seharusnya, perempuan andai berbicara tentang kekuasaannya, lebih berkuasa daripada laki-laki. Dengan kemampuan otaknya dia lebih bisa bermanuver menghadapi banyak hal temasuk memiliki kecerdikan menghadapi arogansi laki-laki tanpa merendahkan laki-laki supaya selamat. Namun hal ini hanya bisa terjadi pada perempuan yang berpengetahuan sehingga bijaksana dalam menyikapi segala sesuatu.

Pada akhirnya simalakama posisi perempuan di alam patriarki tidak akan terjadi apabila perempuan mengerti dan memahami siapa dirinya dengan segenap potensinya. Secara legal formal laki-laki memang tampak lebih berkuasa tetapi faktanya perempuanlah penguasa itu, lebih mampu mengatasi banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh laki-laki.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.