• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Menyikapi Sengkarut Zonasi PPDB 2019

Sigit Priatmoko by Sigit Priatmoko
March 25, 2022
in Opini
196 8
0
Menyikapi Sengkarut Zonasi PPDB 2019
Share on FacebookShare on Twitter

Pemberlakuan sistem zonasi pada PPDB 2019 menuai kontroversi dan menjadi perdebatan panas hari-hari ini. Kritik tajam dari berbagai kalangan menghujam ke pemangku kepentingan yang menerbitkan kebijakan. Meski spirit yang diusung oleh kebijakan ini positif, namun kegaduhan di kalangan grassroot tetap tak terhindarkan. Usulan untuk penghapusan pun bermunculan. Di tengah sengkarut ini, diperkulan sikap yang tepat untuk menghadapi, agar permasalahan tak semakin menjadi-jadi.

KampusDesa—Kebijakan Kemendikbud kembali menuai kontroversi untuk kesekian kalinya. Kali ini yang menjadi perdebatan publik di tengah masyarakat, hingga menimbulkan pro dan kontra adalah kebijakan penerapan sistem zonasi pada PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) 2019.

Bahkan diberitakan harian Jawa Pos edisi Kamis (20/6), ratusan calon wali murid menyuarakan pendapat di Kantor Dinas Pendidikan Kota Surabaya Rabu malam. Mereka menuntut sistem zonasi dihapus karena dinilai tidak tepat sasaran. Bahkan mereka juga menuntut agar Mendikbud, Muhadjir Effendy diberhentikan dari jabatannya (www.merdeka.com). Berondongan protes serupa juga terjadi di daerah-daerah lain.

Akibatnya, nilai UN yang tinggi tak berpengaruh apa-apa untuk melanjutkan sekolah. Anak juga tidak bisa lagi leluasa memilih sekolah yang diminati

Sengkarut ini berpangkal dari pertimbangan utama diterima atau tidaknya calon peserta didik di sekolah yang dituju. Berbeda dengan sistem lama, sistem zonasi PPDB 2019 ini memprioritaskan jarak antara rumah calon peserta didik dengan sekolah sebagai acuan utama, bukan lagi nilai UN (Ujian Nasional). Akibatnya, nilai UN yang tinggi tak berpengaruh apa-apa untuk melanjutkan sekolah. Anak juga tidak bisa lagi leluasa memilih sekolah yang diminati.

Kebijakan ini diluncurkan sebagai bentuk upaya pemerataan pendidikan nasional. Sebagaimana amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Sisdiknas Tahun 2003, bahwa akses terhadap pendidikan yang berkualitas adalah miliki semua warga negara Indonesia tanpa terkecuali.

Melalui kebijakan ini, diharapkan dikotomi sekolah favorit dan non-favorit dapat dieliminir. Sehingga antara peserta didik yang miskin dan kaya mempunyai akses dan kesempatan yang sama untuk menikmati fasilitas pendidikan yang disediakan negara. Selain itu, anak juga semaki dekat dengan sekolah. Sehingga pengawasan oleh tri pusat pendidikan (sekolah, orangtua, dan masyarakat) dapat berjalan dengan maksimal.

mindset masyarakat kita terkait pendidikan masih terpaku pada nilai (grade). Anak disebut cerdas dan pandai jika nilai akademiknya tinggi

Sebagaimana kita maklum bersama, mindset masyarakat kita terkait pendidikan masih terpaku pada nilai (grade). Anak disebut cerdas dan pandai jika nilai akademiknya tinggi. Anak dengan nilai tinggi harus masuk ke sekolah yang bonafide, yang favorit. Biaya yang tinggi tak lagi menjadi soal. Almamater anak yang favorit juga menjadi nilai prestige dan kebanggan tersendiri bagi orangtua.

Muncullah fenomena industrialisasi dan kapitalisasi pendidikan. Lembaga pendidikan dikelola dengan semangat profit oriented. Biaya semakin melangit selaras dengan layanan yang diberikan. Akhirnya, pendidikan yang berkualitas hanya miliki kalangan atas. Masyarakat kelas bawah harus puas dengan kualitas pendidikan yang seadanya bahkan jauh dari standar dan kelayakan.

Jurang ketimpangan inilah yang hendak dihapus oleh Kemendikbud melalui penerapan zonasi. Sehingga, layanan pendidikan berkualitas bukan hanya milik kaum elit, tapi milik semua. Kemendikbud ingin mewujudkan pendidikan yang bebas dari strata dan kelas sosial-kapital.

Sebelum diterapkan secara nasional, kebijakan ini juga sudah diuji coba di beberapa daerah oleh Kemendikbud. Sehingga, dapat kita katakan tidak ada kosa kata “asal-asalan” dalam penerapan kebijakan ini. Terkait kekurangan-kekurangan yang ada di dalamnya sudah barang tentu ada.

Bagaimanapun bentuk suatu kebijakan, selalu ada sisi kekurangan bahkan negatifnya. Dalam konteks Zonasi PPDB 2019 ini, beberapa hal yang barangkali kurang maksimal dikaji secara mendalam oleh Kemendikbud di antaranya adalah rasio sekolah dengan demografi wilayah, bentuk dan waktu sosialisasi, mindset masyarakat terkait sekolah berkualitas, kondisi geografis, sarana dan prasarana, kualitas dan daya tampung sekolah, letak sekolah, dan sebagainya.

Kebijakan zonasi tidak bisa dipukul rata begitu saja. Apalagi diterapkan secara kaku. Fleksibilitas mutlak diperlukan di sini, mengingat karakteristik antara satu daerah dengan lainnya seringkali berbeda

Kebijakan zonasi tidak bisa dipukul rata begitu saja. Apalagi diterapkan secara kaku. Fleksibilitas mutlak diperlukan di sini, mengingat karakteristik antara satu daerah dengan lainnya seringkali berbeda. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula bagaimana kondisi sekolah-sekolah yang ada. Bagaimana sarana dan prasarananya, bagaimana fasilitas pendidikannya, jumlah dan kompetensi gurunya, dan seterusnya. Sehingga penerapan zonasi harusnya dilakukan bertahap.

Pada aras yang sama, sosialisasi ke masyarakat juga harus dimaksimalkan. Hal ini penting untuk mengubah mindset masyarakat. Masukan dari dinas-dinas pendidikan dan juga sekolah harus dijadikan bahan acuan. Hal ini karena merekalah yang ‘menguasai’ lapangan masing-masing.

Sejalan dengan ini, masyarakat juga harus bersedia membuka mindsetnya. Kegaduhan yang terjadi akhir-akhir ini harus dijadikan sebagai momentum evaluasi. Bukan untuk menghakimi. Hal yang harus dilakukan adalah mencari solusi terbaik dengan memetakan kekurangan-kekurangan yang ada dalam kebijakan ini, kemudian bersama mencari solusi.[]

Tags: fasilitas pendidikanOrientasi PendidikanPendidikanPendidikan Memanusiakanpendidikan pendidikan murahPPDB 2019
Previous Post

Membaca Biografi, Membangun Cermin Diri

Next Post

Ngece Pahlawan Devisa

Sigit Priatmoko

Sigit Priatmoko

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In