• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Opini

Melampaui Pragmatisme Mbangun Desa

Mohammad Mahpur by Mohammad Mahpur
March 28, 2022
in Opini
195 8
0
Melampaui Pragmatisme Mbangun Desa
Share on FacebookShare on Twitter

Melalui Kepala Desa, perubahan menuju kesejahteraan desa seharusnya jauh lebih mudah. Seorang Kepala Desa akan lebih diakui karena karakter masyarakat desa biasanya bercorak patron-client—yakni mempercayai seorang tokoh sebagai panutan. Oleh karenanya “sabda” panutan akan mudah diterima dan diikuti tanpa adanya perlawanan yang berarti. Keuntungan kepala desa yang dipanuti seperti itu, lebih mudah dipercaya orang dan lebih mudah dipatuhi.

Kepala Desa hanya menjadi kepemimpinan bisu manakala niat dari awal sebagai sentral tokoh yang dibangun berdasarkan pundi-pundi pragmatisme kekuasaan ningrat. Kekuasaan diperoleh sebagai bukti bahwa dia adalah tuan tanah karena biasanya mereka adalah orang-orang dengan struktur herarkhi ekonomi masyarakat yang tertinggi. Bahkan mereka juga dianggap sebagai pangreh-praja, pejabat elit birokrasi kepanjangan tangan pemerintah. Pada zaman Belanda mereka sebagai kepanjangan tangan kolonial. Pada konsep ini kepala desa sebagai alat kekuasaan, namun dalam konsep kepemimpinan, kepala desa dapat ditempatkan sebagai pendorong dan penggerak perubahan.

Saya akan melanjutkan reposisi Kepala Desa dalam konteks kepemimpinan desa untuk mbangun desa. Tidak dipungkiri, masih saja ada Kepala Desa dengan mindset mbangun desa secara pragmatis, yakni dengan mendahulukan kebutuhan uang, proyek pembangunan infrastruktur, dan dukungan pihak luar untuk membuat proyek-proyek megah seperti membuat tugu, pengaspalan, permodalan, dan lain sebagainya.

Suatu kali, ada beberapa dosen di sebuah perguruan tinggi yang ingin melaksanakan pengabdian masyarakat di sebuah desa. Mereka ditemui seorang Kepala Desa untuk ijin mendapat akses berbagi pengetahuan pada warga desa. Kepala Desa mengatakan, “bapak/ibu akan memberi apa kepada para warga desa ini. Kalau hanya ceramah, di desa ini sudah banyak sarjana yang bisa berceramah.” Respon kepala desa—secara implisit—dosen yang datang berarti harus membawa uang yang akan disumbangkan untuk pembangunan desa. Di sebuah desa miskin, saya disambati perangkat desa dan tokoh desa, “di sini, sudah dibantu bermilyar uang, mulai dari sarana-prasarana, bantuan ternak, pertanian dan lain sebagainya, tetapi tidak kunjung ada perubahan, padahal sudah 10 tahun berjalan.”

Ketika seorang Kepala Desa berhasil menurunkan proyek pembangunan, maka prestise naik dan warga semakin senang. Pemahaman mbangun desa yang hanya terfokus pada kebutuhan tersebut disebut pembangunan pragmatis. Cara itu tidak mengubah produktifitas orang desa karena belum merangsang budaya bergerak, berkarya dan membuat peluang agar nilai produktif sumberdaya desa bisa memiliki daya tawar global. Cara tersebut hanya mengubah wajah desa dan menciptakan kecanduan, senang diberi.

Bahayanya, desa rentan menjadi obyek kepentingan luar. Jika ada orang luar memiliki proyek yang akan diberikan orang desa, mereka akan patuh menyerahkan sumberdaya desa. Wuih….merongrong kekuatan desa, kalau ini benar-benar menjadi kecenderungan hari ini. Pada posisi ini, Kepala Desa bukan alat proyek, tetapi menjadi peranta yang memihak pada kepentingan warga agar tidak terjebak menjadi orang-orang tereksploitasi oleh kekuatan luar yang membunuh potensi desa.

Kepala Desa adalah gurunya orang desa, bukan priyayi desa. Kepala Desa sudah waktunya keluar dari budaya priyayi. Dia berdiri di garda depan produktifitas dan kekaryaan warga. Kepala Desa dengan demikian diposisikan sebagai subyek budaya, yakni sosok yang membangkit cipta-rasa-dan karsa warga desa. Jika kepala desa dituankan sebagai orang dengan herarkhi ekonomi teratas, hal ini bisa ditransformasi kedalam kepatuhan berdikari. Kalau Kepala Desa sukses secara ekonomi, dia bisa menularkan bakat berbisnisnya untuk menggerakkan warganya merintis dan mengembangkan usaha yang mereka miliki. Kepala Desa seperti itu, akan dipatuhi oleh karena inspirasinya dan berdampak positif bagi pengembangan kesejahteraan warganya.

Kepala Desa adalah jabatan perubahan. Tolak ukur perubahan bukan terletak pada proyek material tetapi perubahan kreatifitas yang meningkatkan nilai produktif potensi desa. Dengan demikian proyek harus dinilai sejalan mampu merangsang tumbuhnya karya dan produktifitas orang desa, bukan menjadikan orang-orang desa sebagai martir.

Kepala Desa sebagai pemimpin desa adalah tonggak kesejahteraan, bukan makelar yang menjadikan warga sebagai martir pembangunan sehingga yang diuntungkan adalah orang luar, bukan warga sebagai subyek (pelaku) kesejahteraan.

Tags: Kepala Desapembangunan desapemimpin desa
Previous Post

Ngopi Bareng Kampus Desa Indonesia

Next Post

Kepemimpinan Paska Kolonial

Mohammad Mahpur

Mohammad Mahpur

Ilmuan Psikologi Sosial, Peace Activist and Gusdurian Advisor, Writer, Pemberdaya Masyarakat dan Komunitas. Founder Kampus Desa Indonesia. Memberikan beberapa pelatihan gender, moderasi beragama, dan metodologi penelitian kualitatif, khusus pendekatan PAR

RelatedPosts

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan
Opini

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

by Astatik Bestari
November 24, 2022
0
24

Kampusdesa.or.id -- Pernahkan kita mendengar larangan begini, "jangan sering absen mengajar, nanti diiri guru yang lain!" Larangan ini sering  diperdengarkan...

Read more
Kawula muda  bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti
Opini

Kawula muda bijaklah dalam bermelodi, karena musik itu sugesti

by Maulana Arif Muhibbin
March 30, 2022
0
212

Ini tentang musik, sifatnya yang universal terkadang mereduksi pemikiran rasional. Lantas bagaimana dengan hal yang bersifat emosional? Bisa dibilang musik...

Read more
Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut
Lifestyle

Apakah Olimpiade Tokyo 2020 Paling Ramah Gender ? Simak Fakta Berikut

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
204

SOBAT! YUK FLASHBACK SEJENAK KE GELARAN OLIMPIADE OLAHRAGA DUNIA TAHUN 2020. PADA MOMENT ITU TOKYO MENJADI TUAN RUMAH YANG MENYELENGGARAKAN...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Era Berperilaku Baik dalam Dunia Pendidikan

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (146) Wacana (1) World (1)

Recent News

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023
Sumber photo: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/aparat-polsek-citeureup-mengamankan-bakso-daging-babi-_150201220228-436.jpg

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

February 15, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In