Konvensi Pendidikan VIII: Dalam Keberbedaan Merajut Kebersamaan Melalui Pendidikan

326
SHARES
2.5k
VIEWS

Keitka perbedaan makin sulit disikapi dan direspon, maka semakin rumit hubungan sosial kemanusiaan. Lantas bagaimana kalau anak dan guru di sekolah tidak respek dan berkutat saja pada semangat kompetisi. Prestasi pendidikan yang seharusnya  dapat menjadikan anak bermartabat, tetapi karena kompetitif, persaingan dan saling menegasikan akan mendominasi mental masa depan generasi. Nah, kita sikapi dan rencanakan bagaimana kita bisa keluar dari situ. Mari hadir di Konvensi Pendidikan VIII tanggal 06 – 07 Juli 2019 di Sekolah Rakyat 01 Petung Ulung Desa Margopatut Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk.

kampusdesa.or.id — Keterkoyakan kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini sangatlah memprihatinkan. Rasa aku dan kamu, rasa kami dan mereka, rasa in-group dan out-group semakin dipertajam setiap hari dan batas-batas antar kelompok sosial menjadi semakin menjadi pemisah dengan intensnya ujaran-ujaran kebencian dalam berbagai bentuk komunikasi antar kelompok sosial. Pedihnya luka yang menganga oleh tindakan-tindakan masing-masing pihak menjadikan momentum Hari Raya Ied Fitri yang bernuansa saling memaafkan tidak bisa menghapus sekat-sekat keberbedaan,

RelatedPosts

Sebagai anak bangsa, saya sangar cemas dan prihatin. Sesuai bidang saya, saya ingin berbuat sesuatu untuk merekat kembali rasa gotong royong, rasa persatuan nasional. Untuk itulah, saya atas persetujuan saudara-saudara saya warga komunitas Ojo Leren Dadi Wong Apik (OLDWA) ingin mengangkat tema ini dalam Konvensi Pendidikan OLDWA VIII ini.

Salah satu sebab mengapa keterkoyakan dan keterkotakan kehidupan berbangsa ini selain masifnya ujaran-ujaran kebencian yang secara vulgar dipertontonkan di depan anak-anak, juga pendidikan kita tidak ramah terhadap keberbedaan.

Pendidikan yang Menafikan Perbedaan

Secara vertikal, anak memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang beragam Sedang cara horizontal, anak memiliki bakat, minat, potensi diri dan konteks kehidupan yang berbeda. Namun dalam proses pembelajaran disamakan semua.

Pembelajaran yang kami rintis di Sekolah Garasi yang memfasilitasi perbedaan anak dengan pendidikan luwes waktu (timeless learning oriented) dengan membentuk rombongan belajar yang homogen tingkat kemampuan dan keceoatan belajar membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan anak

Standarisasi 8 dimensi pendidikan, sangat membunuh keberbedaan. Masing-masing anak yang unik, yang berbeda satu sama lain dalam satu kelas diproses dengan materi yang sama, dengan menggunakan metode pembelajaran yang sama dengan rentang waktu yang sama. Anak yang memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang tinggi disamakan dengan anak yang memiliki kemampuan sedang, bahkan juga dengan anak-anak disabilitas yang relatif lebih lambat. Dengan demikian maka layanan pembelajaran yang tersedia menafikan perbedaan karakteristik masing-masing anak. Pembelajaran yang kami rintis di Sekolah Garasi yang memfasilitasi perbedaan anak dengan pendidikan luwes waktu (timeless learning oriented) dengan membentuk rombongan belajar yang homogen tingkat kemampuan dan kecepatan belajar membuat pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan anak. Sementara layanan suplemen dan komplemen melalui kegiatan pengembangan diri mampu melayani kebutuhan belahar anak sesuai bakat, minat, potensi diri dan konteks lingkungan anak.

Coach Nafik Palil sedang memandu Succes Story Mutu Menejemen Pendidikan pada sejumlah peserta di kelas paralel pada Konvensi Pendidikan VII di Jombang

Pendididikan yang Kompetitif yang Menafikan Kolaboratif

Persaingan kehidupan yang ketat dan keras membuat orangtua dan sekolah/guru ingin menyiapkan anak dengan semangat dan jiwa yang kompetitif. Akibatnya pembelajaran diarahkan agar anak menjadi pemenang, menjadi juara dan menjadi the best than others, Perankingan prestasi belajar anak dan penghargaan kepada sang juara yang biasanya hanya diambil ranking/juara 1 sampai 3 itupun dalam matapelajaran tertentu terutama matematika, sains dan bahasa, membuat anak sekelas kecuali 3 orang juara dikorbankan menjadi pecundang yang terkikis rasa kepercayaan dirinya.

Perankingan prestasi belajar anak dan penghargaan kepada sang juara yang biasanya hanya diambil ranking/juara 1 sampai 3, itupun dalam mata pelajaran tertentu terutama matematik, sains dan bahasa, membuat anak sekelas kecuali 3 orang juara dikorbankan menjadi pecundang yang terkikis rasa kepercayaan dirinya.

Proses pembelajaran akhirnya bersifat kompetitif dan bukan kolaboratif dan kooperatif menjadikan anak lebih berorientasi memenangkan dirinya secara idividual dibanding secara kolegial bersama-sama. Orientasi keberhasilan belajar bukan pada apa yang terbaik yang bisa saya lakukan, namun pada yang terbaik dibanding teman-teman yang lain. Padahal dengan kemampuan yang beragam sesuai dengan jenis kecerdasan yang dikaruniakan Allah pada dirinya yang meskipun kurang memiliki kecerdasan di bidang matematika, sains dan bahasa namun bisa juga anak memiliki kecerdasan lain yang menonjol. Dan sebenarnya dengan kemampuan yang beragam itu bisa saling melengkapi dengan hasil yang ruar biasa.

Hal ini berakibat setelah anak menjadi dewasa maka orientasi hidupnya adalah menjadi terbaik dari yang lain, untuk itu harus bisa mengalahkan yang lain dan menjadi manusia yang egonya tinggi seperti yang kita saksikan dalam kehidupan keseharian masyarakat kita. Nafsu berkuasa menjadi lebih dominan, meraih kekuasaan dengan berbagai cara.

Undangan untuk Berbagi

Untuk itulah dalam Konvensi Pendidikan ke VIII ini komunitas OLDWA menganggap perlu untuk melakukan reformasi dan revolusi total pendidikan ke arah pendidikan yang ramah keberbedaan. Keberbedaan bukan menjadi faktor pemecah kebersamaan, namun malah menjadi faktor utama membentuk kebersamaan berbasis saling memerlukan dan saling melengkapi.

Untuk itulah kami mengundang baik anggota komunitas OLDWA maupun siapapun juga yang memiliki ide-ide kreatif dan pengalaman melaksanakan pendidikan (best pactice) pendidikan yang ramah keberbedaan untuk berkenan berbagi dalam kegiatan,

Konvensi Pendidikan VIII
Hari/Tanggal : Sabtu-Minggu, 06 – 07 Juli 2019
Tempat : Sekolah Rakyat 01 Petung Ulung Desa Margopatut Kecamatan Sawahan Kabupaten Nganjuk.
NARAHUBUNG : SITI NUR IMAMAH 0812-5971-3211 | ALI MUSYAFAK 0852-3556-619

Dipilihnya lokasi di Sekolah Rakyat ini karena Sekolah Rakyat yang dikembangkan oleh Bunda Siti Nur Imamah sendiri adalah suatu inovasi pendidikan yang ruaar biasa, yang ramah keberbedaan sesuai kebutuhan kontekstual masyarakat setempat.

Cak Mustofa Sam. Founder Kampung Doelanan memandu succes story pendidikan berbasis komunitas di Konvensi Pendidikan VII Jombang

Bentuk peran serta bisa berupa sahabat-sahabatku mempresentasikan di depan forum diskusi, menampilkan dalam pameran dalam stand pameran dan menjadi peserta aktif dalam acara diskusi dalam forum-forum yang ada di konvensi.

Forum-forum diskusi diadakan sesuai makalah yang masuk, paling tidak ada Forum Pleno yang mengkaji kebijakan pendidikan secara makro dengan keynote speakers sesuai tema dan diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan fokus teknik dan metode pembelajaran, pendidikan inklusif, pendidikan formal meliputi SD/MI, SMP/MTs dan SMA, pendidikan nonformal dan informal meliputi homeschooling, pendidikan kesetaraan, pendidikan vokasional dan PAUD. Jenis dan jumlah tema FGD disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta dan sangat luwes untuk dikurangi atau ditambah.

Konvensi ini seperti kegiatan-kegiatan Konvensi yang lalu, didanai secara mandiri gotong royong, masing-masing peserta semampu dan seiklasnya. Untuk yang memerlukan sertifikat peserta dan atau pemakalah hanya biaya cetak Rp. 25.000,- Bagi yang sudah hadir hari Sabtu dan ikut sarasehan rerasan pendidikan Sabtu malam Minggu sambil melekan di lokasi Konvensi, disediakan hotel berbintang sejuta di langit langsung.

Roundown acara sebagai berikut.

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.