• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Uncategorized

Ketika Guru Salah Memaknai Peran Menjadi Guru, Apa Jadinya Pendidikan Ini ?

Choirun Nisa by Choirun Nisa
March 27, 2022
in Uncategorized
206 6
0
Ketika Guru Salah Memaknai Peran Menjadi Guru, Apa Jadinya Pendidikan Ini ?
Share on FacebookShare on Twitter

Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Perannya begitu penting dalam keterlibatan didunia pendidikan, karena gurulah yang langsung berinteraksi dengan peserta didik. Sukses tidaknya pendidikan dapat dicerminkan bagaimana peran aktor pendidikan (baca: guru) dalam memainkan perannya. Guru seharusnya sadar betul tentang peran pentingnya dalam keberhasilan dunia pendidikan.  Bahwa perannya tidak hanya sekedar mengajar (baca: transfer of knowledge), namun guru juga memiliki peran strategis untuk mendidik akal dan budi peserta didik, membimbing pembentukan karakter, menjadi fasilitator kebutuhan belajar anak serta memiliki inovasi dalam proses pembelajaran di kelas.

Faktanya, banyak guru di negeri ini masih belum mencerminkan sebagai guru ideal yang mampu merangsang anak untuk memiliki karakter yang baik.  Hal ini tercermin dari banyak guru yang hanya berfokus pada pencapaiapan secara akademik para peserta didiknya, namun lupa untuk menyeimbangkan aspek sikap nilai dan moral (baca: karakter). Hal tersebut juga tercermin betapa banyaknya peserta didik yang belum memilki karakter yang luhur, banyaknya pemberitaan terkait merosotnya moral anak bangsa.

Jika mengacu pada pemikiran Ki Hajar Dewantara, beliau mengajarkan kepada kita semua bahwasannya peran guru itu tidak hanya sekedar pendidik akademis, namun beliau menjelaskan bahwa guru itu sebagai pamong. Artinya guru berperan sebagai seorang yang mampu membimbing anak untuk berperilaku baik. Guru mengajak anak berdialog, memberikan kesempatan anak untuk mengalami lalu mendorong anak untuk berfikir tentang perilaku baik dan buruk melalui pengalaman langsung.

Contohnya, mengajarkan anak-anak tentang pendidikan karakter. Seperti bagaimana cara menyelesaikan konflik, bernegosiasi dengan teman sebaya, berani beragumen, mengajarkan membuat kesepakatan kelompok, serta menaati aturan dalam kelompok tersebut. Mengajarkan karakter tidak bisa hanya dengan pengetahuan text book semata. Tidak hanya sekedar anak mampu menjawab pertanyaan tentang apakah bertengkar itu baik atau buruk menurut kalian? Pendidikan karakter juga bukan hanya sekedar bisa menghafal perilaku mana yang baik dan buruk.  Bukan itu pendidikan karakter yang dimaksud. Pendidikan karakter itu merupakan proses agar peserta didik mampu memahami, melakukan, mengalami, memaknai perilaku baik dan buruk by experience.

Jika ingin mengajarkan tentang bagaimana menyelesaikan konflik, maka peran guru sebaiknya tidak hanya memberi pengetahuan tentang perilaku menyelesaikan konflik, tapi guru juga harus bisa memberikan kesempatan kepada anak agar anak memiliki pengalaman menyelesaikan konfliknya dengan teman sebaya. Lalu guru juga dapat berperan untuk membimbing anak untuk memaknai pengalaman tersebut sebagai pengalaman yang berarti bagi anak. Jadi anak diajarkan tentang pendidikan karakter secara langsung, bukan hanya sekedar seberapa mampu anak bisa menjawab tentang pengetahuannya menyelesaikan konflik.

Mendidik karakter secara utuh itulah yang telah kami lakukan kepada anak-anak disekolah. Seperti pada saat bermain. Guru ingin mengajarkan tentang pengetahuan bagaimana agar anak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dengan teman sebayanya. Sering kali jika guru terjebak pada kondisi anak-anak yang sedang konflik verbal (adu argumen, berebut mainan, berebut tempat), guru akan cenderung melerai, menasehati anak tersebut, dan bahkan yang paling parah adalah menghukum anak. Guru lupa bahwa melalui pengalaman berkonflik tersebut, ada nilai moral yang bisa disampaikan kepada peserta didik.  Guru juga sering kali lupa untuk memberikan kesempatan dan membimbing anak agar mereka memiliki pengalaman untuk menyelesaikan konfliknya sendiri.

Padahal jika guru menyadari perannya sebagai “pamong” bagi peserta didik, maka guru tersebut akan memberikan kebebasan kepada anak untuk menyelami dinamika konfliknya sendiri, sehingga anak akan mendapatkan pengalaman langsung bagaimana seharusnya ketika bernegosiasi dengan teman saat salah satu anak memperebutkan mainan yang sama-sama mereka inginkan.  Anak akan belajar bagaimana menyampaikan argumennya sendiri ketika guru mengajak berdialog, anak juga akan belajar membuat kesepakatan bersama melalui proses dialog. Disni guru bukan diartikan hanya membiarkan mereka bertengkar, namun guru diartikan sebagai seeorang yang memiliki peran untuk mendidik dan membimbing anak agar mereka memahami bahwa perilakunya bertengkar adalah perilaku yang tidak baik melalui pengalaman pertikaian tersebut, lalu guru bersama anak berdialog tentang pengalaman konflik tersebut, serta guru mendorong dan merangsang anak untuk berfikir bagaimana cara menyelesaikan konflik. Sehingaa pengalaman terbimbing tersebut merupakan pembelajaran berharga bagi anak.  Anak dapat diajak berdialog untuk memaknai secara bersama-sama, bukan diajak untuk sekedar how to know tentang apakah bertengkar itu adalah perilaku baik dan buruk. Tapi anak diajak bertumbuh secara akal budinya.

Jika demikian, peran guru bukan lagi hanya berfokus pada sekedar transfer of knowledge tetapi juga guru harus mampu berperan sebagai seseorang yang dapat melakukan transfer of value kepada peserta didik. Jadi, ketika seorang guru salah memahami dan salah memaknai perannya sebagai guru, maka tidak heran jika salah pula caranya dalam mendidik anak.

Tags: guruKi Hajar DewantaramenggajarPAUDpendidikan karaktersiswa
Previous Post

Sarjana dan Phobia Kembali ke Desa

Next Post

Kuliah Online Beasiswa

Choirun Nisa

Choirun Nisa

RelatedPosts

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah
Uncategorized

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

by Sigit Priatmoko
March 27, 2023
0
204

Pemberian tugas menulis makalah kepada mahasiswa, apalagi dengan berkelompok, sepertinya harus dipikir ulang oleh dosen. Berdasarkan penelusuran saya di beberapa...

Read more
Kuliah Pakar, Kajian al-Qur’an dan Neurosains
Kuliah Terbuka

Kuliah Pakar, Kajian al-Qur’an dan Neurosains

by Kampus Desa Indonesia
September 22, 2022
0
224

Kampusdesa.or.id – Senin (1/8) telah hadir dilaksanakan Kuliah Pakar: Kajian Al-Qur’an dan Neurosains. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Universitas Al-Azhar Indonesia...

Read more
Perdamaian pun Bisa Dimulai dari Perempuan Muda
Uncategorized

Perdamaian pun Bisa Dimulai dari Perempuan Muda

by Nur Aisyah Maullidah
March 25, 2022
0
308

Apa jadinya jikalau perempuan angkat tangan dan kaki menjadi agen perdamaian untuk mencegah lahirnya generasi teroris dan radikal? Ya, tentu...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In