• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Mematahkan Senjata (Tangisan, Jeritan dan Amukan) Anak

Nangimatur Rofingah by Nangimatur Rofingah
March 25, 2022
in Opini, Psikologi Hari Ini
193 14
0
Mematahkan Senjata (Tangisan, Jeritan dan Amukan) Anak
Share on FacebookShare on Twitter

Menangis adalah senjata yang dimiliki oleh anak, dengan menangis mereka mampu mendapatkan apa yang mereka mau dengan cepat, apalagi kalau disertai menjerit dan mengamuk dihadapan banyak orang, orang tua mana yang tahan melihat anaknnya bertingkah demikian kalau tidak segera menuruti kemauan anak, namun ketika orang tua tidak mampu menurutinya apa yang seharusnya orang tua lakukan?

KEJADIAN yang bukan pertama kali saya lihat, bahkan mungkin semua orang pernah melihatnya. Anak mengamuk meminta sesuatu pada bundanya, tentu bukan kita yang melihat yang harus repot, tapi ketika sedang melihat kejadian tersebut pasti ikut greget juga ingin menghentikannya. Orang tua mana yang tahan kalau sudah mendengar jeritan sang anak yang sampai terdengar sesak napasnya yang pada akhirnya para bunda harus menuruti keinginan sang anak. Kejadian ini bisa disebut anak cari perhatian, namun dengan senjata yang dimiliki anak-anak sehingga orang tua sulit lagi mengatasinya, yaitu menangis.

Setiap Bunda pasti pernah dihadapkan anak yang sulit dikendalikan saat ia meminta sesuatu, saat anak tidak mau mendengarkan apa yang kita katakan kalau keinginannya belum kita turuti? Lalu menangis atau bahkan mengamuk agar dituruti oleh kita? Atau bahkan anak memukul-mukul bahkan menggigit kalau tidak segera direspon permintaannya.

Pasti kita merasa malu kalau-kalau keadaan tersebut tidak langsung kita hentikan, apalagi dihadapan banyak orang, yang pastinya orang lain juga akan merassa terganggu dengan keadaan anak yang sangat rewel itu.

Lalu bagaimana sikap bunda ketika anak sudah tidak bisa mendengarkan kata-kata kita? Haruskan kita menuruti saja apa yang diinginkan anak? Apa mungkin ini lebih baik dari pada kita malu karena tidak menuruti kemauan anak sedangkan anak sudah  menagis sejadi-jadinya dihadapan banyak orang? Seperti kita sedang benar-benar tidak memiliki uang untuk membelikannya mainan atau makanan yang diinginkannya? Tetapkan kita menurutinya? lalu bagaimana kalau kita mampu menurutinya? mungkin saja lebih baik daripada kita disibukkan dengan kerewelannya namun hal ini pasti juga telah orang tua sadari bukan solusi yang tepat.

Keadaan tersebut biasa kami kenal dengan sebutan Tantrum, ini adalah kondisi yang dilewati oleh setiap anak bisa disebut juga ujian bagi para ayah atau bunda. Biasanya kita temukan pada anak usia 1-3 tahun, ini adalah usia puncak anak mudah sakali mengamuk ketika menginginkan sesuatu, namun akan berlanjut ke usia selanjutnya ketika tantrum tidak segera diatasi oleh para orang tua. Tidak menutup kemungkinan, anak dalam kondisi tantrum pada usia 3 tahun keatas.

Di usia tersebut, Anak mulai bisa menyebutkan keinginannya satu persatu, dan di usia tersebut  juga adalah usia dimana orang tua memberikan semua kebutuhan sang anak. Nah ini adalah salah satu jalan yang di gunakan oleh anak-anak agar orang tua mau menurutinya. Dengan senjata inilah yang membuat orang tua terutama para bunda yang tidak tahan untuk segera menghentikannya, dengan segera menuruti dari pada malu dipandang oleh banyak orang.

Pada kenyataannya kondisi yang dialami anak-anak adalah kondisi yang mereka sendiri belum mampu jika harus mengatasinya sendiri, namun ketika orang tua malah mendukung kondisi yang pada akhirnya tidak baik untuk anak, bukan kesalahan yang sepenuhnya dilimpahkan pada orang tua. Mereka belum mampu mengontrol perilaku mereka sendiri, mereka membutuhkan orang yang lebih dewasa untuk selalu mendampinginya, sehingga anak perlahan-lahan mampu mengkondisikan tingkah lakunya.

Cobalah dengan nada tenang karena saat kondisi itu anak membutuhkan orang yang membantunya untuk mengembalikan kendali pada dirinya, dengan ini anak akan mencoba memahami bahwa ada orang yang selalu disisinya saat ia membutuhkan untuk menyelesaikan masalahnya.

Banyak orang tua ketika anaknya dalam kondisi tantrum, tidak tahan dan lelah mengkondisikan anak sehingga mereka memilih untuk meninggalkannnya sendiri, hal ini justru memicu tangisan anak yang semakin keras, bukan berarti juga kita menggunakan nada-nada yang tinggi ketika anak juga menggunakan nada tinggi, namun cobalah dengan nada tenang karena saat kondisi itu anak membutuhkan orang yang membantunya untuk mengembalikan kendali pada dirinya, dengan ini anak akan mencoba memahami bahwa ada orang yang selalu disisinya saat ia membutuhkan untuk menyelesaikan masalahnya. Jangan memaksa anak, karena anak dalam kondisi belajar mengendalikan dirinya sendiri.

Namun bagaimana ketika anak sudah berjanji untuk tenang, beberapa menit kemudian dia kembali lagi pada kondisi tantrum?. Bunda tidak perlu terlalu menyedihkan hal ini, karena pada dasarnya anak telah bertingkah laku baik dan serius saat berjanji untuk diam, namun anak belum begitu dewasa ketika dia harus mengedalikan emosi dan amarahnya, sehingga membuatnya lepas kendali lagi, bunda tidak perlu kecewa denganya, anak akan perlahan-lahan menurunkan tantrumnya ketika bunda terus memberikan dukungan dan dorongan padanya.

Cobalah pelan-pelan untuk mengalihkan perhatiannya, ketika memang bunda tidak mampu untuk menurutinya dengan alasan tidak punya uang untuk membelikannya atau memang yang diinginkkan bukan hal yang baik untuknya. Mengalihkan perhatian juga bukan hal mudah dalam kondisi ini, carilah satu cara pengalihan sehingga dia dapat kembali ke kondisi tenang, seperti lekas mengajaknya pergi dari tempat atau mencari hiburan yang lain. Pengalihan perhatian ini adalah satu cara yang tepat namun orang tua juga perlu belajar metode pengalihan perhatian yang tepat juga untuk anak.

Jangan menyerah ketika si kecil menjerit, menangis, mengamuk hanya untuk mendapatkan kondisi dan suasana yang tenang kembali, ketika dalam kondisi tantrum ini ajarkan anak untuk memahami bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya tidaklah mudah, buat kesepakatan dengan anak agar dia juga belajar berjuang, meskipun harus dengan menjerit dan menangis.

Tentu bunda tidak mau direpotkan dengan tangisannya sehingga bunda memilih untuk menurutinya, melihatnya sudah tersendak napas karena lamanya menangis dan jeritan yang dibuatnya demi mendapatkan hal yang diinginkannya,  yang paling penting yang perlu bunda hindari adalah jangan malu, jaga juga kemarahan bunda. Kemarahan yang ditunjukkan anak pasti membuat bunda merasa malu apalagi kalau dia sedang meminta sesuatu dihadapan banyak orang, hal ini lah yang perlu bunda hindari agar anak juga belajar untuk memahami, menurutinya langsung justru tidak memberikan pembelajaran yang baik untuknya nanti.

Jalin kedekatan dengan anak kembali, kemungkinan anak kurang mendapatkan perhatian ayah atau bunda sehingga anak sering mengalami kondisi meledak-ledak. Berikan lebih banyak pengertian pada anak, sehingga anak juga akan belajar untuk memahami ketika apa yang diinginkannya tidak dapat dipenuhi oleh anda sebagai orang tua. Tentukan batasan atau buat kesepakatan sejauh mana bunda dapat menerima tingkah hebohnya dan jangan biarkan anak melewati batas kesepakatan tersebut.

Karena dengan sering memberi pengertian, anak akan belajar memahami.

Tags: anak menangismenjerit dan mengamuktantrum
Previous Post

Politik Perlu Berlajar dari Sepakbola

Next Post

Perlukah Resiliensi dan Hardiness Ditanamkan Pada Anak?

Nangimatur Rofingah

Nangimatur Rofingah

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Gulat dengan Sang Profesor
Kuliah Desa

Gulat dengan Sang Profesor

by Mohammad Mahpur
October 1, 2022
0
169

KAMPUSDESA.OR.ID--Gulat dengan sang profesor kecil menjadi pengalaman bermain menarik waktu itu di sepah (sampah tebu hasil penggilingan). Masa kecil yang...

Read more
Keluar dari Efek Lampu Sorot
Psikologi Hari Ini

Keluar dari Efek Lampu Sorot

by Redaksi
April 8, 2022
0
98

Jiwa sosial itu layaknya sudah menjadi keterampilan “bertahan hidup” tingkat dasar yang perlu dilatih sebagai modal bagi manusia untuk disebut...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In