• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Dokter Rakyat

Postmodern dan Bule Masuk Kampung

Nafisatul Wakhidah by Nafisatul Wakhidah
March 24, 2022
in Dokter Rakyat, Opini
200 11
0
Postmodern dan Bule Masuk Kampung
Share on FacebookShare on Twitter

Kesadaran mengenai asupan tubuh yang lebih orisinil sehingga tubuh kita terjamin dari ancaman micin, apakah sebuah keutuhan pemahaman mengenai hidup sehat ? Seorang bule Jerman begitu selektif memilih makanan yang dia santap. Dia pun menolak makan bakso, setelah bertanya, apakah di bakso itu ada micin? Apakah lidah kita sudah mengalami doktrin micinisasi hingga jauh merasuk dalam keyakinan kita ?

3 Februari lalu, Alhamdulillah masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk pulang ke tanah kelahiran setelah hampir dua tahun terdampar di Negeri der Panzer. Momen tersebut begitu berarti setelah sekian lama menabung kerinduan di Negeri seberang. Mudik dan Desa dua khasanah yang tak akan pernah bisa dipisahkan dalam perjalanan kehidupan saya. Suasana kekerabatan, gotong royong, hidup sederhana, dan beragam kekhasan lain yang mungkin telah memudar atau bahkan langka ditemukan lagi hari-hari ini.

Dikarenakan tidak banyak barang yang akan dibawa pulang berinisiatiflah saya untuk ikut tradisi teman-teman di perantauan berupa jasa jual bagasi. Jasa jual bagasi ini kebanyakan dilakukan oleh para mahasiswa dari Jerman yang hendak pulang ke Indonesia dan menjual bagasinya dengan harga per kilogram sekian Euro. Selain menguntungkan bagi para mahasiswa yang rata-rata di Jerman ini Kuliah sambil Bekerja, tradisi tersebut juga menguntungkan para pembeli jasa sebagai alternatif mengirimkan barang dengan segera sebab kesempatan untuk pulang ke Tanah Air yang memang masih jauh dari perencanaan.

Dari sekian nama yang menitipkan barang ke saya, kebetulan satu diantaranya adalah Mbak Bule Jerman yang telah tinggal lebih dari tiga tahun di Yogyakarta, sebut saja namanya Mbak Susie. Hari berikutnya, tanggal 4 Mbak Susie berencana mengambil barang ke rumah. Dengan modal share-loc dari Whatsapp berangkatlah Mbak Susie beserta sang anak mencari alamat yang juga berada sekitar 12 Km dari puncak Merapi itu. Meski dihadang hujan deras bulan Februari dan bertanya ke orang di jalan, sampailah Mbak Susie di rumah saya. Entah kebetulan atau tidak Mbak Susie ini sepertinya orang Bule pertama yang masuk ke dusun kami dan dia sangat terkesan dengan hijaunya rerimbunan pohon Salak yang tak putus-putusnya di daerah kecamatan kami.

Makanan-makanan Bio setidaknya 5 sampai 15 tahun terakhir menjadi pilihan utama mayoritas warga Jerman yang telah sadar akan pentingnya makanan yang diproduksi secara baik, sehat serta tidak banyak campuran zat kimia bagi kesehatan.

Setelah menyerahkan barang-barang titipan yang kebanyakan adalah makanan berlabel Bio, kami pun mengobrol panjang lebar. Makanan-makanan Bio setidaknya 5 sampai 15 tahun terakhir menjadi pilihan utama mayoritas warga Jerman yang telah sadar akan pentingnya makanan yang diproduksi secara baik, sehat serta tidak banyak campuran zat kimia bagi kesehatan. Harga produk-produk Bio ini pun lebih mahal daripada produk makanan biasa lainnya. Mbak Susie ini rela membeli hampir 10 Kg produk-produk Bio dari Jerman untuk sediaan bagi dirinya dan sang anak. Bio di Indonesia bisa hampir disamakan dengan produk-produk organik yang tidak menggunakan obat atau bahan kimia tambahan dalam proses produksinya.

Ada tiga hal lain yang membuat saya terperanjat dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 4 jam itu. Kalau hal-hal tersebut terjadi di Jerman maka saya tak akan heran, namun saya sangat salut karena kebetulan itu terjadi di Indonesia dan di Rumah kami. Oh ya, Mbak Susie ini usianya kira-kira masih dibawah 35 tahun, saya pribadi enggan bertanya karena itu merupakan wilayah privasi yang kebanyakan Bule tidak menyukainya jika ada yang bertanya.

Pertama, dikarenakan dingin setelah hujan kami berinisiatif menyajikan bakso hangat bagi Mbak Susie dan sang anak. Sejurus kemudian Mbak Susie bertanya, itu di dalamnya apakah ada kandungan micin-nya? Sontak kami pun mengangguk sebagai tanda mengiyakan. Meskipun si Anak sangat menginginkannya, Mbak Susie hanya memperbolehkan si Anak mengambilnya satu butir. Sedang minumannya pun dia tak mau teh dengan gula yang kebanyakan menjadi minuman utama bagi tamu, Mbak Susie memilih untuk segelas air  putih hangat saja.

Momen kedua, kala Mbak Susie menengok kolam belakang rumah kami yang kebetulan ikannya sudah besar-besar karena Bapak memang merencakan untuk menangkapnya setelah saya pulang ke rumah. Mbak Susie pun bertanya, ikannya dikasih makan apa kalau di sini? Tradisi di rumah kami sekian lama sebenarnya hanya memberinya dedaunan lalu entah sudah berapa lama akhir-akhir ini juga menggunakan pelet sebagai tambahan. Mbak Susie pun bilang kalau pelet itu pun sebenarnya tidak baik buat ikan, karena banyak kimianya. Saya sendiri pun saat itu sebenarnya belum menyelidiki dari apakah pelet terbuat? Momen menohok yang luput dari pengetahuan saya pribadi dan hanya berarti harus lebih teliti dan belajar lebih lagi tentang apa-apa saja kandungan dalam setiap makanan itu.

Momen ketiga, setelah dua hingga tiga jam mengobrol kesana-kemari dan hujan sepertinya telah usai Mbak Susie beserta anak ingin ditemani jalan-jalan ke luar melihat-lihat dusun. Di sebelah timur dusun kami terdapat Benteng yang dibangun lebih tinggi dari pemukiman warga sebab berbatasan langsung dengan Kali Bebeng (Sungai Bebeng) yang dulunya dibuat untuk menanggulangi Banjir Lahar Dingin Merapi yang dulu pernah menyapa dusun kami. Hilir dari Kali Bebeng ini nantinya adalah Kali Krasak yang menjadi batas antara Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dengan Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mbak Susie menyampaikan kesannya akan sangat senang bisa jalan-jalan di hijaunya dusun kami, melihat banyak tanaman palawija, kolam, juga pohon-pohon Kelapa yang begitu langka. Saya sendiri sangat maklum sebab di Jerman tidak ada pohon Kelapa dan imajinasi mereka tentang liburan indah ialah bisa berjemur di Pantai dibawah pohon-pohon Kelapa dengan hangatnya sinar mentari yang menyinari.

Posmodernisme, Kembali ke yang Aslikah ?

Salah satu ide positif dalam Postmodernisme ialah penggalian kembali inspirasi-inspirasi tradisi dan spiritual yang tergeser oleh rasionalisme yang pragmatis. Masa dimana suatu hal dapat mudah sekali terganti dengan hal yang baru yang memiliki nilai lebih tinggi sebab manusia tak lagi memandang modernisasi sebagai suatu upaya yang dapat memuaskan kebutuhan mereka. Salah satu ciri postmodern sebagaimana cerita di atas bisa kita sebut kecenderungan adanya Bali Ndeso, Kembali ke Desa, kembali pada kearifan-kearifan yang telah lahir dan mengakar sejak dahulu di sana. Seperti semangat bule yang saya ceritakan di atas, barangkali peristiwa tersebut bisa dikait-kaitkan, oh ternyata postmodern sendiri pertama kali muncul dari Jerman pada tahun 1917 oleh Rudolf Pannwitz. Kalau ada bule Jerman sadar terhadap kebutuhan otentik tubuhnya dan selalu bertanya yang asli-asli, maka posmodern adalah kesadaran membongkar kepalsuan menuju keaslian. Dan gaya hidup resto kembali ke budaya dan tradisi akan menjadi bagian dari kesadaran akan yang asli.

Pada budaya makan sendiri orang-orang Indonesia terutama konsep-konsep restoran sudah banyak yang kembali menampilkan suasana budaya adat sebagai ikon yang dihadirkan tahun-tahun belakangan ini. Di Jogja misalnya telah menjamur konsep resto dengan dekor Joglo, Saung, hiburan instrumen gamelan, Lesehan, Makan dengan tangan langsung, Kendi, dan suasana khas Jogja dan Jawa lainnya. Pada perjalanan waktu benar bahwa jadilah dirimu sendiri, diri yang ditakdirkan Tuhan terlahir bersuku Jawa dengan budaya dan keluhurannya yang tinggi. Jangan mudah latah, ikut-ikutan budaya lain yang malah jauh melenceng dari sejatinya diri kita. Terimakasih kepada Mbak Susie dan family yang telah mengingatkan akan budaya Jawa kami yang setidaknya telah banyak berubah sekitar 20 tahun terakhir ini.

Apakah Bali Deso itu berarti kembalinya lidah orisinil tanpa micin. Orang Jerman mengingatkan saya, kehadiran Bule Kampung menyadarkan jika reproduksi kebudayaan Jawa dalam berbagai ekshibisi modern seperti kuliner, ekonomi kreatif dan berbagai pilihan barunya, apakah sejatinya mereka hanya sebagai kegiatan membangun branding atau mereka pun telah mampu mengembalikan taste lidah kulinernya tanpa micin ? Posmodernisme berarti melawan hegemoni micinisasi yang meninabobokkan.

30 JUNI 2018. BADEN WUERTTEMBERG, JERMAN

Tags: BuleJawamasakan tradisionalPosmodernismeTradisional
Previous Post

Aku Cah Ndeso Maka Aku Menulis

Next Post

Ribuan Inspirasi Membanjiri Konvensi Pendidikan Indonesia VI

Nafisatul Wakhidah

Nafisatul Wakhidah

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri
Dokter Rakyat

Sehat dengan Hemat Menggunakan VCO Buatan Sendiri

by Ulil Fitriyah
November 22, 2022
0
80

Kampusdesa.or.id--Tidak perlu menunggu sakit untuk hidup sehat. Pernyataan seperti ini mudah diucapkan, tetapi berat untuk dilakukan bagi sebagian orang. Bagaimana...

Read more
Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut
Dokter Rakyat

Bunga Kenanga berpadu VCO Bermanfaat untuk Kecantikan Kulit dan Rambut

by Eny Yulianti
November 21, 2022
0
90

Kampusdesa.or.id--Bunga Kenanga sangat dikenal di masyarakat Indonesia. Masyarakat luas menggunakannya sebagai tabur bunga di makam atau digunakan saat tabur kematian....

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In