Sang Begawan Hematologi, Prof. dr. Abdul Salam M. Sofro Ph.D

525
SHARES
4k
VIEWS

Membaca kisah orang sukses memberikan spirit positif bagi siapa saja yang masih termotivasi untuk maju. Siapapun sosok itu, membaca kisah sukses menjadikan seseorang akan belajar mengukur kapasitas dirinya dan menambah semangat baru untuk melakukan perubahan. Prof. dr. Abdul Salam M. Sofro Ph. D, seorang begawan Hematologi, adalah sosok penting di dunia kedokteran yang layak disimak.Tidak ada salahnya, gantunglah cita-citamu setinggi langit.

Kampusdesa.or.id–Prof dr Abdul Salam M Sofro PhD, pria bersahaja nan rendah hati ini merupakan perintis sekaligus pelopor spesialis kedokteran transfusi darah di Indonesia. Tidaklah mengherankan bila ia dijuluki sebagai “sang Begawan” Hematologi, mengingat kredibilitas dan mahakaryanya di bidang transfusi darah telah mendapatkan pengakuan dunia internasional. Saat ini, pria bernama lengkap Abdul Salam Mudzakir Sofro ini membantu mengajar di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Ia telah menghasilkan lebih dari 61 publikasi ilmiah dari tahun 1982 hingga 2017. Bahkan, thesis PhDnya berjudul Population Genetic Studies in Indonesia berhasil diselesaikan di Australian National University pada tahun 1982. Di tahun 2002, risetnya bersama tim berjudul The C677T mutation in the methylenetetrahydrofolate reductase gene among the Indonesian berhasil dimuat di jurnal bergengsi internasional di Kobe J Med Sci.

RelatedPosts

Guru besar kelahiran Pati, 22 Agustus 1949 ini pernah menjabat sebagai direktur Sekolah Pascasarjana di Universitas Yarsi, Jakarta. Ia juga pernah menjadi visiting Profesor di Universitas Kobe, Jepang di tahun 1994 dan Universitas Justus Liebig, Giessen, Jerman tahun 2001.

Di sela-sela kesibukannya, Prof Salam masih sempat berbagi ilmu. Salah satu caranya dengan menulis buku. Beberapa buku karyanya tersedia di toko buku Gramedia dan berbagai toko buku online. Misalnya: Keanekaragaman Genetik (1997), Imunokimia (1997), Darah (2011).

Pendidikan

Dikenal sebagai sosok yang amat mandiri, gigih, tekun, serba terencana dan disiplin terkait waktu, Salam juga amat peduli pada dunia pendidikan. Ia menempuh pendidikan dari tingkat dasar hingga doktoral dari tahun 1955 hingga 1983. Dimulai dari tingkat dasar, yakni SRL Kenaren di Pemalang dari tahun 1955 hingga 1961. Usai lulus, Salam segera melanjutkan studi ke SMP Negeri 1 di Pemalang, dari tahun 1961 sampai 1964. Berbekal tekad untuk selalu menimba ilmu, segera saja setelah lulus SMP, Salam menempuh jenjang pendidikan berikutnya, yakni SMA Negeri di Pemalang tahun 1964 hingga 1967.

Pria jenius nan religius ini memahami benar perintah Allah di dalam Alquran untuk selalu menimba ilmu. Oleh karena itulah, dengan semangat kuat dan doa restu kedua orangtua, dia menjalani kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) dari tahun 1968 hingga 1974. Gelar Drs Med diperolehnya di tahun 1972. Gelar dokter diperolehnya pada tahun 1974.

Dewi Fortuna rupanya masih bersamanya dalam hal pendidikan. Terbukti ia mendapatkan kesempatan emas untuk lanjut studi di bidang biokimia pada tahun 1979. Saat itu ia menempuhnya di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Adapun risetnya dilakukan di School of Biochemistry, University of New South Wales (UNSW).

Peluang emas memang terkadang terus berulang. Hal ini terbukti pada diri Salam pada bulan Desember 1979 hingga Mei 1983. Saat itu ia mendapatkan beasiswa PhD untuk menempuh studi di John Curtin School of Medical Research, Australian National University (ANU).

Beberapa pelatihan internasional telah diikuti. Mulai dari tahun 1977 hingga tahun 2000.  Sebagian dari pelatihan bereputasi Internasional yang pernah diikuti Prof Salam antara lain: Molecular and Cell Biology, National University of Singapore (NUS), Singapore tahun 1986, Molecular and Cell Biology, Osaka University, Jepang, tahun 1990, Molecular Haematology, Institute of Molecular Medicine, Oxford, University of Oxford, UK, tahun 1990, Molecular Haematology, Hammersmith Hospital, Imperial College, University of London, UK, tahun 1999.

Karir

Karir Prof Salam terus mengalami peningkatan. Dimulai dari dosen yunior Biokimia (1974 – 1979), dosen senior Biokimia (1979 – 1997), hingga menjadi Guru Besar di bidang biokimia (1997 – sekarang). Pada tahun 1987 hingga 1991, Salam menjabat sebagai kepala departemen Biokimia Fakultas Kedokteran UGM. Tahun 1991 hingga 1995, Salam menjabat sebagai wakil dekan bidang akademik. Tahun 1999 hingga 2001, Salam kembali memegang jabatan sebagai kepala departemen Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tahun 2001-2003, Salam menjabat sebagai Direktur Pusat Riset Bioteknologi UGM. Mengingat kinerjanya yang memuaskan dan kredibilitasnya yang mengagumkan, dia dipercaya menjabat sebagai ketua Institute for Research and Community Service, Universitas YARSI, Jakarta, periode 2003 – 2005. Puncak karirnya adalah saat Salam mengemban amanah sebagai Rektor Universitas YARSI, Jakarta dua periode, yakni tahun 2005 – 2009 dan 2009 – 2013. Usai mengemban jabatan sebagai Rektor, Salam diberi amanah sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana, Universitas YARSI, Jakarta dua periode, yakni tahun 2013-2017 dan 2017-2021.

Di tingkat nasional, Salam diamanahi sebagai asesor Higher Education Board of National Accreditation, tahun 2007 hingga sekarang. Ketua Sub-committe on Technical Management of Blood Transfusion, Committee on Blood Service, Kementerian Kesehatan tahun 2011 hingga 2015. Tim Review Rank Promotion, Directorate General of Higher Education, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2011 hingga 2017. Tim Review untuk Rank Promotion, Kopertis Wilayah III, di bulan Januari 2014 hingga sekarang.

Penjelajah Ilmiah di Berbagai Negara

Salam telah mengikuti lebih dari 40 workshop dan konferensi tingkat Internasional mulai tahun 1986 hingga 2016. Beberapa negara telah ia kunjungi untuk keperluan saintifik dan kolaborasi riset. Mulai dari National University of Singapore, Singapore (1986), University of Osaka, Jepang (1990), San Diego, California, Amerika Serikat (1990), Washington DC, Amerika Serikat (1991), San Francisco, Amerika Serikat (1992), Rockford, Ill., Amerika Serikat (1994), Los Angeles, California, Amerika Serikat (1995), Bangkok, Thailand, (1995, 2013, 2015), Tokyo, Jepang (1996), Orlando, Florida, Amerika Serikat (1996), Pusan, Korea Selatan (1997), Frankfurt, Jerman (1997), Oslo, Norwegia (1998), Brighton, Inggris (1999), Vancouver, Canada (2000), Singapura (2000), Kuala Lumpur, Malaysia (2001), Perth, Australia (2002), Thailand (2002), Dubai, UAE (2003 dan 2016), Edinburgh (2004), Australia (2004), Athena, Yunani (2005), Cape Town (2006), Madrid (2007), Malaysia (2007), Berlin (2010), Lisbon, Portugal (2011), Taipei Taiwan (2013), Kuala Lumpur, Malaysia (2013), Seoul, Korea Selatan (2014), UK, London (2015). Itu belum termasuk konferensi atau seminar tingkat nasional.

Keteladanan

Beberapa orang telah merasakan keteladanan nyata. Bukan hanya dari pemikiran, perkataan, melainkan juga dari perbuatan Prof Salam. Keteladanan dari seorang Prof Salam dirasakan oleh putra pertamanya, yakni Dr Muhammad Ardiansyah Adi Nugraha MKes SpS. Menurut dosen FK UMY, papanya seorang yang amat disiplin, hemat, dan murah senyum.

Menurut saya, Papa itu orang yang berani mencanangkan cita-cita tinggi, dan senantiasa berjuang keras untuk mewujudkan cita-cita tersebut.”

Keteladan seorang ayah juga dirasakan oleh Muhammad Aditya Arief Nugraha ST MBA. Putra kedua Prof Salam yang juga seorang direktur Utama PT Gamatechno Indonesia ini bertutur, “Menurut saya, Papa itu orang yang berani mencanangkan cita-cita tinggi, dan senantiasa berjuang keras untuk mewujudkan cita-cita tersebut.” Ia juga menceritakan bahwa papanya memandang kerja sebagai ibadah, jabatan merupakan amanah, dan selalu berdedikasi tinggi terhadap profesi.

Adik kesembilan, Dr dr Zainal Muttaqien yang juga dosen FK UGM, secara terbuka menyatakan bahwa Prof Salam seorang yang sangat ulet, fokus, terencana dalam meniti kariernya, dengan ikhlas berbagi ilmu yang dikuasainya. Beliau juga dikenal sebagai pribadi yang amat ramah. Sifat rendah hatinya menjadikan orang yang mengenal beliau tentu merasa dekat dan nyaman.

“Senyumnya yang teduh menjadikan kami nyaman jika bertemu.”

Lain lagi kesan dari Dr Muchlis Achsan Udji Sofro SpPD KPTI FINASIM. Kepala Bagian Penyakit Dalam RS Kariadi Semarang, sekaligus adik ke-11 dari Prof Salam ini amat terkesan dengan ketulusan senyum sang Kakak. “Senyumnya yang teduh menjadikan kami nyaman jika bertemu.” (Dinaratifkan oleh dr Dito Anurogo MSc, dosen FKIK Unismuh Makassar).

Dito Anurogo

Dito Anurogo

Dokter literasi digital, dokter rakyat di Kampus Desa Indonesia, dosen FKIK Unismuh Makassar, penulis puluhan buku, sedang menempuh S3 di Taipei Medical University Taiwan.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.