• Call: +62 858-5656-9150
  • E-mail: [email protected]
Education Blog
  • Home
  • Artikel
    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    6 Jenis Konsentrasi yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar Anak

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Semua Orang Adalah Guru Bagi Siswa Merdeka Belajar

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Media Sosial dalam Pembelajaran: Masih Relevankah Penolakan?

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Mental Passenger, Problem Laten Dunia Pendidikan Kita

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Pandemi COVID-19 Mampu Membangun Percaya Diri dalam Melaksanakan Belajar Dari Rumah

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Korupsi Merajalela, Pendidikan Harus Bagaimana?

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Peran Pemuda dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Menanya Ulang Tujuan Pendidikan Modern

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Mengenali Emotional Burnout dan Tips Untuk Mengatasinya

    Trending Tags

    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami
No Result
View All Result
Kampus Desa Indonesia
No Result
View All Result
Home Kuliah Terbuka

Cespleng; Pentingnya Unggah-ungguh Basa dalam Bertutur Kata

Repan Purba by Repan Purba
March 27, 2022
in Kuliah Terbuka
188 14
0
Cespleng; Pentingnya Unggah-ungguh Basa dalam Bertutur Kata
Share on FacebookShare on Twitter

Bahasa cermin diri. Tutur kata dalam berbahasa tidak semata dibatasi oleh nilai komunikasi dari satu orang ke orang lain, tetapi proses komunikasi tersebut mengandung semangat etik. Bobot bahasa dengan begitu dimaknai sebagai bagian dari penilaian pribadi dari penutur bahasa. Dengan begitu bahasa memiliki kekuatan budaya dan etika diri dalam setiap proses komunikasinya._

AJINING diri gumantung sangka lathi, ajining raga gumantung sangka busana. Pepatah ini sudah populer ditengah kehidupan masyarakat Jawa. Pepatah ini berarti bahwa tinggi rendahnya derajat diri manusia tergantung dari ucapannya dan pakaian yang dikenakannya. Oleh karena itu, berdasarkan pepatah ini manusia dianjurkan untuk selalu berhati-hati dalam setiap ucapannya. Ia harus selalu berucap yang baik dan dengan cara yang baik pula. Disamping itu, manusia juga harus selalu berpakaian yang baik dan sopan. Dalam setiap kunjungan sekolah, penulis selalu menanyakan kepada guru hal-hal yang mungkin menjadi kendala dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Seringkali guru menjawab tidak ada kendala. Tidak jarang pula guru menyampaikan masalah yang dihadapi di sekolah. Masalahpun beragam dan berbeda antara guru yang satu dengan yang lain.

Rabu (14/3/2018) penulis berkunjung ke salah satu sekolah dengan jumlah siswa lumayan banyak, diatas 200 siswa. Seperti biasanya, setelah selesai mengecek administrasi dan perangkat pembelajaran serta kegiatan pendidikan agama Islam di sekolah, penulis bertanya tentang kendala yang dihadapi guru. Secara spontan, Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI)  tersebut menjawab bahwa yang masih merisaukan beliau selama ini adalah rendahnya kemampuan siswa menggunakan tutur bahasa Jawa yang baik dan benar. Mayoritas siswa, bahkan siswa kelas besar, belum bisa menggunakan tata bahasa yang baik dan benar bahasa Jawa atau “krama Inggil” dalam keseharian mereka. Kepada gurupun juga demikian, siswa masih sering menggunakan bahasa kasar dalam berkomunikasi.

Mayoritas siswa, bahkan siswa kelas besar, belum bisa menggunakan tata bahasa yang baik dan benar bahasa Jawa atau “krama Inggil” dalam keseharian mereka.

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam susunan tata bahasa Jawa dikenal dengan strata penggunaan bahasa atau “unggah-unggguh basa.” Secara garis besar susunan tata bahasa Jawa terbagi dua, yaitu ngoko dan krama. Ngoko terbagi dua yaitu ngoko lugu dan ngoko andhap. Sedangkan krama juga terbagi dua yaitu krama madya dan krama inggil. Tingkatan bahasa yang paling tinggi dari unggah-ungguh bahasa tersebut adalah krama inggil. Krama inggil adalah bahasa dimana susunan katanya semua menggunakan bahasa krama, utamanya krama inggil. Orang yang lebih muda seyogyanya menggunakan krama inggil jika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, rang yang terhormat atau punya jabatan. Termasuk siswa seharusnya juga menggunakan krama inggil jika berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, utamanya guru.

Belum selesai berbincang tentang keprihatinan guru akan unggah-ungguh bahasa siswa, ternyata “cespleng,” langsung terbukti. Saat itu pula ada dua orang siswa mendekat pintu kantor dan salah satunya berteriak, “Pak, iko lho arek-arek rame ae, uncal-uncalan kapur dek kelas.” Melihat ungkapan siswa tersebut, sepertinya sudah kelas besar, namun belum menggunakan krama,  kami berdua saling pandang dan tersenyum.

Melihat kondisi tersebut kami berdua langsung diskusi upaya memperbaiki unggah-ungguh bahasa siswa tersebut. Beberapa saat kemudian Bapak kepala sekolah ikut berbincang. Dalam rembukan itu penulis menyampaikan “gerakan perbaikan bahasa krama” siswa. Dalam gerakan itu bisa dilakukan dengan beberapa langkah, pertama adalah menetapkan satu hari khusus di sekolah dimana seluruh warga sekolah wajib menggunakan basa krama kepada siapapun, di sekolah di luar jam pembelajaran. Bagi yang melanggar akan dikenakan sangsi.

Dalam gerakan itu bisa dilakukan dengan beberapa langkah, pertama adalah menetapkan satu hari khusus di sekolah dimana seluruh warga sekolah wajib menggunakan basa krama kepada siapapun, di sekolah di luar jam pembelajaran. Bagi yang melanggar akan dikenakan sangsi.

Langkah yang kedua adalah menjalin kerjasama dengan wali murid untuk membiasakan menggunakan basa krama di rumah. Sekarang ini disinyalir orang tua sudah jarang yang membiasakan anaknya basa krama. Termasuk para orang tua di masyarakat juga kurang memperhatikan masalah basa krama. Langkah selanjutnya adalah membiasakan siswa untuk saling menghormati dan menyayangi diantara siswa. Siswa yang lebih muda memanggil dengan sebutan “mas atau mbak” kepada teman yang lebih tua. Sebaliknya, siswa yang lebih tua memanggil “adik” kepada teman yang lebih muda.

Langkah keempat adalah menghafal kosakata basa krama dengan cara yang menyenangkan melalui syair lagu/ nadzom. Syair itu dibaca bersama dengan dilakukan dalam hari tertentu atau setiap hari secara bertahap. Penulis mempunyai kumpulan syair itu yang bisa dijadikan acuan hafalan siswa. Ketika siswa telah hafal maka mudah untuk mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah terakhir adalah membiasakan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah untuk menggunakan basa krama. Siswa kepada guru, guru kepada kepala sekolah. Sebaliknya, kepala sekolah kepada guru, kepala sekolah kepada murid, termasuk guru kepada murid. Semua menggunakan basa krama dalam rangka pembelajaran.

Demikian beberapa langkah sederhana perubahan unggah-ungguh basa bagi siswa. Kami sepakat untuk mengupayakan langkah tersebut. Dengan langkah tersebut diharapkan ada perubahan penggunaan tata bahasa Jawa di kalangan siswa. Jika siswa nantinya sudah terbiasa maka unggah-ungguh tersebut juga akan terpaut ketika siswa di rumah dan di masyarakat. Jika sudah tersebar di masyarakat, maka akan banyak berpengaruh kepada karakter masyarakat.

Bahasa merupakan masalah pokok dalam kehidupan, bahkan merupakan kebutuhan utama.

Masalah bahasa memang merupakan masalah yang penting. Bahasa merupakan masalah pokok dalam kehidupan, bahkan merupakan kebutuhan utama. Sebab setiap hari, setiap saat, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik kita membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu penggunaan bahasa harus menjadi perhatian kita.

Negeri kita sangat menjunjung norma atau sopan santun dalam bertutur kata, apalagi orang Jawa. Maka tidak heran jika orang Jawa mempunyai pedoman bahwa ‘derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari tutur bahasanya.’ Setinggi apapun pangkat seseorang, namun tidak mempunyai norma dalam berkata, maka dia akan rendah derajatnya. Sebanyak apapun ilmu atau gelar yang dimiliki seseorang, jika tidak sopan dalam berucap, maka ilmu dan gelarnya tiada guna. Sebanyak apapun harta yang dimiliki seseorang jika tidak mempunyai unggah-ungguh basa, maka dia tiada hormat sedikitpun baginya. Oleh karena itu penting sekali memperhatikan masalah unggah-ungguh basa. Terlebih bagi seluruh siswa yang masih dalam tahap pembelajaran. Maka semua itu merupakan salah satu tanggung jawab seorang guru atau kepala sekolah untuk melakukan pembinaan di sekolah.

Dari uraian di atas,  dapat kita telaah tentang betapa pentingnya masalah bahasa. Maka tepat bila ada suatu ungkapan, “bahasa adalah karakter yang utama.” Dari beberapa karakter baik yang perlu dimiliki seseorang, bahasa yang baik merupakan  karakter yang harus diutamakan. Bahkan dalam konteks agama, bahasa atau ucapan menjadi tolak ukur keimanan seseorang. Dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad saw. dijelaskan bahwa “barang siapa mengaku beriman kepada Allah SWT. dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam”. Dalam Hadits ini dijelaskan bahwa perkataan yang baik merupakan ciri orang beriman. Perkataan baik di sini bisa berarti isinya baik, tata bahasanya baik dan cara penyampaiannya juga baik. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk selalu berkata yang baik.

Begitu pentingnya bahasa dalam kehidupan kita sehari-hari, juga dalam norma keindonesiaan serta dalam konteks keberagamaan. Semoga Allah selalu menjaga kita untuk senatiasa bertutur kata dengan baik. Sebagai orang tua, kita bisa membimbing dan memberi teladan ucapan yang baik bagi putra-putri kita tercinta. Sebagai guru, kita bisa mendidik dan melatih siswa untuk bertutur kata dengan baik. Semoga gerakan yang menjadi salah satu impian saya ini bisa segera terlaksana. Amin (Editor : Faatihatul Ghaybiyyah).

Ki Purbo. Sehari-hari berprofesi sebagai Pengawas Pendidikan Agama Islam wilayah Dampit dan Sumawe Kabupaten Malang. Pengawas Termuda Putra. Tinggal di Wirotaman Ampelgading Malang. Anggota Gerakan Guru Menulis Nusantara. Penulis bisa dihubungi melalui nomer WA 081216188185

Tags: bahasakromo inggilsopan santuntoto kromo
Previous Post

Ladang Amal Di Akhirat, Sebuah Keistimewaan Seorang Guru

Next Post

Tips Mengajar agar Murid Tetap Semangat Belajar di Siang Hari

Repan Purba

Repan Purba

RelatedPosts

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang
Kearifan Lokal

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

by Mohammad Mahpur
March 8, 2023
0
230

Kampusdesa.or.id--Kebutuhan mengkaji Islam untuk menguatkan pemahaman lintas agama pada studi Islamologi menghubungkan Balewiyata dengan Pesantren Ainul Yakin Unisma Malang. Tak...

Read more
Sumber photo: https://static.republika.co.id/uploads/images/inpicture_slide/aparat-polsek-citeureup-mengamankan-bakso-daging-babi-_150201220228-436.jpg
Kuliah Desa

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

by Redaksi
February 15, 2023
0
336

Kampusdesa.or.id--Borax itu adalah garam bleng atau juga cetitet dalam dunia industri. Boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik...

Read more
Mengenal Lebih Dekat Teman Tuli
Kuliah Terbuka

Mengenal Lebih Dekat Teman Tuli

by Siti Fatimah
November 25, 2022
0
103

Kampusdesa.or.id-- Kata tuna umum dipakai untuk menunjukkan keadaan disabilitas atau difabel seseorang. Orang yang tidak bisa melihat disebut tuna netra,...

Read more

Discussion about this post

Archive Artikel

Most commented

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Waspadai Kandungan Boraks atau Garam Kuning

Balewiyata dan Gus Dur; Situs Toleransi Malang yang Perlu Dirawat

Rembug Komunitas; Gusdurian Malang Tawarkan Peluang Menjadi Aktifis Penggerak

Metode Pemberdayaan Imamah; Mengubah dari Sense of Budgeting ke Sense of Benefit

Kampus Desa Indonesia

Kampus Desa Indonesia

Jl. Raya Candi VI-C Gang Pukesmas No. 4 RT 09 RW 06 Karangbesuki, Sukun, Kota Malang

SK Menkumham No. AHU-01356.AH.02.01 Tahun 2016

Tags

Agenda (36) Aktual (7) Desa Giat (2) Desa Unggul (3) Dokter Rakyat (45) Gubuk Sastra (10) Hari ini (3) Indonesia Menulis COVID 19 (82) Kearifan Lokal (8) Kelas Ekoprinting (3) Kelas Motivasi (1) Kita Belajar Menulis (66) Kopipedia (5) Kuliah Desa (10) kuliah hari ini (2) Kuliah Terbuka (133) Layanan (9) Lifestyle (1) Magang (1) Ngaji Tani (18) Opini (317) Pendidikan Hari Ini (73) Produk (27) Psikologi Hari Ini (126) Refleksi (27) Sepak Bola (6) Uncategorized (147) Wacana (1) World (1)

Recent News

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

Gagalnya Makalah sebagai Tugas Kuliah

March 27, 2023
Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

Balewiyata-Unisma; Situs Toleransi Gereja-Pesantren di Malang

March 8, 2023

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

No Result
View All Result
  • Home
  • Artikel
    • Opini
      • Psikologi Hari Ini
      • Pendidikan Hari Ini
      • Refleksi
      • Gubuk Sastra
      • Sepak Bola
  • Agenda
  • Hari ini
  • Profil Kami

© 2022 Kampusdesa.or.id - Designed with 💕 RuangBit.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In