Perempuan Antar Umat Beragama Bicara Islam Nusantara

326
SHARES
2.5k
VIEWS

Viral media sosial yang pro dan kontra Islam nusantara nampaknya membikin kebingungan para anggota perempuan antarumat beragama di Malang. Kekhawatiran ini disinyalir dari beberapa pertanyaan dan ketakutan, jangan-jangan Islam nusantara ini bagian dari Islam yang garang, atau Islam jenis apa lagi ini? PAUB kemudian memperjelas posisi Islam nusantara di Unisma agar tidak terjadi kekhawatiran dan kesalahpahaman bagi umat di luar Islam.

KampusDesa, Malang–Perempuan Antarumat Beragama menyapa UNISMA dan berbicara Islam Nusantara, padahal mereka tidak seiman. Itulah kenyataannya ternyata PAUB peduli terhadap kebingungan dari umat di luar Islam yang melihat kok ramainya pertentangan di media sosial antara yang menolak dan menggagas Islam nusantara. Nah dari kalangan umat di luar Islam pada akhirnya ingin belajar mendengar sudut pandang Islam nusantara. Di sinilah akhirnya pada Jumat, 3 Agustus 2018, Unisma memfasilitasi forum ini dan sekaligus langsung disambut dengan MoU antara PAUB dan UNISMA dengan tajuk Seminar Perempuan Lintas Agama melalui tema “Memahami Islam Nusantara : memperkokoh sikap inklusivisme perempuan umat beragama dalam bingkai NKRI” di ruang Syaikhona Kholil gedung Utsman Bin Affan.

Kreatifitas Orang Islam

RelatedPosts

Maskuri, Rektor UNISMA yang sekaligus menjadi narasumber memaparkan sudut pandang mengenai Islam nusantara. Menurutnya, Islam nusantara adalah kreatifitas yang dibutuhkan sebagai ikhtiar membumikan Islam. Seluruh ajarannya juga sama. Suasana Islam nusantara merupakan bagian dari semangat damai untuk kepentingan bangsa ini. Suatu contoh adalah halal bi halal yang digagas oleh KH. Wahab Chasbullah, ketika diminta Soekarno mendamaikam sesama umat Islam yang sedang konflik maka KH. Wahab mengusulkan kegiatan halal bil halal untuk menumbuhkan semangat islah. Inilah kreatifitas yang dimiliki oleh bangsa ini khususnya sebagai bagian dari pengembangan kearifan lokal.

Semenfara itu ada pandangan lain bagi seorang rektor yang mendeklarasikan bahwa Unisma adalah kampus multikulturalisme, terkait dengan tema inklusivisme perempuan dalam bingkai NKRI. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama. Al Ahzab ayat 35. Dijelaskan Posisi laki dan perempuan itu sama di hadapan Allah SWT. Al Hujurat 13. Yang membedakan masalah ketaqwaan di sisi Allah. Jadi laki-laki dan perempuan memiloki konstribusi yang sama dalam megembangkan peradaban dan kebudayaan. Jadi laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama. Kecuali hanya wanota yang bisa melakukan maka di sinilah yang membedakan dan tidak bisa mengelak.

Dalam bidang muamalah seperti pendidikan atau yang lainnya maka perempuan juga wajib memiliki peran yang sama.

Sayyidah Yulaikho’ sering menolak permintaan nabi Yusuf. Dia begitu cinta kehidupan dunia. Termasuk menolak hubungan biologis. Maka istri tersebut ditegur Allah. Maka ini tidak bisa digantikan. Maka perempuan harus menuruti laki-laki. Tetapi kalau dalam bidang muamalah seperti pendidikan atau yang lainnya maka perempuan juga wajib memiliki peran yang sama. Oleh karena itu kalau perempuan berperan juga, tidak hanya sebagai konco wingking saja akan menjadikan bangsa ini lebih kokoh. Maka yang terjadi adalah fastabikhul kboirat. Maka tidak ada yang saling salip-menyalip untuk mengunggulkan. Jadi semua memiliki kesempatan yang sama dalam fastabikhul khoirat. Jadi satu sama yang lain harus saling membantu.

Menurut Maskuri, UNISMA berkomitmen sebagai perguruan tinggi yang inklusif. Ini bukan sekedar jargon saja. Semangat ini dibuktikan Unisma sebagai kampus multikulturalisme. Suatu contoh kalau ada baiat wisuda, maka para tokoh agama selain Islam diberi kesempatan untuk membaiat para wisudawan yang agamanya di luar Islam. Begitu uraian Maskuri mengakhiri pembicaraan mengenai Islam nusantara, peran perempuan dan kontribusi Unisma dalam menciptakan perguruan tinggi multikulturalisme.

Islam Nusantara dan Perempuan Lintas Agama

Sajian lain mengenai sudut pandang Islam nusantara dipaparkan oleh Mufidah. Sosok yang turut melahirkan PAUB dan tidak lama lagi akan menyandang Guru Besar bidag sosiologi hukum Islam, ini menguraikan agak rinci mengenai Islam nusantara dan sinerginya dengan peran-peran perempuan antar-umat beragama.

Hasil naskah penandatanganan MoU Unisma – PAUB sebagai wujud pengembangan Perguruan Tinggi Multikulturalisme

Meski ada ritual di luar ibadah inti, maka ibadah itu tidak lantas menggeser atau menggantikan ibadah inti. Islam nusantara menempatkan proses ritual yang tercipta dari berbagai budaya atau tradisi semata-mata hanya menyesuaikan dengan kehidupan masyarakat secara lunak dengan batasan tidak bertubrukan dengan inti keimanan.

Islam nusantara itu tidak sedang menggantikan ibadah inti Islam. Meski ada ritual di luar ibadah inti, maka ibadah itu tidak lantas menggeser atau menggantikan ibadah inti. Islam nusantara menempatkan proses ritual yang tercipta dari berbagai budaya atau tradisi semata-mata hanya menyesuaikan dengan kehidupan masyarakat secara lunak dengan batasan tidak bertubrukan dengan inti keimanan.

Mufidah menyampaikan, Islam nusantara memiliki tiga karakteristik, berdasarkan waktunya sebagai islam rahmatan lil alamien, berdassrkan ruangnya menunjukkan keanekaragaman budaya dan secara gerakan lebih mengutamakan semangat bermuamalah (terbuka). Suatu contoh adanya ibadah sosial sebagai bagian yang turut menyertai ibadah utama, seperti slametan, iring-iringan ibadah haji atau sekaten. Ritual tersebut tidak akan menggantikan ibadah inti. Islam nusantara itu tidak sedang menggantikan ibadah inti Islam. Meski ada ritual di luar ibadah inti, maka ibadah itu tidak lantas menggeser atau menggantikan ibadah inti. Islam nusantara menempatkan proses ritual yang tercipta dari berbagai budaya atau tradisi semata-mata hanya menyesuaikan dengan kehidupan masyarakat secara lunak dengan batasan tidak bertubrukan dengan inti keimanan.

Islam nusantara itu mencerminkan kekuatan agama, kekuatan cinta tanah air yang menyatu kedalam praktik Islam nusantara. Tujuannya tidak lain adalah membangun peradaban Indonesia. Oleh karena itu, meskipun tidak secara eksplisit tetapi secara praktik sudah dilakukan. Selain itu, pada prinsipnya praktik Islam nusantara membangun prinsip kebinekaan, menjaga bangsa ini sebagai kekuatan yang bisa diambil dari semangat praktis Islam nusantara.

Perempuan Antarumat Beragama di Malang memiliki potensi sumberdaya yang dapat menopang peran kebangsaan

Prinsip lain Islam nusantara juga menumbuhkan spirit kemajemukan, mengutamakan budi pekerti, persaudaraan nasional, menjaga kebebasan beragama sesuai dengan ketentuan UU, termasuk tidak mengganggu agama lain dan menghormati perbedaan agama. Islam nusantara terbuka dengan keanekaragaman. Bukan sebuah agama gado-gado, tetapi pelakunya menyadari bahwa kehidupan di nusantara memang dihidupi oleh berbagai suku dan agama dengan konsekuensi pada beranekaragamnya praktik-praktik beragama dan berbudaya. Islam nusantara adalah bukti historis sebagai sebuah hasil kemampuan bersinggungan dengan keanekaragaman tersebut secara produktif bukan reaktif dan penuh kekerasan/keberagamaan yang memaksa.

Beberapa dasar pemahaman Islam nusantara inilah yang juga memberikan peluang dirterimanya PAUB di negeri ini. PAUB kemudian memiliki peran dalam membangun kemajemukan, multikulturalisme dan tokoh agama memiliki peran dalam menciptakan budaya ramah pada perbedaan.

Beberapa dasar pemahaman Islam nusantara inilah yang juga memberikan peluang dirterimanya PAUB di negeri ini. PAUB kemudian memiliki peran dalam membangun kemajemukan, multikulturalisme dan tokoh agama memiliki peran dalam menciptakan budaya ramah pada perbedaan. Untuk itu peran perempuan lintas agama antara lain untuk mengawal nilai agama dan budaya untuk membangun peradaban umat beragama di Nusantara, dan mengimplementasikan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Begitulah kiranya PAUB menguatkan salah satu semangat jargon “Sehati dalam Keberbedaan.”

Picture of Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.