Dampak Corona, Driver Ojol Kecipratan Bantuan Langsung Tunai Pemerintah

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Di sini dapat dipetik pelajaran bahwa dahulukan ikhtiar dan doa sebelum tawakal (berserah diri) kepada Allah SWT.

Kampusdesa.or.id–Sejak awal Badan Kesehatan Dunia (WHO) dari PBB juga sempat menyangsikan kejemawaan Indonesia. Di saat semua negara mempersiapkan diri mulai dari deteksi dini, manajemen kasus, hingga pencegahan. Indonesia masih tampak leha-leha dan kikuk. Dalam menghadapi isu wabah Covid-19. Kalau kita mau baca-baca lagi berita sampai akhir Februari kemarin. Berbagai media mengutip pernyataan presiden RI, bahwa fokus pemerintah terkait virus corona tampak hanya berorientasi pada dampak ekonomi saja.

RelatedPosts

Seperti berita yang dimuat oleh Tirto (11/03) bahwa Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas sehari setelah WHO, memberikan statement hanya fokus pada dampak ekonomi daripada mitigasi kesehatan. “Siapkan seluruh instrumen, baik moneter maupun fiskal untuk digunakan dalam rangka memperkuat daya tahan dan daya saing ekonomi negara kita,” demikian salah satu poin arahan Jokowi kepada para pembantunya soal virus corona ini.

Selain itu, ia juga meminta agar meningkatkan promosi untuk menyasar ceruk pasar wisman yang mencari alternatif destinasi wisata karena batal mengunjungi Cina, Korea, dan Jepang yang mana ketiga negara itu memang tercatat sebagai negara dengan wabah Covid-19 cukup akut. Negara lain juga ketar-ketir menangani virus corona dan mulai memberlakuan travel banned di sana sini, Indonesia justru melakukan sebaliknya: pemerintah menganggarkan Rp72 miliar untuk mendanai pengguna media sosial atau influencer dalam paket insentif pariwisata guna menangkal efek negatif penyebaran virus corona. Anggaran senilai Rp72 miliar ini diklaim dapat meningkatkan promosi pariwisata, sehingga lebih banyak orang mau bepergian ke destinasi di Indonesia.

Sehingga tidak heran jika sekarang saat kasus Covid-19 di Indonesia meningkat, pemerintah agak kelimpangan karena lamban dalam penanganan dan siaga sedari awal. Berbagai upaya termungkin akan dilakukan termasuk pembatasaan kontak fisik (physical distancing) jadi lebih diperketat. Semua Polri, TNI dan petugas keamanan mulai provinsi hingga desa dikerahkan. Tidak boleh keluar rumah jika tidak ada perlu atau benar-benar penting.

Kebijakan ini juga sebagian kalangan menentang. Terutama yang ekonominya menengah ke bawah dengan menjalankan kerja (berprofesi) sebagai petani, nelayan, pedagang, tukang ojek, dan pekerjaan yang harus ke lapangan atau turun ke jalan. Mereka mengatakan, “kalau tidak kerja ya tidak makan.”

Namun kebijakan ini juga sebagian kalangan menentang. Terutama yang ekonominya menengah ke bawah dengan menjalankan kerja (berprofesi) sebagai petani, nelayan, pedagang, tukang ojek, dan pekerjaan yang harus ke lapangan atau turun ke jalan. Mereka mengatakan, “kalau tidak kerja ya tidak makan”. Memang ini sedikit polemik. Jika memang pemerintah menyarankan stay home atau work from home maka bagi pekerja yang saya sebutkan tadi tidak ada penghasilan, dapat gajinya dari mana kalau tidak disubsidi dari pemerintah.

Andai kata pemerintah Indonesia mengover biaya hidup mereka yang tinggal di wilayah yang melakukan local lockdown, seperti negara-negara lain yakni Australia, Canada, Belanda, Amerika, dan lainnya. Beda halnya dengan aparatur sipil negara (ASN) setiap bulan masih mendapat gaji, tapi bagaimana dengan pekerja kalangan ke bawah.

Akhirnya diskusi panjang kami terkait hal ini terjawab saat mendengar pemerintah pusat akan menggelontorkan dana bantuan langsung tunai (BLT) ke kepada masyarakat miskin dan pekerja di sektor informal termasuk para pengemudi (driver) ojek daring yang dianggap paling terdampak wabah virus corona baru ini sebesar Rp 1 juta per orang ditambah insentif Rp 1 juta setiap empat bulan. Adapun pula soal skema penyalurannya, menurut Menkeu Sri Mulyani sebagaimana yang dikutip Indonesia Tax News Portal (25/03) antara dibuat serupa dengan Program Keluarga Harapan (PKH) atau disiapkan model yang berbeda, ini masih dalam penggodokan. Langkah dari pemerintah sudah sangat tepat, agar bantuan tidak hanya didapatkan melalui dermawan atau lembaga sosial dan pilantropi saja. Tentu pemerintah harus menjadi penjamin warganya agar tetap tercukupi dalam bentuk mensuport warga yang wilayahnya terdampak.

Karena selain ketersedian bahan pokok, kebutuhan warga lain juga perlu dicukupi berupa dana untuk pembayaran listrik, air dan rumah bagi yang menyeawa atau kontrak, dan kebutuhan primer yang lain. Dana subsidi dari pemerintah bisa diambilkan dari pemangkasan rencana belanja atau anggaran yang belum prioritas di APBD maupun APBN. Contoh yang bisa diusulkan anggaran rencana pembangunan ibu kota baru. Sehingga dapat direalokasi dan refocusing untuk menutup kebutuhan masyarakat di kawasan zona merah yang terpaksa harus diam di rumah.

Terimaksih juga kepada para pahlawan tenaga medis, kurir, babang ojek online, kurir delivery order, dan lain-lain yang juga memberikan bantuan di lapangan untuk membantu masyarakat yang tidak bisa keluar. TNI dan polisi juga bahu-membahu membantu keamanan dan mengatur proses kebijakan physical distancing warganya. Beberapa instansi diliburkan kecuali rumah sakit, pertahanan, air dan listrik. Sehingga kebutuhan sehari-hari masih bisa tercukupi dan lebih mudah. Dalam kondisi seperti sekarang ini, sesungguhnya mereka yang diamanahi berada di garda terdepan adalah pahlawan kita.

Pernah juga dikisahkan dalam sejarah Islam, saat masa kepemimpinan Sayyidina Umar bin Khattab pernah dilanda kekeringan, kelaparan, dan wabah penyakit (tha’un). Lalu apa yang dilakukan Umar sebagai pemimpin (amirul mukminin) dalam menghadapi ujian besar ini? Untuk mengatasinya, Sayyidina Umar memberikan beberapa keputusan strategis, di antaranya, mendistribusikan berbagai kebutuhan pokok ke berbagai wilayah terdampak, dan melarang keras penimbunan bahan kebutuhan. Sedangkan untuk menangani wabah penyakit yang terjadi di negeri Damaskus, Umar ra. menempuh langkah-langkah berupa memastikan supply ketersediaan kebutuhan masyarakat di masa lockdown dan isolasi. Lantas mengajak masyarakat untuk melakukan shalat dan berdoa memohon pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga di sini dapat dipetik juga pelajaran bahwa dahulukan ikhtiar dan doa sebelum tawakal (berserah diri) kepada Allah SWT. Wallahua’lam.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.