Sabtu, Januari 18, 2025
Google search engine
BerandaPelajaran Hidup Dari Kerelawanan di Chow Kit

Pelajaran Hidup Dari Kerelawanan di Chow Kit

Melalui kekuatannya seringkali kita sebenarnya diarahkan kemana-mana tempat dimana kita ditunjukkan oleh Sang Maha Kuasa. Jika hidup kita masih lebih baik dari hidup orang lain, memang butuh kepekaan nurani untuk mengambil pelajaran yang sebenarnya tuhan bagikan kepada kita. Ada banyak pelajaran yang kami petik selama pandemi covid-19 di sebuah jalan Chow Kit Kuala Lumpur.

Kampusdesa.or.id–Seberapa sering dari kita mengetahui ada sebuah nasehat yang berbunyi seperti ini, “Kita tidak akan pernah mensyukuri sesuatu, sampai sesuatu itu diambil daripada kita,” mungkin ada sebagian dari kita yang pernah dinasehati dengan nasehat ini atau pun ada juga yang baru mengetahui ada nasehat seperti ini.

Tapi tak apalah mau tahu atau tidak  yang jelas disini saya coba untuk mengingatkan kita semua termasuk untuk diri saya juga, jika kita masih tidak tidak telat untuk kembali mensyukuri apa yang sekarang kita miliki yang mungkin tidak orang lain miliki.

Meskipun seringkali kita menganggap hidup kita penuh kepahitan dan kesedihan karena mengalami banyak kehilangan sekaligus kekurangan tapi kita mesti ingat ada sesuatu yang tuhan selalu ajarkan kepada hambanya, melalui rasa syukur.

Namun, yang perlu kita kenal pasti nasihat  tentang bersyukur, memang mudah dicakapkan namun tak mudah untuk diterapkan, saya pun mengakui bagaimana sulitnya untuk hidup penuh rasa syukur ditengah zaman yang menuntut kita untuk terus menerus tampil berlebihan.

Tapi kita ingat tuhan seringkali tidak membiarkan hambanya terlampau lupa dan membiarkan hambanya hancur,  melalui  kekuatannya seringkali kita sebenarnya di arahkan kemana-mana tempat dimana kita ditunjukkan oleh Sang Maha Kuasa jika hidup kita masih lebih baik dari hidup orang lain, memang butuh kepekaan nurani untuk mengambil pelajaran yang sebenarnya tuhan bagikan kepada kita.

Perjalanan saya dan teman- teman beberapa minggu lepas untuk sejenak melepas penat dari sibuknya dunia akademis ke Bandar Diraja Klang yang kemudian kami akhiri di Chow Kit.

Chow Kit sendiri adalah sebuah daerah di Kuala Lumpur yang berdekatan dengan Kampung Bahru yang terkenal dengan pasar murah meriahnya, namun bukan barang murah yang kami cari, tapi pelajaran hidup yang kami dapatkan. Mungkin ini pelajaran kehidupan kesekian kalinya bagi saya dan mungkin bagi teman-teman saya yang tuhan kembali ingatkan. Pelajaran kehidupan itu kami mulai dari keikutsertaan kami dalam volunteering di wilayah itu.

Dibawah kemegahan menara Petronas dan kesibukan orang-orang, baik yang mencari secercah kehidupan maupun kesenangan, malam itu kami mengumpulkan kembali energi untuk  terlibat dalam program volunteering bersama salah satu komunitas sosial.

Baca juga:

Membangun Solidaritas Sosial di Tengah Situasi Pandemi COVID-19

New Normal, Dibalik Penularan Covid-19 Tenaga Medis

Kala itu waktu sudah menujukkan jam 10 malam. Di sebuah gedung tua kami dibriefing sebelum turun sebagai volunteer dengan sop kesehatan dan juga diingatkan jika nanti kita akan menemui banyak hal yang tidak pernah kita pikirkan ada di Kuala Lumpur. Dengan muka seperti tersiram minyak kelapa sawit, kami berjalan menyelusuri lorong-lorong gelap di wilayah itu. Tak disangka apa yang disampaikan oleh ketua komunitas sosial itu nyatanya benar.

Situasi perjalanan membagi bantuan di Chow Kit

Di lorong-lorong gelap di tengah hiruk pikuk manusia dengan segala kesibukannya dan kediriannya, ada sekelompok manusia lain yang tidur di antara sampah dan genangan air  hujan. Ada juga yang baru keluar di malam itu hanya itu mengais sampah demi untuk hidup di hari esok. Ironisnya, ada satu orang tua yang saya temui sedang mengais sampah berasal dari negara yang sama dengan saya. Yang ketika saya bagi makanan kepadanya, dia sangat berterima kasih dengan mata yang berkaca-kaca.

Teman saya kemudian bertanya, apakah bapak sudah makan? Lalu bapak itu menjawab ‘belum dik, dari sore tadi,” padahal saat itu waktu sudah menujukkan jam 11.40 malam. Perkataan ringkih pria tua itu, berhasil masuk, menerobos dan memaksa luruh kepongahan saya di tengah dinginnya malam, yang belakangan ini seringkali merasa tak puas dengan hidup yang ada,

Ahhh, dalam hati saya berkata Tuhan memang selalu saja punya cara yang unik untuk terus mengenalkan dan mengajarkan kita sesuatu,hanya saja kita yang seringkali lupa.

Dan sekali lagi malam itu saya di ingatkan kalau tuhan memang tidak pernah lupa untuk menyayangi hambanya dengan berbagai cara termasuk kepada saya, teman-teman, dan mereka semua yang malam itu tidur di antara sampah, genangan air, dan siraman hujan.

Langkah pun kembali berlanjut, satu persatu mereka yang tidur di lorong-lorong gelap itu kami bagikan makanan dan sebotol air. Berbagai jenis manusia yang kurang beruntung daripada kami, pada malam itu kami jumpai.

Sepulang kami dari berkeliling Chow Kit, kami beristirahat sejenak dimarkas komunitas sosial itu. Ketua daripada komunitas sosial itu bertanya kepada kami semua “apa yang kalian pelajari malam ini,“ saat itu saya berpikir, “ah, pastinya kepedulian,“ tapi ternyata ketua komunitas itu memberikan saya sudut pandang lain yang melampaui dari hanya sekedar kepedulian atau bahkan mungkin rasa sekedar ingin tahu.

Dia berkata kepada kami,

“Apa yang kalian bisa pelajari malam ini adalah pentingnya bersyukur karena masih memiliki pilihan, kenapa saya cakap macam ni? Kalau kita tengok mereka, nikmat untuk memilih itu sudah tak ada atau mungkin berkurang yang tentu sahaja beda dengan kita semua, yang masih dapat memilih mau makan apa, mau pakai apa, bahkan mau jalan kemana.”

Para relawan sedang di posko pembekalan untuk refleksi penyadaran

Ah, nyatanya itu juga yang saya lupakan, ya nikmat untuk untuk memilih seringkali saya dan mungkin kita semua lupakan. Nyatanya benar apa yang dicakapkan oleh ketua komunitas sosial itu. Sosok pria muda berkacamata yang seharusnya memilih  jalan aman di universitasnya tanpa harus bersusah payah melewati dinginnya malam, sudah memberikan saya pelajaran baru  pada malam itu.

Memang nyatanya, kesempatan kita untuk memilih apapun didalam kehidupan kita, selalu kita lupakan untuk kita syukuri, lalu kemudian  saya berandai-andai bagaimana caranya kita memulai untuk mensyukuri nikmat pilihan itu ?, bagi saya kita bisa memulainya dengan terus menerus melatih diri kita untuk tidak membandingkan  diri kita dengan orang yang memiliki pilihan diatas kita, misalnya saja kalau kita mahasiswa dari kalangan biasa yang tidak bisa memilih makan di restoran mahal, cukuplah kita membandingkan diri kita dengan orang dibawah kita yang mungkin tak dapat memilih untuk sekolah apalagi untuk makan.

Dan yang kedua, kita juga perlu melatih diri kita untuk terus menerus berani keluar dari zona nyaman dimana disitu banyak pelajaran yang bisa kita ambil, dan pada akhirnya melatih kepekaan nurani kita, lewat dua cara itulah saya rasa kita bisa melatih rasa bersyukur. Kita menjadi bagian yang melekat dari hidup kita bukan hanya sebatas bagian seremonial yang hanya kita rasakan saat kita memperoleh kesenangan.

Nah, dan yang terakhir kita harus mencintai diri kita, seringkali karena kurang bersyukur kita merasa insecure, lalu kita merasa tidak bahagia dan tidak berkecukupan. Akhirnya kita menyangkal berkat yang ada dalam diri kita. Nah di sinilah pentingnya memulainya dengan MenCintai diri kita sendiri. Tentunya berbeda dari individualistik karena ada rasa syukur didalamnya.

Karena Mau gimanapun manusia, bahkan secantik atau setampan apapun mereka diluar sana, kalo dia gak pernah mencintai dirinya maka dia tidak akan bahagia  dan akan  tetep gak bakal puas dengan keadaannya sekarang, padahal bisa jadi berkat hidupnya lebih baik dari banyak orang di luar sana.

Sekali lagi kita harus ingat, Tuhan itu pada dasarnya memberikan segala sesuatu dengan porsinya yang adil dan sesuai kebutuhan kita, namun kitalah yang seringkali lupa dan berpikir nikmat hidup kita tak lebih baik dari nikmat hidup orang lain.

Karena kepahitan kita, seringkali kita menyalahkan Tuhan dan mungkin orang di sekitar kita. Padahal jika kita mencoba merenungkan, siapa yang patut disalahkan? Yang gemar meninggikan harapan secara berlebihan Atau yang lupa bersyukur kepada Tuhan atas apa yang sudah didapatkan .

Jadi mulai sekarang kita harus selalu ingat ada berapa banyak orang di luar sana yang memandang kita lebih enak daripada mereka dan mungkin di sela–sela malam, mereka berdoa agar mendapat posisi seperti yang kita rasakan sekarang entah itu bisa makan, sekolah, sehat, atau lainnya.

Rasanya kita harus lebih sering melakukan refleksi di sela-sela ibadah sembari merenungkan sudah cukup manusiakah kita. Kita seringkali berandai-andai ingin ini dan itu tapi lupa tugas kita sebagai makhluk fana yang diutus tuhan untuk menebar manfaat kepada sesama.”

Ketua komunitas itu kemudian menjelaskan lagi “apa yang kami lakukan adalah proses menanusiakan manusia yang dampaknya juga kembali ke diri kita.“ Kalau saya cocokkan dengan rasa syukur karena memiliki nikmat pilihan, rasanya kita harus lebih sering melakukan refleksi di sela-sela ibadah sembari merenungkan sudah cukup manusiakah kita. Kita seringkali berandai-andai ingin ini dan itu tapi lupa tugas kita sebagai makhluk fana yang diutus tuhan untuk menebar manfaat kepada sesama.”

Pernahkah kalian mengetahui prinsip “siapa menanam, maka dialah menuai?“ Nah jika kita memulai menerapkan prinsip ini kedalam diri kita tentu saja lewat perbuatan kecil maka semesta dengan segala kebaikannya akan membantu kita menjadi manusia yang lebih manusia  yang tentu saja akan tertanam rasa  syukur yang sudah menjadi kesatuan dalam diri saya dan anda yang berbeda daripada manusia-manusia lainnya.

So, mulai hari ini atau esok marilah kita sama meningkatkan kualitas rasa syukur kita demi kebahagiaan kita baik fisik maupun mental, caranya sebenarnya Mudah sekali  Mulailah dari hal -hal kecil  dan yang paling mungkin misalnya  Terima kasih ya tuhan aku telah engkau takdirkan bisa menikmati makanan yang telah engkau hidagkan di pagi ini (resapi ketika saat makan berlangsung)

Terima kasih ya tuhan aku telah engkau takdirkan bisa melaksanakan pekerjaan dengan penuh nikmat dan kegembiraan (dilaksanaakan ketika berangkat kerja ketika naik kendaraan).

Semuanya syukuri, nikmati, rasakan, hal-hal kecil ini jarang sekali dilakukan orang (hanya hal besar atau kenikmatan besar saja yg banyak dilakukan orang), tapi pengaruhnya sangat luar biasa.

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments