• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Psikologi Hari Ini

Belajar Bahasa Inggris Tak Serumit di Sekolah

Mohammad Mahpur by Mohammad Mahpur
March 28, 2022
in Psikologi Hari Ini
188 14
0
Belajar Bahasa Inggris Tak Serumit di Sekolah
Share on FacebookShare on Twitter

Sudah berapa tahun Anda belajar bahasa Inggris. Mana jaminannya, Mahir bahasa Inggris dari dalam kelas atau kemahiran Anda justru ketika mengambil kursus mandiri di luar kelas. Sejak SMP sampai dengan Perguruan Tinggi, saya tidak luput dari yang namanya diajari mata pelajaran Bahasa Inggris dengan tingkatan yang beragam sesuai dengan jenjang pendidikan.

Charlotte Blackburn. Perempuan Amerika yang menjadi fasilitator Garuda Rising

He, he, he, barangkali saya yang terlalu beralasan karena saking bencinya atau malasnya ketika belajar bahasa Inggris. Bahasa Inggris boleh dikata satu dari pelajaran yang dihindari oleh banyak siswa. Tapi coba ingat-ingat teman sekelas dulu. Mereka bisa terlihat menguasai bahasa Inggris karena ada kegiatan tambahan, seperti kursus Bahasa Inggris, berbeda dengan yang mengandalkan pelajaran di kelas. Maaf jika observasi saya terlalu membenarkan saya yang tidak piawai bahasa Inggris. Padahal sampai perguruan tinggi pun saya selalu diajari bahasa Inggris.

Belajar di Sekolah Selalu Kehilangan Konteksnya
Saya coba contohkan pelajaran bahasa Indonesia. Sepertinya juga sama kasusnya. Kita belajar bahasa Indonesia sejak dari SD sampai perguruan tinggi. Lalu siapa yang menjadi penulis ? Balik lagi ke hanya orang yang memang berbakat menulis yang akhirnya menjadi penulis ternama. Tidak tanggung-tanggung, bahkan sampai usia memasuki jenjang perguruan tinggi yang menuntut kemampuan menulis, masih laris manis pelatihan-pelatihan menulis. Beberapa mahasiswa, banyak lo…, yang masih saja mengatakan selalu sulit memulai menulis. Sungguh anehkan, padahal bahasa Indonesia adalah bahasa nasional kita ?

Saya punya kisah menarik. Anak saya dulunya suka menulis dan tajam kata-kata puitisnya. Saat diminta tugas oleh gurunya membaca puisi dan lomba, justru disuruh mencari puisi-puisi yang ditulis orang lain. Ijin ingin menulis sendiri tidak diterima. Lagi-lagi saya berapologi, kesempatan menulis anak saya surut seiring mengerjakan tugas sekolah yang semakin menghimpit, termasuk tugas bahasa Indonesia juga.

Berdasarkan contoh apologetis tersebut, ada yang perlu diluruskan ketika sekolah mengajarkan bahasa. Pelajaran yang diberikan hari ini sepertinya tidak tersambung dengan dunia nyata. Belajar angin tetapi tidak pernah bersimulasi dengan angin sebenarnya, tapi disuruh menghapal atau latihan menjawab soal setelah diberi informasi dari bacaan tentang angin.

Pelajaran seperti itu tidak pernah membangun kembali pemahaman terhadap ilmu pengetahuan. Padahal ilmu pengetahuan bisa hidup dan dikuasai ketika anak mampu membentuk pengetahuan baru dari hasil olah cipta.

Begitu juga dengan bahasa Inggris yang telah kehilangan konteks belajarnya. Pelajaran bahasa akhirnya bertujuan mampu menjawab soal dan penguasaan struktur dan gramatikal. Bahkan penguasaan tenses menjadi ujung tombak kualifikasi kemahiran bahasa Inggris. Cara-cara ini yang salah kaprah pooollll meskipun memang berguna. Namun, kemampuan itu merupakan pencapauan tertinggi yang melampaui kebutuhan praktis dan langsung dalam berbahasa. Ya, bagi kalangan akademisi kemampuan tersebut memang diperlukan ketika usaha yang bersifat praktis terpenuhi.

Berbahasa dan Budaya Komuniatif
Apa kebutuhan praktis dalam berbahasa. Ya, kebutuhan praktis berbahasa adalah berkomunikasi. Titik pangkalnya tidak lain adalah komunikasi lisan. Seseorang mampu berkomunikasi dengan orang lain. Yang paling utama begitu. Sesederhana itukah ? Ya. Coba kita lihat yang paling sederhana cara berbahasa dalam bahasa ibu. Kemampuan berbahasa yang paling utama adalah kemampuan lisan. Kemampuan bertutur dan memahami apa yang ditururkan bukan kemampuan membangun struktur bahasa yang ketat dan tertib gramatikal.

So, berbahasa tidak lain ya membudayakan komunikasi. Budaya yang paling awal adalah budaya tutur. Sama seperti kita berbahasa ibu. Kita selalu diajari bertutur, berinteraksi dengan bahasa tutur dan berkomunikasi semakin baik dengan bahasa tutur. Saat kita mendengarkan cerita dari ibu atau guru, kita sebenarnya juga sedang belajar bahasa. Kita diajari melafalkan ayah, ibu, bapak, maem, dengan penuh belepotan pun dalam rangka untuk menguasai lafal-lafal bahasa.

Bahkan tidak pernah kita menghafalkan kosa-kata (vocabulary), toh akhirnya kita mampu menggunakan bahasa ibu dengan baik. Kepentingan praktis yang dapat dikenali dan merupakan kebutuhan langsung pada bahasa Inggris nampaknya akan menentukan kemampuan menguasai bahasa Inggris.

Kemampuan berbahasa yang paling utama dan sebaiknya didahulukan ya kemampuan berkomunikasi. Bukan tentang gramatikalnya. Dackhin, seorang Selandia Baru mengatakan, orang-orang native tidak pernah ribut dengan aneka tensis. Charlotte, perempuan english empowering berkebangsaan Amerika juga berkata, “berbicaralah tanpa takut salah atau tidak sesuai dengan struktur bahasa Inggris yang baik, karena seorang native akan memakluminya dan berusaha menangkap apa yang kamu katakan.” Seorang native tidak akan mengevaluasi tentang gramatikalmu, tetapi lebih ingin menangkap pemahaman terhadap apa yang kamu ucapkan.

Keduanya mengibaratkan, saat dia berbahasa Indonesia yang agak belepotan, apakah kita sebagai orang Indonesia akan mengoreksi SPOKnya, ataupun teknik mereka berbicara. Tidak kan. Kita justru berusaha menangkap maksud bicaranya meskipun menurut kita apa yang diucapkan agak aneh, kurang pas dan spelling yang beda. Kita berusaha memahaminya dan bisa paham. Jadi begitulah belajar berbahasa. Belajar berbahasa Inggris yang berbicaralah sebagai praktik komunikasi.

Jadi, saya ingin berkisah di akhir tulisan ini. Saya di tahun terakhir ini belajar bahasa Inggris ke Charlotte Blackburn. Tidak banyak waktu pertemuan. Lebih banyak waktu yang saya habiskan di kelas-kelas zaman dulu. Kira-kira tidak sampai 12 kali pertemuan.

Hasilnya apa ? Ya…., saya telah berani berbicara bahasa Inggris. Super berani. Saya juga tidak menghafal kosa kata bahasa Inggris. Ada juga seorang mahasiswa akhir yang ikut klub Garuda Rising. Klub bahasa Inggris Gusdurian Malang diadakan setiap Senin malam. Belum sampai berpuluh-puluh pertemuan. Kira-kira 5 kali pertemuan, dia sudah percaya diri berkomunikasi, sementara dia bilang sudah sering mengulang kuliah Bahasa Inggris berkali-kali sepertinya merasa tidak bisa berbahasa.

Kita perlu menggarisbawahi. Berbahasa tidak lain adalah bertutur. Banyak latihan bertutur dari yang kita sukai. Kita bisa gunakan dari sumber yang bervariasi, tetapi tetap jangan lupa, sebisa mungkin berbicaralah, menirulah agar sumber bacaan atau apa yang kita dengar bisa pula kita lafalkan. Berbahasa adalah praktik berkomunikasi, sementara gramatikal dan tensis hanyalah diperlukan bagi orang yang ingin tes beasiswa atau kuliah ke luar negeri yang mensyaratkan skor toefl. Itulah intinya.

Jikalau bertahun-tahun kita belajar bahasa Inggris di sekolah tetapi tetap tidak bisa berbahasa, karena cara belajar kita terkungkung oleh buku, bukan tentang bahasa adalah ruang budaya komunikasi.

“Semoga para guru Bahasa Inggris segera menutup buku dan mencari buku-buku hidup tentang bahasa sebagai bahan belajar berkomunikasi.

Tags: Bahasa Ibubahasa indonesiaBeasiswaBelajar Bahasa InggrisPendidikanSekolah
Previous Post

Seri Bisnis 1: MEMBANGUN ASET, Menyiapkan Menjadi Kaya dengan Pemasukan Pasif

Next Post

Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

RelatedPosts

Gulat dengan Sang Profesor
Kuliah Desa

Gulat dengan Sang Profesor

by Mohammad Mahpur
October 1, 2022
0
169

KAMPUSDESA.OR.ID--Gulat dengan sang profesor kecil menjadi pengalaman bermain menarik waktu itu di sepah (sampah tebu hasil penggilingan). Masa kecil yang...

Read more
Keluar dari Efek Lampu Sorot
Psikologi Hari Ini

Keluar dari Efek Lampu Sorot

by Redaksi
April 8, 2022
0
98

Jiwa sosial itu layaknya sudah menjadi keterampilan “bertahan hidup” tingkat dasar yang perlu dilatih sebagai modal bagi manusia untuk disebut...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In