• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Kita Belajar Menulis

Dinamika Pedesaan, Modal Pembangunan yang Masih Tersisa

Burhanudin Mukhamad Faturahman by Burhanudin Mukhamad Faturahman
March 27, 2022
in Kita Belajar Menulis, Kuliah Terbuka, Opini
190 14
0
Dinamika Pedesaan, Modal Pembangunan yang Masih Tersisa
Share on FacebookShare on Twitter

Telah menjadi pengetahuan umum bahwa pedesaan merupakan wilayah yang sedikit terpinggirkan dalam bingar-bingar pembangunan di era modern terutama arah kebijakan yang sifatnya pro terhadap pertumbuhan ekonomi. Pembangunan era serba modern sudah pasti mengutamakan tuntutan serba cepat sehingga mengakibatkan adanya kelemahan dalam mengakomodir pemerataan. Salah satu indikator pertumbuhan yang serba cepat ditandai oleh peningkatan Produk Domestik Bruto sektor industri. Data dari kementrian perindustrian menunjukkan sektor industri pengolahan non migas menyumbang 18 persen sedangkan sektor pertanian menyumbang 13,6 persen di tahun 2017.

Bagi daerah yang roda perekonomiannya didominasi oleh sektor industri sangatlah wajar apabila upah minimum lebih tinggi dari daerah bukan industri.  Kenaikan taraf hidup tersebut sudah pasti dibarengi dengan kemudahan pelayanan kebutuhan hidup yang menopang kehidupan masyarakat industri serta menarik minat pekerja dari berbagai daerah termasuk pekerja dari daerah pedesaan walaupun mereka datang ke daerah perantauan berbekal ketrampilan seadanya.

Padahal jika dicermati, kondisi pedesaan tidak kalah dengan perkotaan dalam menghasilkan pundi-pundi uang. Tengok saja berbagai potensi sumberdaya alam yang melimpah yaitu pertanian, peternakan, perikanan maupun potensi yang lainnya bisa dijadikan sumber penghasilan utama pagi penduduk yang tinggal di wilayah pedesaan. Namun kenyataan tak selalu demikian, kondisi pembangunan di pedesaan tidaklah secepat di perkotaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pedesaan ibarat jiwa bagi Indonesia dengan slogan negara agraris loh jinawi yang semakin terpuruk akibatnya jika kebijakan pembangunan tak mengarah pada kesejahteraan masyarakat pedesaan maka Indonesia kehilangan jati diri sebagai negara agraris.

Jati diri ini sangatlah penting mengingat pembangunan yang memprioritaskan sektor pertanian merupakan langkah pembangunan yang sustainable development (pembangunan yang berkelanjutan) yang tidak dimiliki oleh sebagian besar sektor perindustrian. Meskipun sebenarnya industrialisasi di bidang pertanian juga bisa dimaksimalkan namun pembangunan pertanian lebih mengarah ke perlindungan ekosistem alam dengan memperhatikan daya dukung lahan, keberlanjutan sumberdaya alam, dan tidak kalah penting adalah mengurangi tingkat kemiskinan.

Lalu mengapa pedesaan sampai saat ini masih bisa eksis ditengah derasnya perubahan struktur perekonomian dari pertanian ke perindustrian. Selain keberadaan sumberdaya alam sebagai penunjang hidup mereka faktor lainnya adalah modal sosial yang tinggi. Modal sosial menunjuk pada perilaku sosial dan organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma-norma, dan jaringan-jaringan sosial yang dapat memfasilitasi tindakan kolektif.

Modal sosial ditekankan pada kebersamaan masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup bersama dan melakukan perubahan yang lebih baik serta penyesuaian secara terus menerus. Dalam hal itu, Burt (1992) mendefinsikan modal sosial sebagai kemampuan masyarakat untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain sehingga menjadi kekuatan yang sangat penting, bukan hanya terhadap aspek ekonomi, tetapi juga terhadap setiap aspek eksistensi sosial yang lain.

Dimensi modal sosial lainnya adalah tipologi modal sosial. Modal sosial dapat berbentuk bonding ataupun bridging. Modal sosial yang berbentuk bonding yaitu modal sosial dalam konteks ide, relasi, dan perhatian yang berorientasi ke dalam (inward looking). Bentuk modal sosial semacam ini umumnya muncul dan berada dalam masyarakat yang cenderung homogen. Putnam (1993) mengistilahkan masyarakat dengan bonding social capital sebagai ciri sacred society, yakni masyarakat yang terdominasi dan bertahan dengan struktur masyarakat yang totalitarian, hierarchical, dan tertutup oleh dogma tertentu.

Pola interaksi sosial sehari-hari masyarakat semacam itu selalu dituntun oleh nilai-nilai dan norma-norma yang hanya menguntungkan level hierarki tertentu. Terdapat sosok penting dalam modal sosial ini, seseorang yang dianggap sesepuh/ kamituo masih menjadi sosok yang berpengaruh karena dinilai telah mengetahui seluk beluk tradisi masyarakat setempat sehingga menempati posisi strategis di pedesaan.

Berbeda dengan bonding, modal sosial yang berbentuk bridging bersifat inklusif dan berorientasi ke luar (outward looking). Bridging social capital ini mengarah kepada pencarian jawaban bersama untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok dengan memanfaatkan jaringan yang dimiliki individu dalam kelompok. Bridging social capital diasumsikan dapat menambah kontribusi bagi perkembangan pembangunan dengan melakukan kontak dan interaksi dengan kelompok di luarnya.

Coleman (1999) menganggap bahwa tipologi masyarakat yang cenderung menciptakan jaringan ke luar dalam gerakannya lebih mampu memberikan tekanan untuk melakukan upaya bersama dengan kelompok di luar mereka. dalam tipologi ini nampaknya masyarakat pedesaan masih belum bisa memberi tawaran yang memadai dengan dunia luar. hal ini dikarenakan kualitas sumberdaya manusia masih rendah. hal ini bisa dilihat dari minimnya inovasi produk pertanian lokal masyarakat pedesaan. berbading terbalik dengan inovasi yang terdapat di daerah perkotaan.

Modal sosial bonding dan bridging ini bisa dijadikan pijakan ketika kebijakan pembangunan memberikan porsi lebih pada masyarakat pedesaan. Artinya pemerintah memberikan stimulus penguatan ekonomi pedesaan dengan meningkatkan inovasi produk pertanian pada tingkat yang lebih lanjut sehingga produk pertanian bisa bersaing dengan produk lain dengan dibukanya jaringan pemasaran yang jelas. Selain itu industrialisasi sektor pertanian bisa dibentuk ketika produksi dan pengolahan ditempatkan pada daerah pedesaan yang strategis. Pelibatan tenaga kerja lokal juga ditekankan dalam menjalankan perekomian yang sifatnya lokal. Setidaknya, kegiatan yang lebih progresif di sektor pertanian membutuhkan komitmen politik dari pemangku kepentingan sehingga pertanian di Indonesia kembali bergairah.

Burhanudin Mukhamad Faturahman
Dosen Ilmu Pemerintahan UNISDA Lamongan, Lulusan Magister Administrasi Publik Universitas Brawijaya Malang

Daftar Rujukan

Burt. R.S. 1992. “Excerpt from The Sosial Structure of Competition”, dalam Structure Holes: The Social Structure of Competition. Cambridge, MA, and London: Harvard University.

Coleman, J. 1999. Social Capital In The Creation Of Human Capital. Cambridge Mass: Harvard University Press.

Putnam, RD. 1993. “The Prosperous Community: Social Capital and Public Life”. The American Prospect 3:35-42.

Tags: dari desa untuk indonesiadesa petani untuk indonesiamodal sosialnegara agrarispedesaan
Previous Post

Urutan Kelahiran Menentukan Jenis Kepribadian, Fakta atau Mitos?

Next Post

Harapan Sertani Bagi Revolusi Pertanian Indonesia

Burhanudin Mukhamad Faturahman

Burhanudin Mukhamad Faturahman

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
23

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Pengumuman Hasil Seleksi Peserta “Kelas Editor Kampus Desa Indonesia 2022”
Kita Belajar Menulis

Pengumuman Hasil Seleksi Peserta “Kelas Editor Kampus Desa Indonesia 2022”

by Kampus Desa Indonesia
November 11, 2022
0
258

Berdasarkan hasil seleksi administrasi dari sekian banyak pendaftar pada Kelas Editor Kampus Desa Indonesia 2022 ini, berikut kami sampaikan nama-nama...

Read more
Mengenal Lebih Dekat Teman Tuli
Kuliah Terbuka

Mengenal Lebih Dekat Teman Tuli

by Siti Fatimah
November 25, 2022
0
102

Kampusdesa.or.id-- Kata tuna umum dipakai untuk menunjukkan keadaan disabilitas atau difabel seseorang. Orang yang tidak bisa melihat disebut tuna netra,...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri

Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (7) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (9) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (131) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

January 22, 2023
Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

January 9, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In