Bahaya Psikologis Bagi Anak Korban Sexual Harassment

325
SHARES
2.5k
VIEWS

Di sosial media memang terdapat berbagai informasi aktual yang membuat individu tidak ingin ketinggalan dalam setiap perubahan informasi setiap detiknya. Tahukah ada resiko pelecehan seksual pada anak di sosial media ? Waspada dan mengawasi dunia digital pada anak dibutuhkan bagi setiap orang tua.

Hidup di era serba canggih memang terdapat manfaat juga kerugian bagi penggunanya. Terutama bagi pengguna segala kecanggihan teknologi dengan kurang bijak akan memberikan dampak kurang baik bagi individu yang bersangkutan. Di dalam sosial media memang terdapat berbagai informasi aktual yang membuat individu tidak ingin ketinggalan dalam setiap perubahan informasi setiap detiknya. Tidak melulu orang dewasa saja yang lihai dalam mengakses informasi apapun di sosial media, anak-anak pun juga tidak kalah dalam mengakses informasi-informasi baru dalam sosial media. Bahkan anak jaman sekarang sudah memiliki akun sosial media sendiri yang dibuatkan oleh orangtuanya.

Pengawasan orangtua sangat penting dalam pergerakan anak ketika menggunakan sosial media.

Berawal dari bermain media sosial pada gadget membuat anak merasa candu untuk mengakses hal-hal baru yang belum Ia ketahui. Pengawasan orangtua sangat penting dalam pergerakan anak ketika menggunakan sosial media. Mengenalkan adalah hal baik, tapi bukan berarti membiarkan anak larut dalam dunia teknologi tanpa adanya pengawasan secara khusus. Sebab, banyak sekali konten-konten yang sebenarnya belum tepat untuk ditonton oleh anak-anak, sehingga banyak bermunculan fenomena anak-anak menjadi korban sexual harassment. Melalui media sosial, anak bisa mengenal bagaimana cara melakukan percakapan online dengan teman dekat maupun kerabat sendiri.

RelatedPosts

Sambal Bledeg Mbak Atik

Fenomena bahwa anak-anak menjadi korban sexual harassment ketika Ia diperlihatkan oleh kakak tingkatnya di sekolah mengenai konten dewasa, dengan kepolosan mereka anak tersebut menjadi bahan percobaan dalam perilaku bejat tersebut. Anak-anak diimingi akan mendapatkan hadiah jika mau melakukannya. Hal yang miris adalah anak dipaksa melakukan kemudian Ia akan mengalami trauma setelahnya. Biasanya anak-anak diancam oleh pelakunya untuk tidak bercerita kepada siapa pun. Tentunya anak-anak akan sangat takut untuk menceritakan kejadian tersebut kepada orangtuanya.

Trauma yang dimaksud adalah tentang perlakuan tersebut yang menyakiti dirinya di mana dia harus menahan rasa sakit dan juga malu bahwa tubuhnya diperlakukan tidak selayaknya sebagai anak-anak. Pelaku hanya memikirkan tentang bagaimana keinginan nafsunya terpuaskan tanpa memikirkan bagaimana korban dalam menghadapi kehidupan pasca dilecehkan tersebut. Sangat miris sekali anak-anak menjadi bahan incaran orang dewasa untuk pemuas nafsunya.

Anak-anak yang mengalami PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) akan mengalami gejala-gejala seperti :

  1. Mengalami mimpi buruk terhadap kejadian traumatis secara terus menerus,
  2. Menghindari berbagai stimulus yang menunjukkan pada peristiwa traumatis,
  3. Memiliki mati rasa dalam responsivitas secara umum atau dalam segi emosional,
  4. Adanya keputusasaan dalam menghadapi hidup,
  5. Merasa bersalah yang amat mendalam pada dirinya.

Penting bagi kita untuk mengawasi secara berkala juga memberikan pemahaman kepada anak untuk tegas atas ajakan siapapun dalam melakukan hal yang tidak sewajarnya pada bagian vitalnya.

Gejala tersebut akan terus menghantui anak-anak yang mengalami PTSD akibat sexual harassment dalam kurun waktu 6 bulan setelah peristiwa traumatis terjadi. Rata-rata korban akan menjadi pendiam dan berubah secara drastis ketika mengalami PTSD tersebut, sehingga penting bagi kita untuk mengawasi secara berkala juga memberikan pemahaman kepada anak untuk tegas atas ajakan siapapun dalam melakukan hal yang tidak sewajarnya pada bagian vitalnya. Jika terdapat gejala tersebut maka Anda juga harus lebih mendekati anak secara intens menggunakan bahasa dari hati ke hati atau perlunya konsultasi pada orang yang berpengalaman dalam menangani anak-anak dengan ciri khusus di setiap perilakunya yang menurut kita terdapat perubahan perilaku dibandingan kesehariannya.

Sumber :
Nevid, Jefrey., dkk. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 1. Jakarta. Erlangga.

EDITOR : FAATIHATUL GHAYBIYYAH

Arsip Terpilih

Related Posts

Welcome Back!

Login to your account below

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.