• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Kearifan Lokal

Sebongkah Batu (2) Literasi Lintas Generasi

Menjadi guru pada anak sendiri berbeda dengan peran guru di sekolah. Sesulit apa? Iin Wahyuni ternyata mampu keluar dari fleksibiltas tersebut dengan memosisikan dirinya sebagai orang tua sekaligus coach bakat menulils anaknya

Iin Wahyuni by Iin Wahyuni
March 31, 2022
in Kearifan Lokal
222 10
0
Tak Ada Rumus Tunggal dalam Mendidik Anak
Share on FacebookShare on Twitter

Lalu dari mana asal-usulnya istilah ‘sebongkah batu’ itu sehingga menjadi topik dan jembatan dalam pendampingan belajar antara saya dan si bungsu? Saya perlu momentum yang tepat untuk masuk dalam zona kepentingannya tanpa membuatnya ‘merasa digurui dan dikecilkan.’ Saat dia butuh pencerahan tentang penggunaan istilah ‘sebongkah batu’ secara tepat dalam tulisannya, maka saya pun mengambil peluang ini untuk menjelaskan tentang METAFORA yang belum dipahaminya dengan baik. Sekalian mengulas porsi atensi yang dia butuhkan dan sepakati dari arahan saya agar rangkaian perhatian itu tidak dipahaminya sebagai tekanan dan gangguan orang dewasa terhadap privasinya.

Anak lebih mudah patuh pada gurunya untuk mengerjakan semua tugas, juga mematuhi aturan yang disepakati bersama.

Pertimbangannya secara psikologis sikap anak pada orang tua berbeda dengan sikapnya pada gurunya, begitu pun sebaliknya. Anak lebih mudah patuh pada gurunya untuk mengerjakan semua tugas, juga mematuhi aturan yang disepakati bersama. Setiap orangtua bawaannya merajuk dan menawar. Anehnya orangtua pun tidak kalah. Sudah bukan rahasia lagi bahwa orangtua lebih mampu sabar saat mengajari anak orang lain dibandingkan anak sendiri.

Berhadapan dengan darah daging sendiri, rasa pengertian orangtua acapkali menggerut, tuntutannya yang meninggi! Tak heran saat anak belajar bersama ibu, bawaannya sering ribut dan maunya cepat selesai. Bagaimana dengan kami? Serupalah. Apalagi jika waktu atau moodnya tidak klik. Gantian protes, gantian marah.

Dalam menjelaskan peran dan tugasnya, orangtua perlu merangkulnya dulu sebagai sahabat. Sok menguasai dan membatasi hanya membuat anak jengah lalu mogok.

Proyek bersama anak-orangtua rawan molor alias tertunda bila tidak ada kesepakatan atau komitmen sejak awal. Anak perlu penjelasan yang gamblang, runut lagi masuk akal sebelum berhasil ditantang. Revisi dan masukan tidak diperkenankan menjadi kritik yang membentur egonya. Dalam menjelaskan peran dan tugasnya, orangtua perlu merangkulnya dulu sebagai sahabat. Sok menguasai dan membatasi hanya membuat anak jengah lalu mogok.

Sebentuk perhatian beragam nuansanya. Tergantung niatan, intensitas, fokus, ketersediaan waktu, semangat berbagi, mood pikiran, dan keadaan juga!

Ada yang intens, ada yang tipis-tipis. Ada fokus, ada yang sambil lalu. Ada yang menyediakan rentang waktu panjang ada yang singkat-singkat saja. Ada yang membawa misi belajar sambil bermain, ada yang sekedar mengisi waktu saja. Kadang dengan penuh kesabaran, sering pula mudah tersulut kemarahannya.

Dari Batu ke Berlian

Berdasarkan penggambaran di atas, maka sebongkah batu bisa memiliki sekelompok frase sejenis tetapi berbeda intensitas makna, seperti berikut:

Sebongkah berlian
Segenggam batu
Sejumput kerikil
Seremah pasir

Dengan konteks pemahaman seperti ini, ternyata anak-anak lebih mudah memahami tentang NUANSA MAKNA tanpa harus menghafalkannya.

Seremah pasir, jika perhatian orangtua terhadap anak itu adalah sekedar menggugurkan kewajiban. ‘Say hello’ ringan tanpa sentuhan dan tatapan penuh kasih, langsung beralih fokus pada yang lain. Intensitasnya rendah.

Walau begitu, ternyata secara periodik anak pun butuh zona eksklusif pribadi.

“Aku hanya perlu seremah pasir deh Ma, kali ini!”

Warningnya saat dia ingin istirahat serta tidak ingin diganggu keasyikannya bermain. Tak mau tahu dengan definisi apa pun yang sudah disepakati. Untung saja kami telah merundingkan dengan matang jadwal atau agenda hariannya secara demokratis dan proporsional. Kala dia berpendapat, dia bisa mempertanggungjawabkan pilihannya.

Sejumput kerikil, jika orangtua sudah peduli tentang kabar, sekedar memberi ucapan sayang dan ngobrol sejenak. Namun topiknya nge-blurr. Garing-garing saja, karena kedua pihak yang sedang berinteraksi masih mencuri-curi waktu untuk ‘menengok’ subyek yang lain.

Segenggam batu benar-benar akan bisa menjadi tembok rutinitas kebaikan yang sangat kuat!

Segenggam batu, jika pada orangtua dan anak sudah muncul kebutuhan untuk saling bekerja sama dan melengkapi. Ada jalinan komunikasi, kesepahaman terhadap tujuan, pun keselarasan langkah. Visi-misi bersama menguat mengatasi segala tantangan di tengah jalan. Segenggam batu benar-benar akan bisa menjadi tembok rutinitas kebaikan yang sangat kuat! Sesekali wajar ada kesalahpahaman atau intonasi yang meninggi, namun semua itu hanyalah romantika kebersamaan. Dalam pengakuan orangtua sebagai guru pertama dan utama bagi anak.


Sebongkah berlian perhatian (bukan lagi batu), jika perhatian orangtua pada anaknya sampai pada level penghayatan yang sakral. Yaitu perhatian karena getaran cinta tanpa syarat tanpa pamrih. Sudah tidak lagi ditunggangi ambisi predikat, keuntungan materi maupun kebanggaan semu. Tidak kecewa jika perhatian itu tidak berbalas semestinya, atau hasilnya meleset jauh dari yang semestinya. Apalagi malu atas kegagalan-kegagalan yang terjadi. Ketulusan dari cinta yang berkilau seindah berlian. Dan secara alamiah berlian tidak akan terwujud tanpa dahsyatnya proses dan lamanya waktu.

Sebagai orangtua kita harus selalu belajar-berlatih agar saat mengajari atau membimbing anak tendensinya bukan agar anak kita tidak kalah dari si A atau si B. Senang jika kita bisa memamerkan kemampuan anak kita pada orang lain. Lalu marah dan kecewa berat saat anak kita gagal memenuhi harapan itu. Puas jika anak bisa meneruskan mewujudkan impian orangtua yang belum tercapai. Murka jika anak menolak atau memilih jalan sendiri.

Saat ego dikalahkan, kebijaksanaan pun terbit. Orangtua sepenuh hati mengasah potensi dan talenta anak-anaknya tanpa dibebani harapan mereka harus menjadi cerminan diri orangtuanya.

Saat ego dikalahkan, kebijaksanaan pun terbit. Orangtua sepenuh hati mengasah potensi dan talenta anak-anaknya tanpa dibebani harapan mereka harus menjadi cerminan diri orangtuanya. Indah saat orangtua mendampingi tumbuh-kembang anak-anaknya seprofesional seorang guru terhadap murid-muridnya. Saat berkomunikasi dengan anak-anaknya sefokus dan sesemangat pegawai kepada teman sejawatnya, atau bahkan atasannya. Jika kerja kerasnya belum menunjukkan hasil atau malah mengindikasikan hal sebaliknya, orangtua tidak akan marah atau berputus asa. Karena orangtua paham hanya Allah yang bisa memutuskan dan memberi hidayah.

Semoga kebersamaan yang berkualitas dan intens dengan anak-anaknya justru selalu menginspirasi dan meneguhkan semangat orangtua sebagai pembawa estafet nilai moral dan peradaban bagi generasi mendatang. Saat memberi totalitas perhatian justru menjadi kebutuhan bagi orangtua itu sendiri! Mengalahkan capek, bokek, sibuk, sakit serta sejuta alasan lainnya. Bak intan mengasah intan. Itulah harga dan pengorbanan untuk merubah seonggok arang menjadi sebongkah berlian. Siapa tahu melalui ketulusan yang bersahaja itu visi mulia orangtua malah terbingkai abadi dalam harapan anak-anaknya…

Salam TintaMulia, Literasi Lintas Generasi

Previous Post

Ecoprint Fabric as a New Business

Next Post

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

Iin Wahyuni

Iin Wahyuni

RelatedPosts

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang
Kearifan Lokal

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

by Mohammad Mahpur
March 8, 2023
0
230

Kampusdesa.or.id--Kebutuhan mengkaji Islam untuk menguatkan pemahaman lintas agama pada studi Islamologi menghubungkan Balewiyata dengan Pesantren Ainul Yakin Unisma Malang. Tak...

Read more
Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat
Kearifan Lokal

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

by Mohammad Mahpur
January 22, 2023
0
135

Kampusdesa.or.id--Studi Intensif Kristen Islam (SIKI), menjadi wadah dialog lintas iman di Malang yang sudah lahir era 1990-an. SIKI merupakan program...

Read more
Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit
Kearifan Lokal

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

by Mohammad Mahpur
December 29, 2022
0
1k

Kampusdesa.or.id--Siti Nur Imamah menjadi katalisator penghijauan kelor (moringa oleifera) Nganjuk. Saat pemerintah Nganjuk mengalami beberapa kendala melakukan penghijauan dengan anggaran...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In