• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: kampusdesa[email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Kuliah Terbuka

Membumikan Budaya Litera(k)si, Sebuah Ikhtiar Mengentaskan Kemiskinan Mental

Nurul Aini by Nurul Aini
March 29, 2022
in Kuliah Terbuka
202 4
0
Membumikan Budaya Litera(k)si, Sebuah Ikhtiar Mengentaskan Kemiskinan Mental
Share on FacebookShare on Twitter

Jombang, KampusDesa–Sebuah harapan: Budaya literasi bukan sekadar wacana, tetapi menjadi aksi untuk merealisasikannya. Pembangunan tidak melulu soal peningkatan ekonomi. Perihal penting yang tak boleh dilupakan dari indikator kesejahteraan masyarakat yaitu pendidikan. Edukasi untuk mengentaskan kemiskinan mental.

Beberapa abad mendatang, negara Indonesia adalah buah dari perjuangan pemudanya saat ini: para pelajar dan akademisi. Perihal perjuangan yang dilakukan, adalah murni hak individu memilih jalan. Pejabat atau konglomerat, petani atau menteri, guru atau kuli batu, pengamen atau presiden. Apapun itu, jika mereka membaca, tidak akan ada gap keilmuan di antara mereka. Mengutip dari Mariah Evans (Profesor dari Universitas Nevada, AS.):

“Seorang anak bisa saja memiliki orang tua buta huruf, tetapi jika ia memiliki 500 buku di rumahnya, itu sama dengan ia memiliki orang tua terpelajar yang menempuh pendidikan terbaik selama 15 tahun.”

Buku menjadi hal sakral yang wajib dipunyai masyarakat. Kalaupun tidak memiliki buku, seyogyanya pemerintah memberikan layanan gratis untuk mencecap ilmu dari buku. Nah! Pemerintah telah tegas. Gerakan literasi semakin gencar disosialisasikan. Seperti Kemendikbud (sekarang menjadi Kemenristekdikti), yang menetapkan Jombang sebagai kabupaten literasi, April 2017 lalu.

Ihwal ini menjadi garis besar suatu pembangunan intrinsik di masa depan: lewat jalan literasi. Pembangunan kerapkali dimaknai sebatas infrastruktur di bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan yang sifatnya formal. Bahwa perihal formal, dimungkinkan tidak dapat dijangkau oleh kalangan bawah. PR besar pemerintah adalah bagaimana seluruh masyarakatnya dapat menikmati layanan pendidikan tanpa mementingkan strata sosial. Begitu seharusnya pengamalan nilai Pancasila sila ke lima, bukan? Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perpustakaan. Instrumen ini penting sebagai wadah informasi dan wahana ilmu pengetahuan untuk membentuk peradaban pada aspek intelektual. Intensitas kegiatan di kubu literasi dan budaya baca tentu berpengaruh besar pada masa depan individu khususnya dan masyarakat pada umumnya. Layaknya revolusi 4.0 yang marak diperbincangkan abad ini. Persiapan dalam menghadapi perkembangan teknologi pun harus digodok matang-matang agar tidak menyimpang dari hal yang seharusnya, khususnya pada lingkungan desa.

Desa adalah kelompok kecil yang paling akrab setelah keluarga. Jika menyatukan pendapat dalam keluarga merupakan perihal sulit, maka menyatukan pendapat dari satu desa akan lebih sulit. Maka, sekali lagi pengamalan nilai Pancasila harus tetap dijunjung tinggi.

Rumah Inspiratif

Fenomena baik saat ini adalah mekarnya aktivis-aktivis peduli literasi. Mereka berupaya meningkatkan minat baca masyarakat tanpa berharap uluran tangan atau sejenisnya, meski tinggal di desa-desa kecil. Belum banyak perhatian pemerintah kepada mereka, setelah tumbuh lebih besar. Merintis dari awal memang sulit. Tetapi mempertahankan untuk tetap aktif dalam kegiatan literasi, itu lebih sulit.

Pengakuan warga negara Indonesia terhadap Pancasila sebagai ideologi, mesti ada ikhtiar untuk mengimplementasikannya. Sila ke tiga, literasi dan budaya baca, massif digerakkan oleh pegiat literasi. Beberapa masyarakat kemudian mendirikan taman baca secara mandiri. Kemandirian masyarakat membuat gerakan literasi dimotori semangat “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Statistik menunjukkan tak kurang dari 6.000 titik taman baca masyarakat telah berdiri dari Sabang hingga Merauke.

Di desa Sumbersari kecamatan Megaluh kabupaten Jombang, seorang pemuda mendirikan taman baca masyarakat (TBM).

Kepedulian pendidikan oleh pegiat literasi tidak berhenti sampai di situ, beragam kegiatan juga dilakukan untuk mengedukasi anak-anak di lingkungan sekitar. TBM terbuka untuk umum dan gratis. Layaknya label di spanduk TBM yaitu “Moco Gratis, Sak Mblenger’e,” artinya membaca gratis, sepuasnya. Beragam kegiatan diselenggarakan guna membasmi hama bosan masyarakat untuk selalu mengunjungi taman baca. Pembelajaran aksara Jawa, huruf Jepang Katakana, bahasa Inggris hingga acara nonton bareng film edukasi juga diputarkan selepas maghrib di hari-hari tertentu. Workshop inspiratif juga diadakan untuk memacu kreatifitas masyarakat lingkungan sekitar. Ke depan, diharapkan semakin banyak pemuda yang sadar literasi di seperti ini.

Tidak ada bantuan dari dana desa, sama sekali. Padahal, anggaran dana yang diberikan kepada setiap desa, terdapat hak untuk peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan. Sebuah upaya yang patut diapresiasi saat presiden Jokowi menyanggupi, permasalahan anggaran desa untuk perpustakaan. Meski implementasinya belum jelas, diharapkan pernyataan bukan sekadar wacana pengantar tidur.

Setidaknya, upaya di bidang pendidikan didahulukan. Tak kurang dari 19.900 perpustakaan desa telah beroperasi secara prosedural di tahun 2011. Target pemerintah pada tahun 2016 adalah 75.000. Perpustakaan desa bisa kembali menjadi salah satu pusat literasi.Tetapi semua memang diserahkan pada kebijakan desa. Program prioritas tetap di utamakan.

Tags: Bukuliterasiperpustakaan desataman baca masyarakat
Previous Post

Etika “Diam Itu Emas” dalam Politik Praktis

Next Post

Politik “Pemuda” di Tengah Derasnya Arus Perubahan Sosial

Nurul Aini

Nurul Aini

RelatedPosts

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang
Kearifan Lokal

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

by Mohammad Mahpur
March 8, 2023
0
230

Kampusdesa.or.id--Kebutuhan mengkaji Islam untuk menguatkan pemahaman lintas agama pada studi Islamologi menghubungkan Balewiyata dengan Pesantren Ainul Yakin Unisma Malang. Tak...

Read more
Sumber photo: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/aparat-polsek-citeureup-mengamankan-bakso-daging-babi-_150201220228-436.jpg
Kuliah Desa

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

by Redaksi
February 15, 2023
0
336

Kampusdesa.or.id--Borax itu adalah garam bleng atau juga cetitet dalam dunia industri. Boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik...

Read more
Mengenal Lebih Dekat Teman Tuli
Kuliah Terbuka

Mengenal Lebih Dekat Teman Tuli

by Siti Fatimah
November 25, 2022
0
103

Kampusdesa.or.id-- Kata tuna umum dipakai untuk menunjukkan keadaan disabilitas atau difabel seseorang. Orang yang tidak bisa melihat disebut tuna netra,...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In