Tips Orang Tua Menjadi Guru Belajar Dari Rumah

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Saat pandemi, orang tua seperti guru kedua bagi anak-anaknya. Oh, apa bukan guru pertama ya? Kan, tugas orang tua memang pertama bagi anak-anaknya sendiri. Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan orang tua ketika mendampingi anak belajar dari rumah. Tips berikut bisa menjadi satu di antara pilihan tugas orang tua menjadi guru di rumah. Simak yuk!

KAMPUSDESA.OR.ID–Di masa pandemi permasalahan pendidikan anak menjadi bertambah. Dengan diberlakukannya pembelajaran jarak jauh menimbulkan permasalahan tersendiri bagi orang tua. Hal itu menyangkut dikhawatirkannya rendahnya daya serap dan penerimaan materi pelajaran.

RelatedPosts

Orang tua masih banyak yang beranggapan bahwa sukses akademislah yang menjadi penentu masa depan anaknya. Sehingga pada saat dihadapkan dengan kondisi pembelajaran yang berbeda, guru tidak memberikan materi secara langsung, maka puncak kekhawatiran terhadap penguasaan isi materi pembelajaran melanda para orang tua.

Belum lagi kekhawatiran terhadap hubungan sosial anak. Meski dengan banyak pembatasan akibat pandemi Covid-19, kenyataannya anak-anak tetap saja bermain dengan teman-temannya sehingga waktu bermain lebih banyak dibandingkan pada saat sekolah pada kondisi normal. Jika masuk sekolah sekitar enam sampai tujuh jam berada pada pengawasan dan bimbingan guru. Saat itulah orang tua relatif lebih mudah tanggung jawabanya karena sudah dibebankan kepada guru. 

Muncul beban orang tua yang mengakibatkan berbagai kasus kekerasan terhadap anak, baik secara fisik maupun verbal.

Baca juga: Menalar Covid-19: Ragam Gagasan Menyikapi Pandemi – Kampus Desa Indonesia

Dari situlah muncul beban orang tua yang mengakibatkan berbagai kasus kekerasan terhadap anak, baik secara fisik maupun verbal. Hal itu disebabkan masih buntunya pengetahuan orang tua untuk menghadapi situasi pembelajaran darurat di tengah-tengah semangat yang tinggi terhadap proses belajar anaknya. Orang tua penuh harapan, dengan keberhasilan akademis masa depan anak juga menjadi lebih baik. Namun masih banyak yang belum menyadari jika keberhasilan akademis harus banyak diimbangi dengan keterampilan sehingga keberhasilan hidupnya akan lebih sempurna.

Dilaporkan dari hasil survey National Association of Colleges and Employers (NACE). Pada survey tersebut didapat 20 Kepribadian Unggul (Winning Characteristic), yang diurutkan sebagai berikut: kemampuan komunikasi, kejujuran/integritas, kemampuan bekerja sama, kemampuan interpersonal, beretika, motivasi/inisiatif, kemampuan beradaptasi, daya analitik, kemampuan komputer, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail, kepemimpinan, kepercayaan diri, ramah, sopan, bijaksana, indeks prestasi, kreatif, humoris, kemampuan berwirausaha.

Dari laporan tersebut menempatkan prestasi akademik pada urutan ketujuh belas. Realitas ini menunjukkan kepada kita bahwa kepribadian yang unggul pada anak dapat dibentuk dengan faktor-faktor penunjang itu.

Dari laporan tersebut menempatkan prestasi akademik pada urutan ketujuh belas. Realitas ini menunjukkan kepada kita bahwa kepribadian yang unggul pada anak dapat dibentuk dengan faktor-faktor penunjang itu. Akademis bukan satu-satunya penentu keberhasilan masa depan anak. Mereka memiliki potensi yang cenderung berbeda dari anak lainnya serta harus ditunjang dengan pengembangan diri seiring dengan waktu dan hubungan sosial dengan lingkungan.

Baca juga: Mengatasi Perilaku Menyimpang Anak Dalam Kelas – Kampus Desa Indonesia

Masa pandemi saat ini harus disikapi secara positif oleh orang tua. Mencari alternatif pendampingan terhadap waktu-waktu yang dimiliki anak saat tidak bersekolah dengan kegiatan yang bermanfaat. Dengan begitu orang tua tidak menghabiskan energi untuk mencari kekurangan sistem pembelajaran di masa pandemi, yang jelas tidak sempurna dan dapat memenuhi keinginan dan harapan.

Kegiatan yang dapat dilakukan orang tua agar waktu anak di masa pandemi dapat membawa manfaat dan dapat menunjang keberhasilan masa depan diantaranya antara laim menyusun jadwal harian anak. Harapannya anak dapat memanfaatkan waktu dengan terencana, waktu terpakai tidak untuk hal yang sia-sia.

Orang tua juga dapat menjadwalkan pembelajaran dengan guru. Bukan tidak mungkin orang tua mengalami kesulitan dalam penguasaan materi pelajaran tertentu sehingga perlu komunikasi yang baik dengan guru kapan dapat memberi waktu untuk konsultasi atau menanyakan materi secara lebih dalam.

Oram tua juga bisa memberi waktu untuk membaca buku. Membaca merupakan kegiatan wajib yang perlu dibiasakan siswa. Sejak lama jargon buku jendela ilmu didengungkan. Tetapi jika tidak dilatihkan sejak dini anak, dalam penguasaan literasi baca juga rendah. Apalagi di era disrupsi, buku sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan menjadi kunci untuk memperluas cakrawala pengetahuan. Munculnya ide bisa berawal dari inspirasi yang diperoleh dari membaca berbagai macam bacaan yang dibacanya dengan penuh pemaknaan.

Mengikutsertakan anak dalam pelatihan keterampilan juga bisa menjadi pilihan. Daripada waktu yang terbuang banyak, orang tua harus selektif menentukan keterampilan yang harus dikuasai. Keterampilan penggunaan aplikasi komputer misalnya, dapat menjadi pilihan bagi anak. Tentu saja harus selektif, menyesuaikan dengan bakat dan minat anak. Yang tidak kalah penting, di masa pandemi apakah lembaga yang dipilih tersebut menerapkan protokol kesehatan atau tidak. Jika memungkinkan terhadap jenis keterampilan tertentu bisa dipanggil ke rumah untuk bimbingan secara privat.

Kegiatan lainnya bisa mengarahkan untuk mengikuti kompetisi virtual. Selama masa pandemi banyak lembaga yang memberi kesempatan untuk berkompetisi jarak jauh. Tentu saja orang tua harus rajin membantu menelusuri situs-situs anak dan lembaga pendidikan agar tidak tertinggal kesempatan untuk berkompetisi. Edukasinya selain berkompetisi, anak akan memanfaatkan waktu untuk hal positif dan berlomba dalam memberi kebaikan.

Dengan pemanfaatan lomba virtual itu, waktu anak diharapkan tidak hanya digunakan untuk mengakses situs-situs yang tidak bermanfaat. Tetapi sebaliknya, mereka mendapatkan pembelajaran dari kegiatan positif yang mereka ikuti. Waktu mereka juga terisi dengan edukasi dibandingkan dengan terbuang dengan terus bermain dan tidak mendapatkan manfaat. Karena dengan cara belajar yang banyak memanfaatkan gawai, tidak sedikit yang memanfaatkan kesempatan itu untuk lebih banyak bermain dengan berbagai fitur yang kurang mendidik.

Menjadwalkan kegiatan ibadah bersama keluarga juga penting, bisa juga mengikutsertakan dengan mengikuti kajian agama, harapannya dengan waktu yang cukup lama di rumah dapat menyerap siraman rohani berisi nilai-nilai religi sebagai sarana penangkal pengaruh negatif di lingkungan. Dengan kegiatan tersebut orang tua juga akan lebih mudah menyisipkan nilai dan ajaran agamanya kepada anak.

Selain itu mengajak membantu kegiatan di rumah bersama orang tua sebagai pilihan mengisi waktu. Keterampilan hidup bisa didapatkan dengan mengajak anak untuk ikut membantu bercocok tanam, membantu ibu menyiapkan makanan, mengajak merawat hewan peliharaan. Atau membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Tentu saja itu kesempatan baik bagi orang tua untuk memasukkan nilai kebaikan hidup seperti nilai kerjasama, gotong royong, disiplin dan etos kerja. Kegiatan itu harus dijelaskan manfaat yang diperoleh dan nilai pendidikannya. Jika tidak, hasilnya bisa sia-sia karena anak bisa saja menanggapi dengan persepsi yang lain.

Tantangan anak kedepan adalah apa yang dapat dilakukan dengan keterampilan komunikasi, kerjasama, kreatifitas dan kemampuan untuk berfikir kritis dan logis dalam menghadapi tantangan teknologi dan kehidupan masyarakat sosial yang tanpa batas seperti saat ini .

Masa pandemi memberi peluang kepada orang tua untuk memanfaatkan waktu anak dengan mengisi kegiatan yang mengarah pada keterampilan hidup. Karena tantangan anak kedepan adalah apa yang dapat dilakukan dengan keterampilan komunikasi, kerjasama, kreatifitas dan kemampuan untuk berfikir kritis dan logis dalam menghadapi tantangan teknologi dan kehidupan masyarakat sosial yang tanpa batas seperti saat ini .

Peluang waktu itulah yang perlu dikritisi orang tua sehingga tidak membuang kesempatan anak untuk mengembangkan diri dengan mencari-cari kekurangan dari sistem pembelajaran di masa darurat ini. Tetapi harus dihadapi dengan tindakan nyata yang dapat merubah masa depan anak yang pasti lebih berat tantangannya.

Kabul Trikuncahyo. Penulis adalah Guru SDN 1 Puru, Trenggalek

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.