• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Puasa Itu Membangun Empati, Bukan Melakukan Persekusi

Ahmad Z. El-Hamdi by Ahmad Z. El-Hamdi
March 25, 2022
in Opini
187 14
0
Puasa Itu Membangun Empati, Bukan Melakukan Persekusi
Share on FacebookShare on Twitter

Puasa sesungguhnya adalah sebuah ibadah di dalam Islam yang justru hendak menumbuhkan karakter kepribadian mulia dalam diri pelakunya. Dengan puasa, seseorang akan menginsafi kesadaran agamannya dalam bingkai kasih sayang kepada sesama manusia. Puasa semestinya membuat kita menjadi pribadi yang penuh cinta, bukan malah menjadi alasan untuk melakukan tindakan-tindakan intimidatif.

KampusDesa–Ramadhan tidak hanya menghadirkan kekhusyukan, tapi juga keriuhan. Keriuhannya membuat Ramadhan laksana sebuah perayaan. Spanduk terpajang di sudut-sudut jalan, di gang-gang kampung, dan di tempat-tempat strategis lain. Rasanya, bulan Ramadhan kurang sempurna tanpa dimeriahkan dengan umbul-umbul dan spanduk-spanduk. Desainnya berbeda-beda, tapi isinya selalu sama: menuntut orang lain untuk menghormati orang yang sedang berpuasa.

Sampai di sini, tidak ada masalah apapun. Masalahnya baru muncul ketika spanduk-spanduk itu berubah menjadi instrumen intimidatif, yaitu ketika bunyi spanduk itu dibarengi dengan tindakan-tindakan persekusi di lapangan. Misalnya, karena menghormati orang berpuasa dipahami sebagai tidak adanya warung makan yang buka di siang hari, maka semua orang harus menutup warungnya. Orang yang membuka warung makan di sing hari dianggap tidak menghormati umat Islam yang sedang berpuasa. Melawan aksi penutupan paksa warung dianggap sebagai melawan umat Islam, dan karenanya, melecehkan Islam. Jadilah aksi tutup paksa warung makan, kios rokok, tempat hiburan, dsb. menjadi salah satu fenomena lumrah di bulan Ramadhan.

Puasa adalah pendidikan kesabaran.

Puasa sesungguhnya adalah sebuah ibadah di dalam Islam yang justru hendak menumbuhkan karakter kepribadian mulia dalam diri pelakunya. Puasa adalah pendidikan kesabaran. Selama bulan Ramadhan, umat Islam dilarang melakukan aktivitas yang pada hari biasa sepenuhnya diperbolehkan, misalnya, makan, minum dan bercinta dengan pasangan sahnya. Larangan ini bertujuan untuk membentuk pribadi yang mulia. Dengan puasa, manusia dididik bahwa dalam hidup kita tidak cukup hanya melakukan hal-hal yang selama ini dinyatakan boleh, tapi juga perlu menekan egoisme untuk suatu kebaikan yang lebih besar. Salah satu kebaikan yang lebih besar di atas diri individu adalah kebaikan sosial.

Puasa adalah salah satu ibadah di dalam Islam dengan pesan sosial sangat kuat. Puasa melatih seseorang untuk menumbuhkan empati kepada orang lain, terutama kelompok lemah (mustadh’afin), dengan cara menunda menikmati kenikmatan yang pada dasarnya halal untuk dinikmati. Sikap empati adalah salah satu kemampuan penting dalam membangun kohesi sosial. Empati adalah kemampuan seseorang tidak hanya memahami perasaan orang lain, tapi menghubungkan dirinya dengan diri orang lain. Orang yang memiliki empati tidak hanya memiliki kesanggupan merasakan penderitaan orang lain, namun juga memiliki kualitas jiwa yang selalu memancarkan cinta kasih dan tindakan untuk berbagi.

Orang yang berpuasa semestinya mampu mengasah jiwanya sehingga dengan tulus mengulurkan tangannya untuk mengangkat beban orang lain, menghapus air mata mereka yang dilanda kesedihan, dan memberi ketenangan pada mereka yang ketakutan. Dengan puasa, seseorang akan menginsafi kesadaran agamannya dalam bingkai kasih sayang kepada sesama manusia.

Ketaqwaan adalah parameter bagi Allah untuk mengukur kemuliaan manusia.

Sebegitu pentingnya puasa bagi umat Islam, hingga Allah mengaitkan perintah puasa dengan ketaqwaan. Ketaqwaan adalah parameter bagi Allah untuk mengukur kemuliaan manusia. Ketaqwaan dan kasih sayang ibarat dua sisi dari satu mata uang. Islam tidak pernah memerintahkan ibadah kepada pemeluknya untuk pada akhirnya melahirkan kerusakan. Islam pada dasarnya adalah agama cinta. Dalam sebuah hadits, tegas sekali dinyatakan, “Orang-orang yang penyayang akan disayang Allah (Ar-Rahman). Karena itu, sayangilah penduduk bumi, niscaya (Allah) yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.”

Puasa tidak cukup hanya menahan diri dari makan dan minum, namun juga harus menahan dari sikap yang merendahkan orang lain.

Apakah puasa bisa gagal? Nabi pernah mengingatkan kepada umat Islam bahwa puasa yang punya kapasitas untuk melentingkan seseorang kepada kualitas jiwa yang sedemikian agung itu bisa tidak berarti apa-apa jika orang tersebut tidak sanggup masuk ke kedalaman hikmahnya. Sekalipun berpuasa, seseorang bisa tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa haus dan lapar, sebuah rasa jasmani yang bisa dialami siapa saja asalkan tidak makan dan minum, jika dia meliarkan kesombongan dan keangkuhannya. Oleh karena itu, puasa tidak cukup hanya menahan diri dari makan dan minum, namun juga harus menahan dari sikap yang merendahkan orang lain, perkataan yang culas dan menyakitkan, serta berbagai tindakan yang menebar ketakutan dan kerusakan.

Jelaslah bahwa puasa bisa luput untuk mencapai ketaqwaan jika seseorang tak sanggup membangun kualitas cinta dan kasih sayang dalam dirinya. Puasa semestinya membuat kita menjadi pribadi yang penuh cinta, bukan malah menjadi alasan untuk melakukan tindakan-tindakan intimidatif.

EDITOR : FAATIHATUL GHAYBIYYAH

Tags: persekusipuasaPuasa Ramadhan
Previous Post

Perbanyak Membaca Surat Al-Ashr di Era Transisi

Next Post

Kemeriahan Suasana Bimtek Literasi di Jakarta

Ahmad Z. El-Hamdi

Ahmad Z. El-Hamdi

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023
Sumber photo: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/aparat-polsek-citeureup-mengamankan-bakso-daging-babi-_150201220228-436.jpg

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

February 15, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In